Suku Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Api Yunani di Jawa
→‎Pedagang-Pelaut: Referensi dan halaman
Baris 172:
Pusat kebudayaan dan perpolitikan Jawa dipindahkan ke bagian timur pulau ketika [[Mpu Sindok]] (berkuasa tahun 929–947) memindahkan ibu kota kerajaan menuju timur ke lembah [[sungai Brantas]] pada abad ke-10. Pemindahan tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh [[Letusan gunung|letusan]] [[Gunung Merapi]] dan/atau invasi dari [[Sriwijaya]].<ref name="survey" />{{rp|238–239}}
 
Penyebaran besar pengaruh Jawa terjadi di bawah Raja [[Kertanegara]] dari [[Kerajaan Singasari]] pada akhir abad ke-13. Raja ekspansionis ini meluncurkan beberapa ekspedisi besar ke Madura, Bali pada tahun 1284,<ref name=handbook>{{Cite book|last=Capaldi|first=Liz|authorlink=|author2=Joshua Eliot|title=Bali handbook with Lombok and the Eastern Isles: the travel guide|publisher=Footprint Travel Guides|year=2000|location=|pages=|url=https://books.google.com/books?id=ZiHAw5zSHKkC|doi=|isbn=978-0-658-01454-3}}</ref> [[Kalimantan]], dan [[Ekspedisi Pamalayu|ekspedisi yang paling penting ke Sumatra]] pada tahun 1275.<ref name="survey">{{Cite book|last=Spuler|first=Bertold|author2=F.R.C. Bagley|title=The Muslim world: a historical survey, Part 4|publisher=Brill Archive|pages=252|url=https://books.google.com/books?id=VNgUAAAAIAAJ|isbn=978-90-04-06196-5|date=31 Desember 1981}}</ref> Seiring kekalahan [[Kerajaan Melayu]], [[Kerajaan Singasari]] mengendalikan perdagangan di [[Selat Malaka]].
 
Kekuasaan Singasari dihancurkan pada tahun 1292 oleh pemberontakan Kediri di bawah [[Jayakatwang]] dan membunuh Kertanegara. Namun, kekuasaan Jayakatwang sebagai raja Jawa segera berakhir ketika ia dikalahkan oleh menantu Kertanegara, [[Raden Wijaya]] dengan bantuan [[Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa|penyerbuan oleh pasukan Mongol]] pada bulan Maret 1293.
Baris 266:
Orang Jawa mungkin telah berhubungan dengan benua [[Australia]] pada abad ke-10 M, dan bermigrasi ke sana, pemukiman mereka ada hingga awal 1600-an. Menurut Prasasti Waharu IV (931 M) dan Prasasti Garaman (1053 M),<ref>Nastiti (2003), in Ani Triastanti, 2007, p. 39.</ref><ref>Nastiti (2003), in Ani Triastanti, 2007, p. 34.</ref> Kerajaan [[Medang]] dan [[Kerajaan Kahuripan]] zaman Airlangga (1000-1049 M) di Jawa mengalami masa kemakmuran panjang sehingga membutuhkan banyak tenaga terutama untuk membawa hasil panen, mengemas, dan mengirimkannya ke pelabuhan. Tenaga kerja berupa orang kulit hitam diimpor dari Jenggi ([[Zanzibar]]), Pujut ([[Australia]]), dan Bondan ([[Papua]]).<ref>Nugroho (2011). p. 39.</ref><ref>Nugroho (2011). p. 73.</ref> Menurut Naerssen, mereka tiba di Jawa dengan jalan perdagangan (dibeli oleh pedagang) atau ditawan saat perang dan kemudian dijadikan budak.<ref>Kartikaningsih (1992). p. 42, in Ani Triastanti (2007), p. 34.</ref> Menurut Chiaymasiouro, raja Demak, pada 1601 M ada subkelompok orang Jawa yang sudah menetap di tanah bernama ''Luca'' ''Antara'', yang diyakini sebagai Australia.<ref name=":03">de Eredia (1613). p. 63.</ref> Tetapi ketika pelayan Eredia pergi ke ''Luca'' ''Antara'' pada tahun 1610, tanah tersebut seolah-olah telah ditinggalkan.<ref name=":32">de Eredia (1613). p. 262.</ref>
 
