Mazhab Hambali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 4:
== Metodologi ==
Pada dasarnya prinsip-prinsip dasar dalam mazhab Hambali hampir sama dengan [[mazhab Syafi'i]], hal ini dikarenakan Imam Hambali berguru pada Imam Syafi'i. Mazhab Hambali memiliki 5 dasar yang utama, yaitu:{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=84}}
# NashNas [[Al-Qur'an]] dan [[Hadis]] marfu'marfuk.{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=171. : "Al-Marfu' menurut bahasa: isim maf'ul dari kata rafa'a (mengangkat), dan ia sendiri berarti "yang diangkat". Dinamakan demikian karena disandarkannya ia kepada yang memiliki kedudukan tinggi, yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam."}}{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=172. : "Hadits marfu' menurut istilah adalah "sabda, atau perbuatan, atau taqrir (penetapan), atau sifat yang disandarkan kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, baik yang bersifat jelas ataupun secara hukum, baik yang menyandarkan itu sahabat atau bukan, baik sanadnya muttashil (bersambung) atau munqathi' (terputus)."}} Bila Imam Hambali mendapatkan suatu hadis, beliau kemudian berfatwa (beriftâ) dengan tidak memperdulikan keterangan-keterangan yang menyalahinya. Hal tersebut dilakukan Imam Hambali karena beliau memilih untuk mengabaikan perbuatan-perbuatan yang menyalahi hadis. Imam Hambali juga tidak mendahulukan suatu pendapat, baik [[qiyas]] ataupun perkataan sahabat diatas kedudukan hadis yang shahih.{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=84}}
# Fatwa Sahabat. Bila Imam Hambali mendapat fatwa atau perkataan dari seorang sahabat Rasul, dan beliau tidak mengetahui pendapat sahabat lain yang bertentangan dengannya, maka beliau jadikan fatwa sahabat itu sebagai [[hujjahhujah]].{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=84}}
# Pendapat Sahabat. Bila Imam Hambali mendapati adanya pendapat dari para sahabat Rasul, maka beliau memilahnya dengan mempertimbangkan mana yang lebih dekat dengan Al-Qur'an dan Hadis. Imam Hambali juga tidak meninggalkan perkataan para Sahabat untuk membuat [[ijtihad]] sendiri. Jika ada pendapat para Sahabat yang tidak sesuai atau kurang sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis, maka Imam Hambali akan menerangkan kekhilafan atau kekeliruan dengan tidak menegaskan pendapat mana yang akan diambil.{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=84}}
# Hadis mursal dan hadis dhaifdaif.{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=129. : "Dhaif menurut bahasa adalah lawan dari kuat. Dhaif ada dua macam yaitu lahiriah dan maknawiyah. Sedangkan yang dimaksud di sini adalah dhaif maknawiyah."}}{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=129. : "Hadits Dhaif menurut istilah adalah "hadits yang didalamnya tidak didapati syarat hadits shahih dan tidak pula didapati syarat hadits hasan."}} Imam Hambali tetap mempertimbangkan hadis mursal dan hadis dhaifdaif apabila tidak didapati keterangan-keterangan yang menolak hadis tersebut. Bagi Imam Hambali berhujjahberhujah dengan hadis dhaifdaif tidak masalah, selama hadis dhaifdaif tersebut tidak bathil, tidak munkar, dan tidak ada perawi-perawinya yang dituduh dusta. Bagi Imam Hambali melihat dan merujuk pada hadis mursal dan hadis dhaifdaif lebih utama dari qiyaskias.{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=84}}
# Qiyas[[Kias (fikih)|Kias]]. Imam Hambali menggunakan qiyaskias bila dalam keadaan mendesak atau darurat saja. Kondisi darurat yang dimaksud adalah ketika beliau tidak mendapati hadis (baik hadis shahisahih, hadis mursal, dan hadis dhaifdaif) atau perkataan sahabat yang bisa dipakai. Imam Hambali juga tidak menggunakan qiyaskias bila dalil-dalil yang didapatnya saling bertentangan satu sama lain.{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=85}}
 
== Perkembangan ==