Nanga Bulik, Bulik, Lamandau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Herryz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 6:
|nama dati2 =Lamandau
|kecamatan =Bulik
|nama pemimpin =-Mul'atmidy, S.Sos
|luas =-61,50 km²
|penduduk =-19.491 jiwa (2020)
|penduduktahun =2020
|kepadatan =-316,93 jiwa/km²
}}
 
'''Nanga Bulik''' (disingkat: '''NGB'''<ref>http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf</ref>) adalah sebuah [[kelurahan]] dalamdi [[Kecamatan]] [[Bulik, Lamandau]], [[Kalimantan Tengah]], [[Indonesia]]., dan sekaligus Merupakanmerupakan ibu kota [[Kabupaten Lamandau]], dan kecamatan Bulik.<ref name="LAMANDAU">{{cite web|url=https://lamandaukab.bps.go.id/publication/2020/09/28/c5f669aacc2306494fb1f12a/kecamatan-bulik-dalam-angka-2020.html|title=Kecamatan Bulik Dalam Angka 2020|website=www.lamandaukab.bps.go.id|accessdate=9 Januari 2020|format=pdf}}</ref>
 
== Sejarah ==
Pada mulanya Nanga Bulik adalah ibu kota Kecamatan Bulik yang kemudian menjadi lbukota Kabupaten setelah 3 wilayah Kecamatan yaitu Bulik, Lamandau dan Delang menjadi bagian wilayah Kabupaten Lamandau. Kabupaten Lamandau memiliki luas wilayah 6.414 Kmkm² dan Nanga Bulik terletak pada bagian Selatan mendekati jalur Jalan Negara seperti terlihat pada gambar 3.1. Perubahan status Nanga Bulik dari Desa menjadi ibu kota Kabupaten adalah awal sebuah perjalanan sejarah penciptaan dari pedesaan menjadi wajah perkotaan. Berikut ini diuraikan secara singkat tentang kondisi umum Nanga Bulik dan sekitarnya.
 
== Batas-batas ==
Wilayah perencanaan yang dikenali sebagai NangabulikNanga Bulik memiliki lokasi yang tepatnya terletak di bagian baratBarat sungai Lamandau lebih tepatnya pada posisi 111º24’15’’ - 111º28’45’’ BT dan 2º09’45’’ - 2º13’00’’ LS. Secara administratif wilayah ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Bulik, Kabupaten Lamandau.
 
Wilayah perencanaan RTRK NangabulikNanga Bulik ini meliputi 2 desa yakni Desadesa NangabulikNanga Bulik dan Desadesa Kujan, dengan batas-batas sebagai berikut:
Wilayah perencanaan yang dikenali sebagai Nangabulik memiliki lokasi yang tepatnya terletak di bagian barat sungai Lamandau lebih tepatnya pada posisi 111º24’15’’ - 111º28’45’’ BT dan 2º09’45’’ - 2º13’00’’ LS. Secara administratif wilayah ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Bulik, Kabupaten Lamandau.
Wilayah perencanaan RTRK Nangabulik ini meliputi 2 desa yakni Desa Nangabulik dan Desa Kujan, dengan batas-batas sebagai berikut:
 
'''Sebelah Utara'''
Baris 50:
Berdasarkan data RUTRK 2003, bahwa Kota Nanga Bulik mempunyai kondisi Topografi yaitu berada pada ketinggian + 25 50 meter dari permukaan laut. Kondisi fisik permukaan wilayah sebagian besar adalah berupa dataran yang relatif bergelombang dengan transisi antara 0 – 25 %. Kondisi ini merupakan bentukan dari perbukitan lemah yang banyak dijumpai pada wilayah sebelah barat. Sedangkan cekungan dapat ditemukan pada daerah yang masih berupa rawa.
 