Catatan Arab abad ke-10 ''Ajayeb al-Hind'' (Keajaiban India) memberikan laporan invasi di Afrika oleh bangsa yang disebut Wakwak atau [[Waqwaq]],<ref name=":122">Kumar, Ann. (1993). 'Dominion Over Palm and Pine: Early Indonesia’s Maritime Reach', in Anthony Reid (ed.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (Sigapore: Institute of Southeast Asian Studies), 101-122.</ref>{{rp|110}} mungkin adalah orang-orang Melayu Sriwijaya atau orang Jawa dari kerajaan Medang,<ref name=":13">{{Cite book|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2011|title=Majapahit Peradaban Maritim|location=|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|isbn=9786029346008|pages=}}</ref>{{Rp|39}} pada 945-946 M. Mereka tiba di pantai [[Tanganyika]] dan [[Mozambik]] dengan 1000 kapal dan berusaha merebut benteng Qanbaloh, meskipun akhirnya gagal. Alasan serangan itu adalah karena tempat itu memiliki barang-barang yang cocok untuk negara mereka dan China, seperti gading, kulit kura-kura, kulit macan kumbang, dan ambergris, dan juga karena mereka menginginkan budak hitam dari [[orang Bantu]] (disebut ''Zeng'' atau ''Zenj'' oleh orang Arab, ''Jenggi'' oleh orang Jawa) yang kuat dan menjadi budak yang baik.<ref name=":3">{{Cite book|last=Reid|first=Anthony|year=2012|title=Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past|location=|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=978-9814311960|pages=}}</ref>{{rp|110}}
 
Selama era Majapahit, hampir semua komoditas dari Asia ditemukan di Jawa. Ini dikarenakan perdagangan laut ekstensif yang dilakukan oleh kerajaan Majapahit yang menggunakan berbagai jenis kapal, terutamanya [[Djong (kapal)|jong]], untuk berdagang ke tempat-tempat yang jauh.<ref name=":1">{{Cite book|title=Majapahit Peradaban Maritim|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|year=2011|isbn=9786029346008|location=|pages=}}</ref>{{Rp|267-293}} Ma Huan (penerjemah Cheng Ho) yang mengunjungi Jawa pada tahun 1413, menyatakan bahwa pelabuhan di Jawa adalah memperdagangkan barang dan menawarkan layanan yang lebih banyak dan lebih lengkap daripada pelabuhan lain di Asia Tenggara.<ref name=":1" />{{Rp|241}} Juga pada era Majapahit penjelajahan orang-orang Nusantara mencapai prestasi terbesarnya. Ludovico di Varthema (1470–1517), dalam bukunya ''Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese'' menyatakan bahwa orang Jawa Selatan berlayar ke "negeri jauh di selatan" hingga mereka tiba di sebuah pulau di mana satu hari hanya berlangsung selama empat jam dan "lebih dingin daripada di bagian dunia mana pun". Penelitian modern telah menentukan bahwa tempat tersebut terletak setidaknya 900 mil laut (1666 km) selatan dari titik paling selatan [[Tasmania]].<ref name=":2">{{Cite book|title=The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508|last=Jones|first=John Winter|publisher=Hakluyt Society|year=1863|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{rp|248-251}} Ketika [[Afonso de Albuquerque]] menaklukkan Malaka (1511), orang Portugis mendapatkan sebuah peta dari seorang mualim Jawa, yang juga menampilkan bagian dari [[benua Amerika]].<ref name=":5">Cartas de Afonso de Albuquerque, Volume 1, hlm. 64, 1 April 1512</ref>
 
Orang Jawa, seperti suku-suku [[Austronesia]] lainnya, menggunakan sistem navigasi yang mantap: Orientasi di laut dilakukan menggunakan berbagai tanda alam yang berbeda-beda, dan dengan memakai suatu teknik perbintangan sangat khas yang dinamakan ''star path navigation''. Pada dasarnya, para navigator menentukan haluan kapal ke pulau-pulau yang dikenali dengan menggunakan posisi terbitnya dan terbenamnya bintang-bintang tertentu di atas cakrawala.<ref name=":4">{{Cite book|title=Perahu-Perahu Tradisional Nusantara|last=Liebner|first=Horst H.|publisher=|year=2002|isbn=|location=Jakarta|pages=}}</ref>{{Refpage|10}} Pada zaman Majapahit, [[kompas]] dan [[magnet]] telah digunakan, selain itu [[kartografi]] (ilmu pemetaan) telah berkembang: Penggunaan peta yang penuh garis-garis memanjang dan melintang, garis rhumb, dan garis rute langsung yang dilalui kapal dicatat oleh orang Eropa, sampai-sampai orang Portugis menilai peta Jawa merupakan peta terbaik pada awal tahun 1500-an.<ref name=":2" /><ref>{{Cite web|url=https://www.nusantarareview.com/teknologi-era-majapahit.html|title=Teknologi Era Majapahit|date=2 Oktober 2018|website=Nusantara Review|language=en-US|access-date=11 Juni 2020}}</ref>
 
