Bioskop Majestic: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k membetulkan kata
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 18:
Keterbatasan teknologi yang tersedia membuat kenikmatan yang dirasakan penonton juga tidak seperti saat ini. Pada zaman dahulu, bioskop Majestic hanya memiliki proyektor yang mampu memutar satu reel film sepanjang 300 meter dan berdurasi 15 menit. Dengan demikian, jika film yang diputar durasinya satu jam maka perlu ada jeda tiga kali untuk mengganti reel. Selama jeda penggantian reel berlangsung. Penonton akan disuguhi iklan sejenak. Iklan yang ada pun bukan berupa video atau gambar bergerak, melainkan dalam bentuk gambar mati.<ref name=":3" />
 
Semakin banyaknya film-film Indonesia turut berimbas pada popularitas bioskop Majestic yang semakin meningkat pada dekade 1970-an. Namun kejayaan itu berlangsung tidak terlalu lama. Satu dekade kemudian atau  pada era 1980-an, bioskop ini mulai meredup pamornya. <ref name=":2" />Menjamurnya cineplex atau bioskop modern menjadi pemicu redupnya pamor bioskop Majestic. Dari segi film yang ditawarkan kepada penonton pun, bioskop Majestic tidak bisa bersaing. Bahkan kemudian bioskop Majestic hanya mampu menayanganmenayangkan film-film panas yang sekaligus menandai tumbangnya riwayat bioskop ini.<ref name=":2" />
 
== Pemutaran ''Loetoeng Kasaroeng'' ==
Bioskop Majestic menjadi saksi dari keberhasilan pemutaran Loetoeng Kasaroeng, film Indonesia yang pertama. Film Loetoeng Kasaroeng dirilis pada tahun 1926 oleh NV Java Film Company dengan dua sutradara di balik layarnya, yaitu G. Kruger dan L. Heuveldorp. Film ini mengangkat legenda masyaratmasyarakat Sunda yang sering dibawakan melalui seni pantun.<ref name=":1" /> Sebagai film Indonesia pertama, tokoh-tokohnya pun dibintangi oleh aktor dan aktisaktris pribumi, salah satunya adalah anak-anak Bupati Bandung, Wiranatakusumah.<ref name=":0" />
 
Loetoeng Kasaroeng ditayangkan secara perdana di Bandung pada 31 Desember 1926 atau tepat pada malam tahun baru. Selain Majestic, ada satu bioskop lain di Bandung yang juga menayangkan film ini, yaitu [[Bioskop Elita]]. Berbeda nasib dengan Majestic yang bangunannya masih berdiri kokoh hingga sekarang, bangunan Elita kini sudah tidak ada. Saat menayangkan Loetoeng Kasaroeng, bioskop Majestic masih bernama Concordia karena letaknya berada tepat di samping Societeit Concordia yang inikini menjadi Gedung Merdeka.<ref name=":1" />
 
Film Loetoeng Kasaroeng sebenarnya tidak hanya diputar di Bandung melainkan juga kota-kota lain. Namun, berhubung ceritanya yang berbasis pada cerita yang terkenal di Tanah Sunda, maka sambutan penonton di luar Bandung terbilang rendah.
 
== Desain dan arsitektur ==
Charles Prosper Wolff Schoemaker menerapkan aliran Indo Europeeschen Architectuur Stijl yang mengombinasikan elemen arsitektur tradisional dengan teknik konstruksi modern dari barat. Bagaimana ini diterapkan tampak dari ukiran dan ornamen barong yang terpampang di bagian depan gedung.<ref name=":1" /> Selain itu (penanda gaya arstietur stijl), ciri lain terlihat dari adanya garis-garis vertikal dan horizontal pada bangunan.<ref name=":2" />
 
Bangunan ini didirikan di bawah arahan biro arsitektur Technisch Bureu Soenda.<ref name=":2" /> Orang-orang dari golongan pribumi sempat menjuluimenjuluki bioskop ini sebagai blikken trommel, yang dalam bahasa Belanda artinya kaleng timah atau kaleng biskuit. Sementara itu ruang pemutaran film di bagian dalam gedung dibuat dengan bentuk berundak yang menandakan kelas serta harga tiket yang dijual. Kelas 1 berada di balkon, kelas 2 di bagian bawah belakang, sementara kelas 3 ada di bagian paling depan.<ref name=":1" />
 
Menurut Adib Baskoro Pratomo dalam tulisannya di Prosiding Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia 2017, Schoemaker mempertahankan gaya arsitektur barat ketimbang mengadaptasi gaya arsitektur lokal secara menyeluruh. Saat itu, orang Belanda memang menggemari bangunan bergaya barat karena beranggapan mereka tidak akan tinggal untuk waktu yang lama di Indonesia.<ref name=":4">Adin Baskoro Pratomo, (2017), ''Gaya Arsitektur Bioskop Majestic di Bandung,'' Prosiding Seminar Heritage Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia 2017, Hal. 78-80.<br /></ref>
 
Apa yang dilakukan Schoemaker dalam rancangannya sebenarnya bertentangan dengan prinsip yang ia pegang. Menurut Schoemaker, tradisi bangunan pribumi di Jawa tidak ada yang dapat menjadi contoh bagi bangunan modern meski di sisi lain ada beberapa contoh bagus dari bangunan di luar pulau Jawa. Maka dari itu, Schoemaker beralasan bahwa adanya ornamen Batara Kala yang ditempatkan di atas gedung adalah sebuah kesalahan.<ref name=":4" />
Baris 41:
Setelah sempat terbengkalai, Gedung bioskop Majestic direvitalisasi pada tahun 2002 dan mengalami perubahan fungsi menjadi Asia Africa Cultural Centre (AACC). Namun penggunaan gedung AACC dihentikan menyusul kasus meninggalnya 11 penonton dalam [[Tragedi AACC 2008]].<ref name=":0" />
 
Aktivitas di gedung tersebut praktis menjadi mati suri setelah insiden tersebut. Setelahnya, gedung pernah dijadikan kantor meski hanya sementara karena dianggap tidak sesuai penggunaannya. Revitalisasi pun kembali dilakukan yang kali ini membuat gedung berfungsi sebagai kafe dengan nama Cafe Majestic di bawah pengelolaan Dinas Budaya dan Pariwisata kota Bandung.<ref name=":0" /> Beranjak ke pertengahan tahun 2013, gedung bekas bioskop Majestic resmi berubah lagi menjadi tempat karaoke dengan nama New Majestic. Bagian dalam gedung ikut dirombadirombak untuk memberikan servis kepada para pelanggan karaoke.<ref>Okezone. "[https://news.okezone.com/read/2013/07/03/528/831162/bioskop-pertama-di-indonesia-kini-jadi-tempat-karaoke-dangdut Bioskop Pertama di Indonesia Kini Jadi Tempat Karaoke Dangdut: Okezone News]". https://news.okezone.com/. Diakses tanggal 2019-04-09. </ref>
 
Pengelolaannya gedung kemudian diambil oleh PD Jasa dan Kepariwisataan pada 2017, aktivitas di gedung ini hidup lagi dengan nama baru, De Majestic. Dengan mengusung konsep gedung pertunjukkanpertunjukan, bangunan ini banyak dipakai untuk pagelaran kesenian Sunda hingga sempat digadang-gadang menjadi ''broadway''-nya kota Bandung. Selain itu, gedung ini juga terbuka untuk dipakai kegiatan lain seperti lokakarya hingga acara pernikahan.<ref name=":1" />
 
== Referensi ==