Bharatayuddha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
k →‎top: ubah templat
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Baris 80:
=== Babak Kedua ===
 
Setelah Resi Seta gugur, [[Pandawa]] kemudian mengangkat [[Drestadyumna|Trustajumena]] (TrustajumenaDrestadyumna) sebagai pimpinan perangnya dalam perang Bharatayuddha. Sedangkan [[Bisma]] tetap menjadi pimpinan perang [[Korawa]]. Dalam babak ini kedua kubu berperang dengan siasat yang sama yaitu ''Garudanglayang'' (Garuda terbang).
 
Dalam pertempuran ini dua anggota [[Korawa]] kembar, yaitu Wikataboma dan Bomawikata, terbunuh setelah kepala keduanya diadu oleh [[Bima (Mahabharata)|Bima]]. Sementara itu beberapa raja sekutu Korawa juga terbunuh dalam babak ini. Diantaranya [[Susarma|Prabu Sumarma]] (Susarma), raja [[kerajaan Trigarta|Trigartapura]] tewas oleh Bima, Prabu Dirgantara terbunuh oleh Arya [[SatyakiSetyaki]], Prabu Dirgandana tewas di tangan Arya Sangasanga (anak Setyaki), Prabu Dirgasara dan Surasudirga tewas di tangan [[Gatotkaca]], dan Prabu Malawapati, raja Malawa tewas terkena panah Hrudadali milik [[Arjuna]].
 
Bisma setelah melihat komandan pasukannya berguguran kemudian maju ke medan pertempuran, mendesak maju menggempur lawan. Atas petunjuk [[Kresna]], Pandawa kemudian mengirim Dewi Wara [[Srikandi]] untuk maju menghadapi Bisma. Dengan tampilnya prajurit wanita tersebut di medan pertempuran menghadapi Bisma. Bisma merasa bahwa tiba waktunya maut menjemputnya, sesuai dengan kutukan Dewi [[Amba]] yang tewas di tangan Bisma. Bisma gugur dengan perantaraan panah Hrudadali milik [[Arjuna]] yang dilepaskan oleh istrinya, Srikandi.
Baris 88:
 
Dalam babak ini juga diadakan korban demi syarat kemenangan pihak yang sedang berperang. Resi Ijrapa dan anaknya Rawan dengan sukarela menyediakan diri sebagai korban (Tawur) bagi Pandawa. Keduanya pernah ditolong Bima dari bahaya raksasa. Selain itu satria Pandawa terkemuka, [[Antareja]] yang merupakan putra Bima juga bersedia menjadi tawur dengan cara menjilat bekas kakinya hingga tewas. Sementara itu Sagotra, hartawan yang berhutang budi pada Arjuna ingin menjadi korban bagi Pandawa. Namun karena tidak tahu arah, ia bertemu dengan Korawa. Oleh tipu muslihat [[Korawa]], ia akan dipertemukan dengan Arjuna, namun dibawa ke Astina. Sagotra dipaksa menjadi tawur bagi Korawa, namun menolak mentah-mentah. Akhirnya, [[Dursasana]], salah satu anggota Kurawa membunuhnya dengan alasan sebagai tawur pihak Korawa.-->
 
== Kutipan dari [[Kakawin Bharatayuddha]] ==