Kehadiran kolonial Eropa mengurangi jangkauan para pedagang-pelaut Jawa. Namun, pada tahun 1645, Diogo de Couto mengkonfirmasi bahwa orang Jawa masih berkomunikasi dengan pantai timur Madagaskar.<ref>Couto, Diogo do (1645). ''Da Asia: Nine decades''. Lisbon: Regia Officina Typografica, 1778-88. Reprint, Lisbon, 1974. Vol. IV, p. 169.</ref><ref name=":132">{{Cite book|last=Reid|first=Anthony|year=2000|title=Charting the Shape of Early Modern Southeast Asia|location=|publisher=Silkworm Books|isbn=9747551063|pages=}}</ref>{{rp|57}} Keputusan [[Amangkurat i|Amangkurat I]] dari Kesultanan Mataram untuk menghancurkan kapal di kota-kota pesisir dan menutup pelabuhan untuk mencegah mereka memberontak pada pertengahan abad ke-17 semakin mengurangi kemampuan orang Jawa dalam berlayar jarak jauh. Ini diperkuat dengan [[perjanjian Mataram-VOC tahun 1705]] yang melarang orang Jawa berlayar ke sebelah timur [[Pulau Lombok|Lombok]], sebelah utara Kalimantan, dan sebelah barat [[Lampung]].<ref>{{Cite book|last=Ricklefs|first=Merle Calvin|date=|year=2008|url=https://archive.org/details/m.-c.-ricklefs-a-history-of-modern-indonesia-since-c.-1200-red-globe-press-2008/page/100/mode/2up?q=Amangkurat|title=A History Of Modern Indonesia Since c. 1200 Fourth Edition|location=New York|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=9780230546851|pages=100 dan 116|url-status=live}}</ref> Pada paruh kedua abad ke-18, sebagian besar pedagang-pelaut Jawa dibatasi hanya untuk perjalanan jarak pendek.<ref name=":4" />{{rp|20-21}}
 
=== Pembuat kapal ===
Baris 283:
* Jong Jawa di teluk [[Kesultanan Banten|Banten]], tahun 1610.
}}
Orang Jawa dikenal memproduksi kapal besar yang disebut [[Djong (kapal)|jong]]. Kapal-kapal ini telah melintasi lautan antara India dan Tiongkok pada awal abad ke-1, membawa hingga 1000 orang bersama 250–1000 ton kargo.<ref name=":0" /> Jong dibangun terutama di dua pusat pembuatan kapal utama di sekitar Jawa: Di pantai utara Jawa, di sekitar Cirebon dan Rembang-Demak (di selat Muria yang memisahkan gunung Muria dengan pulau Jawa), dan juga di pesisir Selatan Kalimantan, terutama di Banjarmasin dan pulau-pulau sekitarnya.<ref name=":10" />{{rp|377}} Tempat ini sama-sama memiliki hutan jati, tetapi galangan kapal di [[Kalimantan]] tetap mendatangkan kayu jati dari Jawa, sedangkan Kalimantan sendiri menjadi pemasok kayu ulin.<ref name=":202">{{Cite book|last=Rouffaer|first=G.P.|date=|year=1915|url=|title=De eerste schipvaart der Nederlanders naar Oost-Indië onder Cornelis de Houtman Vol. I|location=Den Haag|publisher='S-Gravenhage M. Nijhoff|isbn=|page=|pages=|url-status=live}}</ref>{{rp|132}} [[Pegu]] (sekarang Bago), yang merupakan pelabuhan besar pada abad ke-16, juga memproduksi jong, oleh orang Jawa yang menetap di sana.<ref>{{Cite book|titlename=":04">Pires, Tome (1944). ''The Suma Oriental|last=oriental of Tomé Pires|first=Tome|publisher= : an account of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515 ; and, the book of Francisco Rodrigues, rutter of a voyage in the Red Sea, nautical rules, almanack and maps, written and drawn in the East before 1515.'' London: The Hakluyt Society|year=|isbn=. ISBN 9784000085052|location=London|pages=}}.</ref>
 
