Arung Palakka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rdwnnr (bicara | kontrib)
Corrected capital E to é.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
AnsyahF (bicara | kontrib)
Mengganti gambar
Baris 7:
| more =
| type =
| image =ArungRadja PalakkaPalacca (AMH- The conquest of Macassar6157-NA).pngjpg
| image_size =250px
| alt =
| caption =Arung Palakka di lukisan abad ke-17.
| succession = [[Penguasa monarki Kerajaan Bone|Sultan Bone]] ke-15
| moretext =
Baris 61:
<!-- succession4 to succession9 are also available -->
| birth_name =
| birth_date = {{birth date|1634|09|15|}}
| birth_place ={{flagicon image|Bendera Kesultanan Bone.png}} Lamatta, Mario Riwawo, [[Kabupaten Soppeng|Soppeng]], [[Kesultanan Bone]]
| birth_place =
| death_date = {{death date and age|1696|04|6|1634|09|15|df=y}}
| death_place ={{flagicon image|Flag of the Dutch East India Company.svg}} [[Bontoala, Makassar|Bontoala]], [[Kota Makassar|Makassar]], [[Hindia Belanda]]
| death_place =
| burial_place =
| spouse = {{marriage|Sira Daéng Talélé Karaéng Ballajawa|1668|1671|reason=cerai}}<br>{{marriage|Wé Tan-ri Pau Adda Sange Datu-ri Watu|1673}}<br>{{marriage|Daéng Marannu|1684}}
Baris 89:
| module =
}}
'''Arung Palakka''' ({{lahirmati|Lamatta, [[Mario Riwawo, Soppéng|Mario-ri Wawo]], [[Kabupaten Soppeng|Soppeng]]|15|9|1634|[[Bontoala, Makassar|Bontoala]]|6|4|1696}}<ref name="royal-ark">[http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/bone.htm "Bone"], ''Royal Ark'', diakses 17 Februari 2007</ref>) adalah [[Sultan]] [[Kesultanan Bone|Bone]] yang menjabat pada tahun [[1672]]-[[1696]]. Saat masih berkedudukan sebagai [[pangeran]], ia memimpin kerajaannya meraih kemerdekaan dari [[Kesultanan Gowa]] pada tahun [[1666]]. Ia bekerja sama dengan [[Belanda]] saat merebut [[Makassar]]. Palakka pula yang menjadikan [[suku Bugis]] sebagai kekuatan maritim besar yang bekerja sama dengan Belanda dan mendominasi kawasan tersebut selama hampir seabad lamanya.<ref name="royal-ark"/>
 
Arung Palakka bergelar '''''La Tan-ri Tatta To' Urong To-ri Sompi Patta Malampéi Gammana Daéng Sérang To' Appatunru Paduka Sri Sultan Sa'ad ud-din''''', mengacu pada ejaan huruf [[lontaraAksara Lontara|Lontara]]. Adapun pelafalan yang tepat adalah ''La Tenritatta To Unru To-ri Sompa-é Petta Malampé-é Gemme'na Daéng Sérang To' Appatunru Paduka Sultan Sa'adduddin''.<ref name="palakka">[http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/bone3.htm Silsilah Arung Palakka di Royal Ark]</ref>
 
== BiografiKehidupan ==
=== KelahiranLatar dan kematianbelakang ===
Arung Palakka La Tenri tatta lahir di Lamatta, [[Mario Riwawo, Soppeng|Mario-ri Wawo]], [[Kabupaten Soppeng|Soppeng]], pada tanggal 15 September 1634 sebagai anak dari pasangan La Pottobune', Arung Tana Tengnga, dan istrinya, We Tenri Suwi, Datu Mario-ri Wawo, anak dari La Tenri Ruwa Paduka Sri Sultan Adam, Arumpone Bone.<ref name="palakka"/>
 
Arung Palakka meninggal di [[Bontoala, Makassar|Bontoala]], [[Kesultanan Gowa]], pada tanggal 6 April 1696 dan dimakamkan di Bontobiraeng.<ref name="palakka"/>
 
=== Pernikahan ===
Baris 103 ⟶ 101:
 
=== Persekutuan dengan VOC ===
{{Unreferenced section}}
Arung Palakka adalah seorang jagoan yang ditakuti di seantero Batavia. Lelaki gagah berambut panjang dan matanya menyala-nyala ini memiliki nama yang menggetarkan seluruh jagoan dan pendekar di Batavia. Keperkasaan seakan dititahkan untuk selalu bersemayam bersamanya. Pria Bugis Bone dengan badik yang sanggup memburai usus ini sudah malang melintang di Batavia sejak tahun 1660-an, ketika ia bersama pengikutnya melarikan diri dari cengkeraman & keperkasaan [[Sultan Hasanuddin]].
 