Kondisi wilayah perencanaan sebagian besar merupakan daerah terbuka dengan sedikit semak belukar dan tanaman perdu, sebagai hasil dari proses pembukaan hutan. Namun di beberapa wilayah lain masih ditemui daerah yang hijau seperti pada wilayah perkebunan, rawa-rawa dan sebagian kecil hutan. Sedangkan wilayah terbangun didominasi oleh pemukiman, dengan sedikit areal perdagangan dan perkantoran. Sementara itu di seberang atau di sebelah utara sungai Lamandau masih banyak ditemukan areal hijau berupa rawa, perkebunan dengan sedikit wilayah permukiman.
 
Sementara itu di seberang atau di sebelah utara sungai Lamandau masih banyak ditemukan areal hijau berupa rawa, perkebunan dengan sedikit wilayah permukiman.
=== Geologi dan Hidrogeologi ===
Merujuk data yang ada di laporan RUTRK, dapat dikemukakan bahwa geologi permukaan tanah di kawasan perencanaan terdiri dari lapisan humus, jenis tanah latosol dan podsolik merah kuning yang tahan erosi namun memiliki tingkat resapan yang sangat kecil. Jenis tanah yang terdapat di kawasan perencanaan ini adalah tanah kuning dan tanah humus yang subur berwarna hitam pekat.
 
Dibawah permukaan tanah antara kedalaman 10–15 m terdapat kandungan air tanah yang sementara ini digunakan sebagai salah satu sumber air penduduk disamping air permukaan yang ada yaitu sungai. Sedangkan untuk air tanah dalam (>30 m) belum diketahui secara pasti sampai adanya penelitian lanjutan yang lebih detail.
 
=== Hidrologi ===
Salah satu aliran permukaan (sungai) terbesar yang melalui wilayah perencanaan adalah [[Sungai Lamandau]] dengan beberapa cabang yang membentuk anak sungai yang berada di sekitar kota antara lain Sungai Bulik, Sungai Samaliba, Sungai Sebelimbingan, Sungai Dawak dan lain-lain. Sungai Lamandau beserta anak-anak sungainya disamping berfungsi untuk menunjang kehidupan sehari-hari dari penduduk di sekitarnya juga berfungsi sebagai jalur transportasi.
 
Salah satu aliran permukaan (sungai) terbesar yang melalui wilayah perencanaan adalah [[Sungai Lamandau]] dengan beberapa cabang yang membentuk anak sungai yang berada di sekitar kota antara lain Sungai Bulik, Sungai Samaliba, Sungai Sebelimbingan, Sungai Dawak dan lain-lain.
 
Sungai Lamandau beserta anak-anak sungainya disamping berfungsi untuk menunjang kehidupan sehari-hari dari penduduk di sekitarnya juga berfungsi sebagai jalur transportasi.
=== Iklim ===
Secara umum iklim di kawasan perencanaan RTRK Nanga Bulik sama dengan iklim di Kabupaten Lamandau dan iklim di Kabupaten Kotawaringin Barat. Musim kemarau berlangsung antara bulan Juni sampai bulan September dangan musim hujan antara bulan Oktober sampai bulan Mei. Curah hujan berkisar antara 2.000 2.500&nbsp;mm/tahun. Curah hujan tertinggi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Agustus. Suhu udara antara 23&nbsp;°C 32&nbsp;°C dengan suhu maksimum berkisar antara 31˚ - 33˚ C dan minimum antara 21,9˚ - 23,4˚ C. Kelembaban udara berkisar antara 81 % - 92 %. Kecepatan angin 0,4 – 0,7 knot. Curah hujan rata-rata pertahun antara 2.500 – 3.400&nbsp;mm. Hal tersebut dirujuk berdasarkan data-data yang tertuang di laporan RUTRK Nanga Bulik 2003.
 
== Demografi ==
== Karakteristik Kependudukan ==
Secara umum keadaan sosial budaya masyarakat masih dalam proses pertumbuhan dan akan terus berlanjut sejalan dengan dinamika pembangunan yang terus digulirkan oleh pemerintah Kabupaten Lamandau. Walaupun tingkat pertumbuhan penduduk masih rendah meski sudah ada program transmigrasi, namun dapat dipastikan bahwa akan terjadi pertambahan penduduk yang lebih tinggi karena pusat pemerintahan berada di Nangabulik ini. Keadaan ini akan mengakibatkan perubahan sosial, ekonomi dan budaya dari masyarakat setempat. Hal ini termasuk juga tuntutan terhadap lembaga-lembaga baru sebagai ajang pengembangan sosial budaya beserta fasilitas penunjangnya seperti sekolah, rumah sakit maupun tempat ibadah.
 
