Pawai kemenangan (Romawi Kuno): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 6:
Pada hari penyenggaraan pawai kemenangannya, si panglima mengenakan bumban daun salam dan ''[[Toga#Macam-macam toga|toga picta]]'' (toga ungu bersulam benang emas), tanda bahwa ia sudah hampir seilahi dewa atau nyaris semulia raja di mata rakyat, bahkan ada pula panglima yang memoles wajah dengan pewarna merah. Si panglima selanjutnya menaiki [[kereta perang|rata]] yang dihela empat ekor kuda, lalu berarak menyusuri jalan-jalan kota Roma bersama segenap anak buah, tawanan, dan jarahan, tanpa membawa senjata. Sesampainya di [[kuil Jupiter Optimus Maximus|kuil Mahadewa Yupiter]], yang terletak di atas [[Bukit Capitolino|Bukit Kapitolin]], si panglima mempersembahkan kurban dan barang-barang bukti kemenangannya kepada Dewa Yupiter. Kendati berhak menerima segala penghormatan istimewa ini, [[Mos maiorum|adab]] Republik mewajibkannya untuk menunjukkan sikap rendah hati yang bermartabat selayaknya seorang insan fana dan [[Kewarganegaraan Romawi|anak bangsa]] yang berjuang dan berjaya atas nama senat, rakyat, dan dewata. Meskipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa pawai kemenangan merupakan kesempatan luar biasa untuk mendongkrak ketenaran pribadi, di luar dari dimensi keagamaan dan dimensi militernya.
Kebanyakan [[Perayaan Romawi|hari raya bangsa Romawi]] sudah tentu tanggalnya, tetapi adat-istiadat dan hukum memungkinkan pawai kemenangan dapat diselenggarakan sewaktu-waktu, sehingga membuka
Negara-negara Eropa pada Abad Pertengahan maupun abad-abad sesudahnya secara sadar meniru pawai kemenangan bangsa Romawi Kuno dengan menciptakan pawai [[anjangsana kerajaan]] maupun pawai-pawai seremonial lainnya.
|