Batavia pada abad ke-17 adalah arena di mana kekerasan seakan dilegalisir demi pencapaian tujuan. Pada masa Gubernur '''Jenderal Joan Maetsueyker''', kekerasan adalah udara yang menjadi napas bagi kelangsungan sistem kolonial. Kekerasan adalah satu-satunya mekanisme untuk menciptakan ketundukan pada bangsa yang harus dihardik dulu agar taat dan siap menjadi sekrup kecil dari pasang naik kolonialisme Eropa. Kekerasan itu seakan meneguhkan apa yang dikatakan filsuf Thomas Hobbes bahwa manusia pada dasarnya jahat dan laksana srigala yang saling memangsa sesamanya. Pada titik inilah Arung Palakka menjadi seorang perkasa bagi sesamanya.
Arung Palakka adalah seorang jagoan yang ditakuti di seantero Batavia. Lelaki gagah berambut panjang dan matanya menyala-nyala ini memiliki nama yang menggetarkan seluruh jagoan dan pendekar di Batavia. Keperkasaan seakan dititahkan untuk selalu bersemayam bersamanya. Pria Bugis Bone dengan badik yang sanggup memburai usus ini sudah malang melintang di Batavia sejak tahun 1660-an, ketika ia bersama pengikutnya melarikan diri dari cengkeraman & keperkasaan [[Sultan Hasanuddin]].
 
Nama Arung Palakka terdapat pada sebuah Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), berisikan data sejarah tentang Batavia pada masa silam dengan sejarah yang kelam. Berbagai referensi itu menyimpan sekelumit kisah tentang pria yang patungnya dipahat dan berdiri gagah di tengah Kota '''Watampone'''.
Batavia pada abad ke-17 adalah arena di mana kekerasan seakan dilegalisir demi pencapaian tujuan. Pada masa Gubernur '''Jenderal Joan Maetsueyker''', kekerasan adalah udara yang menjadi napas bagi kelangsungan sistem kolonial. Kekerasan adalah satu-satunya mekanisme untuk menciptakan ketundukan pada bangsa yang harus dihardik dulu agar taat dan siap menjadi sekrup kecil dari pasang naik kolonialisme Eropa. Kekerasan itu seakan meneguhkan apa yang dikatakan filsuf Thomas Hobbes bahwa manusia pada dasarnya jahat dan laksana srigala yang saling memangsa sesamanya. Pada titik inilah Arung Palakka menjadi seorang perkasa bagi sesamanya.
 
Nama Arung Palakka terdapat pada sebuah Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), berisikan data sejarah tentang Batavia pada masa silam dengan sejarah yang kelam. Berbagai referensi itu menyimpan sekelumit kisah tentang pria yang patungnya dipahat dan berdiri gagah di tengah Kota '''Watampone'''.
 
Arung Palakka adalah potret keterasingan dan menyimpan magma semangat yang menggebu-gebu untuk penaklukan. Ia terasing dari bangsanya, suku Bugis Bone yang kebebasannya terpasung. Namun, ia bebas sebebas merpati yang melesat dan meninggalkan jejak di Batavia. Ia sang penakluk yang terasing dari bangsanya. Malang melintang di kota sebesar Batavia, keperkasaannya kian membuncah tatkala ia membangun persekutuan yang menakutkan bersama dua tokoh terasing lainnya yaitu pria Belanda bernama [[Cornelis Speelman|Cornelis Janszoon Speelman]] dan seorang Ambon yang juga perkasa bernama [[Kapitan Jonker|Kapiten Jonker]]. Ketiganya membangun persekutuan rahasia dan memegang kendali atas VOC pada masanya, termasuk monopoli perdagangan emas dan hasil bumi.
Baris 114 ⟶ 112:
Ketiga tokoh yang teralienasi ini adalah horor bagi jagoan pada masa itu. Speelman adalah petinggi VOC yang jauh dari pergaulan VOC. Dia tersisih dari pergaulan karena terbukti terlibat dalam sebuah perdagangan gelap saat masih menjabat sebagai Gubernur VOC di Coromandel tahun 1665. Arung Palakka adalah pangeran Bone yang hidup terjajah dan dalam tawanan [[Kerajaan Gowa]]. Ia memberontak dan bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia. VOC menyambutnya dengan baik dan memberikan daerah di pinggiran Kali Angke, hingga serdadu Bone ini disebut To Angke atau orang Angke. Sedang Kapiten Jonker adalah seorang panglima yang berasal dari Pulau Manipa, Ambon. Dia punya banyak pengikut setia, tetapi tidak pernah menguasai satu daerah di mana orang mengakuinya sebagai daulat. Akhirnya dia bergabung dengan VOC di Batavia. Rumah dan tanah luas di daerah Marunda dekat Cilincing diberikan VOC kepadanya.
 
