Kekhalifahan Rasyidin: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Merapikan |
Memberikan penjelasan secara bahasa dari al-khilafaur-Roosyiidiyyah |
||
Baris 84:
'''Kekhalifahan Rasyidin''' ({{lang-ar|الخلافة الراشدية}} ''al-khilafat ar-Rāsyidīyah'') adalah [[kekhalifahan]] yang berdiri setelah wafatnya Nabi [[Muhammad]] pada tahun [[632]] M, atau tahun 11 [[Hijriyah|H]]. Kekhalifahan ini terdiri atas empat [[khalifah]] pertama dalam sejarah [[Islam]], yang disebut sebagai [[Khulafaur Rasyidin]]. Pada puncak kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin membentang dari [[Jazirah Arab]], sampai ke [[Levant]], [[Kaukasus]] dan [[Afrika Utara]] di barat, serta sampai ke [[dataran tinggi Iran]] dan [[Asia Tengah]] di timur. Kekhalifahan Rasyidin merupakan [[Daftar kekaisaran terbesar|negara terbesar]] dalam sejarah sampai masa tersebut.<ref>Rein Taagepera (1979), "Size and Duration of Empires: Growth-Decline Curves, 600 B.C. to 600 A.D.", ''Social Science History'', Vol. 3, 115-138</ref>
Dalam makna secara bahasa, '''Kekhalifahan Rasyidin''' terdiri dari dua kata yaitu ''al-khilafat'' dan yang kedua ''ar-Roosyiidiyyah''. ''Al-khilaafat'' atau ''Al-khilaafah'' (jika diwaqof) berarti suksesi atau kekhalifahan. <ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Kamus Arab-Indonesia - Almaany|url=https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%AE%D9%84%D8%A7%D9%81%D8%A9/|website=|access-date=30-1-2021}}</ref> Sedangkan kata ''Ar-Roosyidiyyah'' berasal dari kata ''roosyiduun'' yang berarti orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus (syariat Islam) atau orang yang diberi petunjuk/dibimbing (oleh Allah SWT) atau orang yang (ada di jalan yang) benar. <ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Kamus Arab-Indonesia Almaany|url=https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%B1%D9%8E%D8%A7%D8%B4%D9%90%D8%AF%D9%8F%D9%88%D9%86/|website=|access-date=30-1-2021}}</ref> <ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Tanya Jawab Tentang Khalifah|url=https://khalifah.cinta-islam.web.id/2021/01/tanya-jawab-tentang-khalifah.html|website=|access-date=30-1-2021}}</ref>
Nabi Muhammad tidak mengajarkan secara langsung bagaimana memilih pemimpin setelah dia meninggal. Secara tidak langsung, Islam memberikan kebebasan untuk membuat model pemilihan khalifah. Kepemimpinan keempat Khulafaur Rasyidin pun berbeda-beda sesuai dengan karakter pribadi dan situasi masyarakatnya.
|