Takjub akan kemampuan mereka, Albuquerque mempekerjakan 60 tukang kayu dan arsitek kapal Jawa dari galangan kapal Malaka dan mengirimnya ke India, dengan harapan bahwa para pengrajin ini sanggup memperbaiki kapal-kapal Portugis di India. Akan tetapi mereka tidak pernah sampai di India, mereka memberontak dan membawa kapal Portugis yang mereka tumpangi ke Pasai, di mana mereka disambut dengan luar biasa.<ref>{{Cite book|last=Reid|first=Anthony|date=1988|title=Southeast Asia in the Age of Commerce, 1450-1680: The lands below the winds, Volume 1|location=|publisher=Yale University Press|isbn=9780300039214|pages=|url-status=live}}</ref>{{rp|102-103}} Pembuatan kapal di Jawa terhambat ketika VOC memperoleh pijakan di Jawa mulai awal abad ke-17. Mereka melarang penduduk setempat untuk membangun kapal dengan tonase lebih dari 50 ton, dan menugaskan pengawas Eropa ke setiap galangan kapal.<ref name=":333">{{CiteLombard, book|titleDenys (2005)''. [https://archive.org/details/NJ2JA/mode/2up?q= Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia]''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Alih bahasa Indonesia dari Lombard, Denys (1990). ''Le carrefour javanais. Essai d'histoire globale (The Javanese Crossroads.: EssayTowards ofa Global History|last=Lombard|first=Denys|publisher=|year=1990|isbn=2713209498|location=|pages=}}) vol. 2''. Paris: Éditions de l'École des Hautes Études en Sciences Sociales.</ref>{{rp|95}} Namun, pada abad ke-18 daerah pembuatan kapal Jawa (khususnya [[Kabupaten Rembang|Rembang]] dan [[Juwana, Pati|Juwana]]) telah mulai membangun kapal besar bergaya Eropa (jenis ''bark'' dan ''brigantine'') dengan kisaran tonase 160–600 ton.<ref name=":4" />{{rp|20}}<ref>Lee, Kam Hing (1986): 'The Shipping Lists of Dutch Melaka: A Source for the Study of Coastal Trade and Shipping in the Malay Peninsula During the 17th and 18th Centuries', in Mohd. Y. Hashim (ed.), ''Ships and Sunken Treasure'' (Kuala Lumpur: Persatuan Muzium Malaysia), 53-76.</ref>
 
=== Pandai besi ===
Baris 302:
|}
 
Pandai besi secara tradisional dihargai. Beberapa pandai besi berpuasa dan bermeditasi untuk mencapai kesempurnaan. Pandai besi Jawa menciptakan berbagai alat dan peralatan pertanian, dan juga barang-barang budaya seperti instrumen gamelan dan keris.<ref name="dunham">{{Cite book|last=Dunham|first=Stanley Ann|authorlink=Ann Dunham|author2=Alice G. Dewey|title=Surviving Against the Odds: Village Industry in Indonesia|publisher=Duke University Press|year=2009|pages=50|url=https://books.google.com/books?id=5WR76pKZzpYC&pg=PA50|isbn=978-0-8223-4687-6}}</ref> Seni membuat keris memberikan keterampilan teknis yang diterapkan pada pembuatan meriam. Meriam dan senjata api membutuhkan keahlian khusus dan mungkin dibuat oleh orang-orang yang sama. Kekuatan spiritual pandai besi dikatakan dipindahkan ke meriam yang mereka buat.<ref name=":10">{{Cite book|last=Tarling|first=Nicholas|date=|year=1992|url=https://books.google.co.id/books?id=rOw8AAAAIAAJ&vq=|title=The Cambridge History of Southeast Asia: Volume 1, From Early Times to C.1800|location=|publisher=Cambridge University Press|isbn=9780521355056|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|384}} Kerajaan Majapahit menggunakan senjata api dan meriam sebagai ciri peperangannya. [[Cetbang]], meriam putar isian belakang perunggu dari Jawa, digunakan di mana-mana oleh angkatan laut Majapahit, bajak laut, dan raja-raja saingan. Runtuhnya kekaisaran Majapahit juga menyebabkan banyak dari ahli meriam perunggu yang tidak puas dengan kondisi di kerajaan di Jawa yang lari ke [[Brunei Darussalam|Brunei]], [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]] dan [[kepulauan Filipina]], yang menyebabkan meluasnya penggunaan meriam cetbang. Terutama pada kapal dagang untuk perlindungan dari bajak laut, terutama di [[Selat Makassar]].<ref name="Thomas Stamford Raffles 1965">Thomas Stamford Raffles, ''The History of Java'', Oxford University Press, 1965, {{ISBN|0-19-580347-7}}, 1088 pages.</ref> [[Meriam tangan|Meriam galah]] ([[bedil tombak]]) tercatat digunakan oleh orang Jawa di Indonesia pada tahun 1413.<ref>Mayers (1876). "Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century". ''The China Review''. '''IV''': p. 178.</ref><ref name=":72">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=1976|title=L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises|url=|journal=Arts Asiatiques|volume=32|pages=233-268|via=}}</ref>
 