Baik Speelman, Arung Palakka, dan Kapiten Jonker sama-sama berangkat dari hal yang sama yaitu keterasingan. Ketiganya punya sejarah penaklukan yang membuat nama mereka menjadi legenda. Speelman menjadi legenda karena berhasil membuat [[Sultan Hasanuddin]] bertekuk lutut di [[Makassar]] dalam sebuah perlawanan paling dahsyat dalam sejarah peperangan yang pernah dialami VOC. Bersama Arung Palakka, Speelman menghancurkan Benteng Sombaopu setelah terjadinya [[Perjanjian Bongaya]] yang menjadi momok bagi VOC serta rintangan (barikade) untuk menguasai Indonesia timur, khususnya jalur rempah- rempah Maluku, pada tanggal '''18 November 1667'''.
 
Arung Palakka sangat populer sebab berhasil menaklukan Sumatra dan '''membumihanguskan perlawanan rakyat Minangkabau''' terhadap VOC. Arung Palakka menyimpan dua sisi diametral, di satu sisi hendak membebaskan Bone, tetapi di sisi lain justru menaklukan daerah lain di Nusantara. Kisahnya berawal pada tahun 1662, dibuat perjanjian antara VOC dengan pemimpin Minangkabau di Padang. Perjanjian yang kemudian di sebut '''Perjanjian Painan''' itu bertujuan untuk monopoli dagang di pesisir Sumatera, termasuk monopoli emas Salido. Sayang, rakyat Minang mengamuk pada tahun 1666 dan menewaskan perwakilan VOC di Padang bernama '''Jacob Gruys'''. Arung Palakka kemudian dikirim ke Minangkabau dalam ekspedisi yang dinamakan '''Ekspedisi Verspreet'''. Bersama pasukan Bone, ia berhasil meredam dan mematikan perlawanan rakyat Minangkabau hingga menaklukan seluruh pantai barat Sumatera, termasuk memutus hubungan Minangkabau dengan Aceh. Kekuasaan VOC diperluas hingga Ulakan di Pariaman. Di tempat inilah, '''Arung Palakka diangkat sebagai Raja Ulakan'''.
 
Sedang Kapiten Jonker punya reputasi menangkap '''Trunojoyo''' dan diserahkan pada pegawai keturunan VOC keturunan Skotlandia, '''Jacob Couper'''. Tiga tokoh yaitu Speelman, Arung Palakka, dan Kapiten Jonker telah menaklukan Nusantara di Barat, Tengah, dan Timur. Mereka punya andil besar untuk mengantarkan VOC pada puncak kejayaannya pada masa Gubernur Jenderal '''Joan Maetsuyker'''. Tidak heran kalau ketiga tokoh ini menjadi tulang punggung kekuatan VOC pada masa itu. Maetsueyker tidak berani menolak permintaan ketiganya sebab mereka punya bala tentara yang besar. Di luar ketiganya, ia hanya mengandalkan serdadu bayaran multibangsa dengan loyalitas yang rendah. Akibat kekuasaan yang besar serta penguasaan monopoli emas ini, Speelman berhasil menjadi Gubernur Jenderal VOC pada tahun 1681.
 
Sayangnya, kisah menakjubkan dari tiga jagoan Batavia ini harus berakhir dalam waktu yang tidak lama. Musuh Speelman yaitu perwira asal Prancis bernama '''Isaac declornay de Saint Martin''' langsung bergerak. Komandan perang yang memenangkan peperangan di Cochin, Colombo, Ternate, Buton, Jawa Timur, dan Jawa Barat ini, berhasil mengungkap semua korupsi dan keculasan Speelman hingga akhirnya Speelman disingkirkan dari posisi Gubernur Jenderal. Isaac juga berhasil memengaruhi Gubernur Jenderal Champuys untuk menyingkirkan Kapiten Jonker. Wilayah kekuasaan pria Ambon ini di Pejonkeran Marunda dikepung, kemudian diserang. Kapiten Jonker tewas terbunuh dalam penyerbuan itu, kepalanya dipancung dan dipertontonkan. Pengikutnya dibunuh dan keluarganya diasingkan ke Colombo dan Afrika.
 
== Arumpone Bone ==
Baris 135 ⟶ 133:
Berlatar belakang seperti itu, Andaya memulai riwayat tokohnya dengan membahas sejumlah ciri tertentu budaya masyarakat Sulawesi Selatan yang dikaitkannya dengan keadaan historis abad ke-17, terutama perkembangan Islam dan perdagangan internasional yang memuncak menjadi ketegangan antara [[Gowa]], Bone, dan VOC yang hadir di sana sejak tahun 1601. Ketegangan yang dia perlihatkan dengan rinci menjadi latar kelahiran serta mengisi pikiran masa kanak dan muda Arung Palakka.
 
