Qadariyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan
Ibensis (bicara | kontrib)
k Membalikkan revisi 17565332 oleh 36.90.25.118 (bicara)
Tag: Pembatalan
Baris 6:
Namun paham Qadariyah yang murni dapat dikatakan telah punah, akan tetapi masih bisa dijumpai derivasinya pada masa sekarang, yaitu mereka tetap meyakini bahwa perbuatan makhluk adalah kemampuan dan ciptaan makhluk itu sendiri, meskipun kini menetapkan bahwa Allah sudah mengetahui segala perbuatan hamba tersebut sebelum terjadinya. [[Imam Al-Qurthubi]] berkata, “Ideologi ini telah sirna, dan kami tidak mengetahui salah seorang dari muta’akhirin (orang sekarang) yang berpaham dengannya. Adapun Al-Qadariyyah pada hari ini, mereka semua sepakat bahwa Allah Maha Mengetahui segala perbuatan hamba sebelum terjadi, tetapi mereka menyelisihi As-Salafush Shalih (yaitu) dengan menyatakan bahwa perbuatan hamba adalah hasil kemampuan dan ciptaan hamba itu sendiri.”<ref>[[Fathul Bari]], karya al-Hafizh [[Ibnu Hajar]], 1/145</ref>
 
== Sejarah ==
[Imam Al-Auza'i]] mengatakan, “Yang pertama kali mencetuskan paham mengingkari takdir adalah Susan, seorang penduduk Irak. Ia awalnya adalah seorang Nasrani yang masuk Islam, (namun) kemudian kembali kepada agamanya semula. Ma’bad al-Juhani menimba (paham ini) darinya, kemudian Ghailan bin Muslim ad-Dimasyqi menimbanya dari Ma’bad.”<ref>[[Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnati wal Jama’ah]], karya [[Al-Lalika'i]], 4/827</ref> [[Imam Muslim]] meriwayatkan dalam [[Shahih Muslim|Kitab Shahih]]-nya dari Yahya bin Ya’mar, ia berkata, “Yang pertama kali memelopori (menyebarkan) paham ingkar takdir di Bashrah adalah Ma’bad al-Juhani.”
Pelopornya sekte ini adalah [[Ma'bad al-Juhani]], seorang penduduk kota Bashrah dan muridnya [[Ghailan ad-Dimasyqi]]. Paham bid'ah ini tersebar di Bashrah dan mempengaruhi banyak penduduknya ketika tokoh kota tersebut, ‘Amr bin ‘Ubaid mengikuti paham ini.
 
[[Imam Al-Auza'i]] mengatakan, “Yang pertama kali mencetuskan paham mengingkari takdir adalah Susan, seorang penduduk Irak. Ia awalnya adalah seorang Nasrani yang masuk Islam, (namun) kemudian kembali kepada agamanya semula. Ma’bad al-Juhani menimba (paham ini) darinya, kemudian Ghailan bin Muslim ad-Dimasyqi menimbanya dari Ma’bad.”<ref>[[Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnati wal Jama’ah]], karya [[Al-Lalika'i]], 4/827</ref> [[Imam Muslim]] meriwayatkan dalam [[Shahih Muslim|Kitab Shahih]]-nya dari Yahya bin Ya’mar, ia berkata, “Yang pertama kali memelopori (menyebarkan) paham ingkar takdir di Bashrah adalah Ma’bad al-Juhani.”
“Penduduk Bashrah banyak yang terpengaruh dengan paham sesat ini setelah melihat ‘Amr bin ‘Ubaid mengikutinya.” <ref>lihat perkataan Al-Imam as-Sam’ani dalam kitab [[Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim]], karya [[Imam An-Nawawi]], 1/137.</ref>