Duarte Barbosa sekitar tahun 1510 mengatakan bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang baik. Mereka membuat banyak meriam 1 pon ([[cetbang]] atau [[rentaka]]), [[senapan lontak]] panjang, ''spingarde'' (arquebus), ''schioppi'' (meriam tangan), [[api Yunani]], ''gun'' (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya. Setiap tempat di sana dianggap sangat baik dalam mencetak/mengecor artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.<ref name=":2" />{{Rp|254}}<ref>{{Cite book|last=Barbosa|first=Duarte|date=|year=1866|url=|title=A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century|lastlocation=Barosa|first=Duarte|publisher=The Hakluyt Society|year=1866|isbn=|locationpages=|pagesurl-status=live}}</ref>{{Rp|198}}<ref>{{Cite book|last=Partington|first=J. R.|url=https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&pg=PA224&lpg=PA224&dq=muhammad,+the+king+of+java,+has+8000+cannon&source=bl&ots=VpOdV3xt0G&sig=ACfU3U2GIinrhq2PGIduAOkNmI2a8mOGeA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjxg-vphKzpAhWWf30KHR8EDa8Q6AEwAHoECAcQAQ#v=onepage&q=java&f=false|title=A History of Greek Fire and Gunpowder|date=1999|publisher=JHU Press|isbn=978-0-8018-5954-0|language=en}}</ref>{{Rp|224}} Pada tahun 1513, armada Jawa yang dipimpin oleh [[Pati Unus|Patih Yunus]], berlayar untuk menyerang [[Melaka Portugis]] "dengan banyak artileri yang dibuat di Jawa, karena orang Jawa terampil dalam perpandaian besi dan pengecoran, dan dalam semua pekerjaan dengan besi, melebihi apa yang mereka miliki di India".<ref name=":023" />{{Cite bookRp|title=Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past|last=Reid|first=Anthony|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|year=2012|isbn=978-981-4311-96-0|location=|pages=162}}</ref><ref name=":22">{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Rp|23}}
 
Zhang Xie dalam Dong Xi Yang Kao (1618) menyebutkan bahwa kota Palembang, yang telah ditaklukkan oleh orang Jawa, menghasilkan minyak api ganas (''ming huo yu''), yang menurut ''Hua I Kao'' adalah sejenis getah pohon (''shu'' ''chin''), dan juga disebut minyak lumpur (''ni'' ''yu''). Zhang Xie menulis:<ref name=":23">{{Cite book|last=Needham|first=Joseph|year=1986|title=Science and Civilisation in China, Volume 5: Chemistry and Chemical Technology, Part 7, Military Technology: The Gunpowder Epic|location=Cambridge|publisher=Cambridge University Press|isbn=|pages=}}</ref>{{Rp|88}}<blockquote>Benda ini sangat mirip dengan kapur barus, dan dapat merusak daging manusia. Ketika dinyalakan dan dilemparkan ke air, cahaya dan apinya menjadi lebih kuat. Orang barbar menggunakannya sebagai senjata api dan menghasilkan kebakaran hebat di mana layar, benteng, bagian atas, dan dayung semuanya terbakar dan tidak dapat menahannya. Ikan dan kura-kura yang bersentuhan dengannya tidak bisa lepas dari kehangusan.</blockquote>Karena tidak disebutkan pompa penyembur, senjata itu mungkin adalah botol yang bisa pecah dengan sumbu.<ref name=":23" />{{Rp|88}}