Walaupun tingkat pertumbuhan penduduk masih rendah meski sudah ada program transmigrasi, namun dapat dipastikan bahwa akan terjadi pertambahan penduduk yang lebih tinggi karena pusat pemerintahan berada di Nangabulik ini. Keadaan ini akan mengakibatkan perubahan sosial, ekonomi dan budaya dari masyarakat setempat. Hal ini termasuk juga tuntutan terhadap lembaga-lembaga baru sebagai ajang pengembangan sosial budaya beserta fasilitas penunjangnya seperti sekolah, rumah sakit maupun tempat ibadah.
Aspek sosial yang merupakan faktor penting dalam perencanaan adalah aspek kependudukan, karena penduduk sebagai subyek dan objek pembangunan dan semua bentuk rencana yang dijabarkan dalam suatu ruang kegiatan untuk keperluan penduduk itu sendiri. Kebijaksanaan kependudukan dalam rencana kota bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Hal ini dapat dicapai melalui dua pendekatan:
# Peningkatan kualitas manusianya, baik dari segi tingkat pendapatan, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, maupun tingkat kemudahan memperoleh kebutuhan kehidupan yang lebih tinggi.
# Penyediaan dan peningkatan fasilitas dan utilitas yang menunjang. Kebijaksanaan ini pada dasarnya bertujuan menciptakan iklim yang baik untuk menetap di Kota Nanga Bulik.
 
Persebaran penduduk dalam suatu kota dapat tercermin dari besarnya intensitas kegiatan yang dimiliki atau yang terdapat di kota tersebut. Intensitas kegiatan dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan perkembangan potensi kota, khususnya potensi sumber daya manusianya. Perkembangan dan pertumbuhan tersebut akan meliputi aspek sosial dan ekonomi yang terwadahi dalam perkembangan fisiknya.
 
Kelurahan Nanga Bulik memiliki luas wilayah 61,50 km<sup>2</sup>, dan memiliki penduduk berjumlah 19.491 jiwa (2020), dengan kepadatan 316,93 jiwa/km&sup2;.<ref name="LAMANDAU"/> Penduduk kelurahan Nanga Bulik terdiri dari beragama suku, terutama suku [[Suku Dayak|Dayak]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Banjar|Banjar]], dan [[Suku Bugis|Bugis]]. Berdasarkan data [[Badan Pusat Statistik]] tahun 2020 mencatat penduduk yang beragama [[Islam]] berjumlah 63,17%, kemudian [[Kristen]] 36,22% ([[Protestan]] 22,94% dan [[Katolik]] 13,28%), sebagian kecil memeluk agama [[Hindu]] [[Kaharingan]] 0,47%, dan sebagian lagi memeluk agama [[Budha]] 0,14%.<ref name="LAMANDAU"/> Sementara jumlah penduduk di kelurahan Nanga Bulik pada akhir tahun 2003 sebesar 5.677 jiwa dengan kepadatan 69,64 jiwa/km². <ref>Berdasarkan data dari Statistik kependudukan Kabupaten Lamandau, diperoleh jumlah dan perkembangan penduduk di Kota Nanga Bulik. Tabel 3.1. Perkembangan Penduduk Kota Nanga Bulik. Sumber: Katalog Penduduk Kab. Lamandau, 2003. Tabel 3.2. Kepadatan Penduduk di Kota Nanga Bulik Tahun 2003. Sumber: Katalog Penduduk Kab. Lamandau, 2003</ref>
=== Perkembangan Penduduk ===
Jumlah penduduk di Kelurahan Nanga Bulik pada akhir tahun 2003 sebesar 5.677 jiwa dengan kepadatan 69,64 jiwa/km² sedangkan Desa Kujan sebesar 1.383 jiwa dengan kepadatan penduduk 30,67 jiwa/km².<ref>Berdasarkan data dari Statistik kependudukan Kabupaten Lamandau, diperoleh jumlah dan perkembangan penduduk di Kota Nanga Bulik. Tabel 3.1. Perkembangan Penduduk Kota Nanga Bulik. Sumber: Katalog Penduduk Kab. Lamandau, 2003. Tabel 3.2. Kepadatan Penduduk di Kota Nanga Bulik Tahun 2003. Sumber: Katalog Penduduk Kab. Lamandau, 2003</ref>
 