Arung Palakka lahir sekitar tahun 1634 di Desa Lamatta, daerah Mario Wawo Soppeng, sebagai pewaris takhta Kerajaan Bone. Ketika umurnya delapan tahun, Bone diperangi [[Kerajaan Gowa]] dan berhasil menaklukkannya. Sejak berumur 11 tahun Arung Palakka dan keluarganya dibawa sebagai sandera ke Istana [[Gowa]]. Mereka beruntung karena menjadi pelayan '''Karaeng Pattinggaloang''', tokoh penting dan jenius di [[Kerajaan Gowa]]. Di bawah asuhannya, Arung Palakka tumbuh menjadi pangeran yang mengesankan dalam olah otak maupun olahraga.
 
Meski dia terlibat aktif di Istana [[Gowa]] dan berkawan dengan para pemuda Makassar, siri’ dan pacce mengingatkannya selalu sebagai putra dari seorang Bugis pembuangan dan bahwa rakyatnya menderita. Awal 1660 dia merasa penderitaan itu semakin hebat karena harus menyaksikan 10.000 orang tua maupun muda diseret dari Bone ke Makassar atas perintah Sultan Hasanuddin melalui Karaeng Karunrung dan Regent (Bupati) Bone, Tobala. Mereka dijadikan pekerja paksa penggali kanal di sepanjang garis pertahanan pantai Makassar agar ada pemisah antara Kerajaan Goa dan Benteng Panakkukang yang diduduki VOC.
Baris 153 ⟶ 151:
Ini sangat berlainan dengan tulisan para sejarawan Barat maupun sejarawan Indonesia yang melulu bergantung pada sumber Kerajaan Makassar dan/atau dokumen VOC. Mereka cenderung menggambarkan kepahitan dan pesimisme di kalangan para raja dan ningrat Makassar sebagai pantulan perasaan seluruh rakyat Makassar. Jadi, seharusnya masyarakat Sulawesi Selatan dapat menurunkan kadar emosional dan lebih rasional setiap mendiskusikan mengenai implikasi Perang Makassar.
 
Seusai Perang Makassar, Arung Palakka sangat memahami bahwa VOC telah menjadi kekuatan "di", tetapi bukan "milik", Sulawesi Selatan. Perbedaan ini disadari dan dimanipulasi untuk menciptakan dirinya sebagai salah satu penguasa atasan yang berhasil dalam sejarah Sulawesi Selatan. Jalan menuju ke sana dirintisnya tidak saja dengan kesadaran dia tidak akan berbalik melawan VOC yang telah memulihkan hidupnya dan rakyatnya, tetapi juga dengan selalu membuktikan kesetiaannya. Ia rela meninggalkan negerinya pada Mei 1678 untuk berperang membantu VOC menyelesaikan persoalan pengungsi Makassar pimpinan '''Karaeng Galesong''' yang membantu perlawanan '''Trunojoyo''' di Jawa.
 
Akhirnya, Andaya menyimpulkan Arung Palakka adalah tokoh yang diberkati visi dan kepiawaian politik yang kuat sehingga mampu menggunakan pengaruhnya dengan efektif terhadap negara lokal, bahkan membuat pemerintah pusat VOC di Batavia bergantung dan rela mengabaikan suara wakilnya di Fort Rotterdam agar membelenggu Arung Palakka yang memaksa mereka semua berbagi mimpinya akan Sulawesi Selatan bersatu.
 
Mimpi Arung Palakka yang dalam 30 tahun kekuasaannya berhasil diwujudkan, tetapi sekaligus membuat banyak '''pangeran dan pengikutnya yang tak setuju''' dikarenakan politik kotor yang dilakukannya. Sehingga mengakibatkan pangeran dan pengikutnya lari dan mencari rumah di tanah seberang sehingga mewarnai sejarah daerah tujuan itu. Inilah yang menurut Andaya sebagai warisan Arung Palakka, tidak hanya bagi Sulawesi Selatan tetapi juga bagi Nusantara, selain pribadinya sebagai pemimpin yang sadar, paham, teguh memegang serta menjalankan tradisi sebagaimana tersebut dalam amanat leluhur yang tertulis maupun tak tertulis.
 
== Wafat ==
Arung Palakka meninggal di [[Bontoala, Makassar|Bontoala]], [[Kesultanan Gowa]], pada tanggal 6 April 1696 dan dimakamkan di Bontobiraeng.<ref name="palakka" />
 
== Referensi ==