=== Komposisi Penduduk ===
Baris 93 ⟶ 92:
 
==== Karakteristik Penduduk ====
Karakteristik penduduk di wilayah perencanaan cukup beragam. Salah satu faktor yang memengaruhi keragaman karakteristik tersebut karena banyaknya pendatang yang masuk ke NangabulikNanga Bulik, baik yang masuk melalui program transmigrasi maupun karena merantau. Hal tersebut juga memengaruhi terbentuknya pola perilaku sosial (social behaviour) penduduk yang beragam pula.
 
Karakteristik penduduk di wilayah perencanaan cukup beragam. Salah satu faktor yang memengaruhi keragaman karakteristik tersebut karena banyaknya pendatang yang masuk ke Nangabulik, baik yang masuk melalui program transmigrasi maupun karena merantau. Hal tersebut juga memengaruhi terbentuknya pola perilaku sosial (social behaviour) penduduk yang beragam pula.
== Karakteristik Penggunaan Lahan ==
=== Penggunaan Lahan dan Kecenderungannya ===
Baris 101 ⟶ 100:
# Makin banyaknya lahan kosong hasil pembukaan hutan yang masih belum termanfaatkan dengan ditunjang akses transportasi yang baik di wilayah tersebut memungkinkan adanya kegiatan industri dan pergudangan.
 
Berikut ini adalah prosentase penggunaan lahan di wilayah perencanaan:
a) Desa/Kelurahan Nanga Bulik
1. Hutan Belukar 201 Ha
2. Hutan Lebat 1.640 Ha
3. Kebun Campuran 5.819 Ha
4. Permukiman + sosial 225 Ha
5. Sungai 185 Ha
6. Jalan 82 Ha
Jumlah 8.152 Ha
 
b) Desa Kujan
1. Hutan Belukar 570 Ha
2. Hutan Lebat 1.683 Ha
3. Kebun Campuran 2.018 Ha
4. Permukiman + sosial 154 Ha
5. Sungai 70 Ha
6. Jalan 15 Ha
Jumlah 4.510 Ha
 
<!--
Gambar 3.1 Struktur Tata Guna Lahan Eksisting
Gambar 3.2. Penggunaan Lahan Eksisting
 
-->
=== Permukiman ===
Permukiman yang terdapat pada kawasan perencanaan merupakan permukiman kampung yang berkembang secara alamiah dan tidak tertata. Permukimannya sangat padat dan mengelompok. Kondisi bangunannya sangat rapat. Model rumah panggung khas lokal masih mendominasi rumah-rumah di wilayah perencanaan ini
Baris 147 ⟶ 121:
 
Distribusi intensitas penggunaan ruang di Kota Nanga Bulik ditunjukan dengan nilai BCR (Building Coverage Ratio) dan FAR (Floor Area Ratio) yang dinyatakan dalam persen (%). Masing-masing nilai dari FAR mempunyai kesamaan dengan nilai Koefisien Angka Lantai (ALD) dan koefisien angka luas lantai (ALL), dimana nilai ALD (BCR) menyatakan perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luas lahan. Sedangkan nilai ALL (FAR) menyatakan perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai bangunan terhadap luas lahan.
 
Berdasarkan kompilasi data dan hasil pengamatan di lapangan dapat dikemukakan bahwa penggunaan ruang di Kota Nanga Bulik masih didominasi oleh lahan perhutanan, semak belukar dan rawa-rawa. Kondisi di atas diperjelas dari pola distribusi intensitas penggunaan ruang di setiap Bagian Wilayah Kota.
Bagian wilayah kota yang memiliki BCR antara 80 - 90% hanya terdapat di bagian timur kota Nanga Bulik, yaitu di sekitar wilayah pusat kota lama, tepatnya di sepanjang jalan Cempaka, jalan Niaga, sebagian jalan Wanaraya, jalan Sekambingan, serta sebagian jalan JC Rangkap, terutama di sekitar daerah pasar. Di sekitar wilayah desa Kujan, tepatnya area permukiman di sepanjang tepi sungai Lamandau, yaitu antara jalan Gusti Raden Paru dan jalan Negara juga dapat ditemui keberadaan bangunan permukiman dengan BCR antara 80-90%. Bangunan-bangunan rumah ini umumnya mengelompok dengan pola berjejer di sepanjang aliran Sungai Lamandau, sejak pertigaan masuk arah desa Kujan terus hingga jembatan desa Kujan.
 
Hasil survey lapangan juga memperlihatkan gambaran jika sebagian kecil bagian wilayah kota lainnya memiliki BCR 60 - 80%, yang mana lokasinya berada di sepanjang jalan Kartawana arah selatan, sebagian jalan Batu Batanggui arah timur (menuju pasar), jalan Batu Macan ke arah desa Bunut, jalan GM Yusuf arah timur (menuju JC Rangkap), sebagian kecil wilayah trans lokal serta di sekitar pertigaan log pond.
Data hasil pengamatan lapangan juga memperlihatkan adanya bagian wilayah kota dengan BCR kurang dari 60%. Lokasinya berada di daerah trans lokal, jalan Batu Batanggui arah ke barat, jalan Melati, sebagian jalan GM Yusuf arah ke barat, sebagian jalan JC Rangkap arah ke selatan (pertigaan log pond), serta jalan negara setelah jembatan desa Kujan.
 
Ditinjau dari angka FAR-nya, bagian wilayah kota Nanga Bulik pada umumnya masih menunjukan tingkat intensitas yang rendah, kecuali pada sebagian wilayah tertentu yang menjadi titik simpul aktivitas. Dengan kata lain dapat diketahui jika jumlah lantai bangunan di bagian wilayah kota rata-rata tidak melebihi 1 (satu) tingkat. Namun dalam perkembangan dua tahun terakhir, bersamaan dengan peningkatan status menjadi Ibu kota Kabupaten Lamandau, maka mulai bermunculan bangunan bertingkat dua lantai. Hal ini dapat diamati pada kondisi bangunan permukiman di sepanjang jalan Niaga (terutama menuju arah pasar), jalan Cempaka (menuju arah pasar) dan sebagian jalan JC Rangkap yang berdekatan dengan pasar. Pada umumnya bangunan dengan konstruksi dua lantai memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi primer sebagai rumah tinggal dan fungsi sekunder sebagai sarana perdagangan dan jasa. Fungsi perdagangan dan jasa sebagian besar didominasi oleh toko bahan kebutuhan sehari-hari, toko kain dan pakaian, toko peralatan rumah tangga, dan warung.
 
Sesuai dengan kondisi di atas, maka untuk pengarahan rencana intensitas dan ekstensitas pada masa mendatang perlu dipertimbangkan pola pemanfaatan ruang pada setiap bagian wilayah kota secara optimal dan seefisien mungkin, dengan menekankan pola yang bersifat intensif terutama sekali pada kawasan pusat kota. Ketentuan BCR dan KLB bagi Kota Nanga Bulik akan mengacu pada rencana kota yang telah ada pada kota-kota kabupaten dan kecamatan lainnya di Lamandau.
Dalam analisis yang akan dilakukan nanti, intensitas penggunaan lahan ini akan dikonversikan kedalam kepadatan bangunan dengan menggunakan variabel sebagai berikut:
 
=== Kepadatan Bangunan ===
Kepadatan bangunan di wilayah perencanaan, yaitu kota Nanga Bulik, tergolong sangat rendah. Artinya jumlah bangunan yang ada masih jauh lebih rendah dibandingkan luasan lahan yang tersedia. Namun jika dilihat dari karakteristik penyebaran bangunannya, terlihat munculnya kelompok-kelompok bangunan permukiman (cluster) di titik-titik tertentu. Hasil survey lapangan menunjukkan bahwa di sekitar pasar Nanga Bulik dan sekitar pintu jembatan Kujan bermunculan bangunan permukiman dengan intensitas tinggi. Hal ini ditandai dengan rapatnya jarak antar bangunan, tidak tersedianya jalan lingkungan dengan lebar memadai, munculnya gang-gang kampung yang sempit, serta sedikitnya halaman atau ruang kosong di muka bangunan.

Keadaan ini cukup berpengaruh terhadap keadaan lingkungan sekitar rumah yang terasa kurang nyaman akibat kurangnya lahan untuk vegetasi tumbuhan penyegar. Kondisi bangunan yang terlalu padat berimpitan juga menyulitkan tatanan jalur utilitas bangunan, seperti pengaturan pipa air bersih dan pipa saluran air kotor serta limbah rumah tangga. Kepadatan bangunan yang tinggi dengan tatanan yang kurang teratur juga menyulitkan sirkulasi dan mobilitas
 
=== Kondisi Bangunan ===
Kondisi bangunan di wilayah perencanaan pada umumnya cukup baik. Kriteria penilaian yang cukup baik ini didasari atas struktur fisik bangunan permukiman tersebut, seperti:
Baris 165 ⟶ 146:
* Bentuk tampilan bangunan
Bentuk tampilan bangunan permukiman di kota Nanga bulik rata-rata hampir serupa, yaitu tipikal rumah panggung dengan bentuk listplank khas menjulang tinggi dan beratap sirap. Bentuk atap bangunan pelana hampir mendominasi semua bangunan rumah tinggal yang ada di kota Nanga Bulik.
 
=== Kemunduran Bangunan ===
Kemunduran bangunan pada hakekatnya membahas tentang garis muka bangunan (facade) dan garis jalan. Nilai operasionalnya dikenal dengan garis sempadan bangunan. Faktor ini perlu dibahas karena penting untuk mengatur modifikasi terhadap amplop bangunan yang terbentuk oleh batasan garis sempadan bangunan serta ketinggian bangunan maksimum. Secara teoretis garis sempadan bangunan terdiri atas tiga bagian, yaitu lantai dasar, lantai atas serta sudut.
Pada wilayah perencanaan tidak semua bangunan yang ditemui posisinya mundur terhadap jalan. Pada sepanjang jalan Niaga yang berbatasan langsung dengan sungai Lamandau, rata-rata bangunannya langsung berada di tepi jalan, tanpa memiliki halaman kosong. Demikian pula dengan bangunan di jalan Sekambingan sisi timur, jalan Cempaka sisi timur, sebagian jalan JC Rangkap (arah dekat pasar) serta ruas-ruas jalan yang cukup padat dengan bangunan. Umumnya area permukiman tanpa garis sempadan mudah ditemui di dekat area pasar.
 
=== Ketinggian Bangunan ===
Ketinggian bangunan di wilayah perencanaan rata-rata 1 (satu) lantai, terkecuali sebagian kecil bangunan yang berada di daerah dengan intensitas kepadatan tinggi seperti sebagian jalan JC Rangkap, sebagian jalan Niaga, sebagian jalan Cempaka dan sebagian jalan Batu Batanggui. Rata-rata bangunan rumah tinggal di kota Nanga Bulik merupakan bangunan panggung dengan ketinggian sekitar 5,5 – 7 meter di atas permukaan tanah. Sedangkan untuk bangunan 2(dua) lantai ketinggiannya mencapai 8,5 – 9,5 meter. Khusus untuk bangunan kantor dinas tidak mengikuti ketentuan tersebut, karena memiliki ketinggian lebih tinggi dari bangunan permukiman pada umumnya, yaitu mencapai kisaran 8-10 meter.
Baris 173 ⟶ 156:
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{Bulik, Lamandau}}
{{Kabupaten Lamandau}}
 
{{Authority control}}