Laut Tiongkok Selatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Pierrewee (bicara | kontrib)
sesuai KBBI: mengeklaim
Baris 63:
''South China Sea'' adalah istilah dominan yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menyebut laut ini. Nama dalam rata-rata bahasa Eropa juga mengikuti penamaan dalam bahasa Inggris. Nama ini muncul ketika bangsa Eropa menggunakan laut ini sebagai rute pelayaran dari Eropa dan Asia Selatan ke pos-pos dagang di Tiongkok. Pada abad ke-16, pelayar Portugal menggunakan sebutan Laut Tiongkok (''Mare da China''). Nama Laut Tiongkok Selatan digunakan untuk membedakannya dari badan air lain di dekatnya.<ref>{{cite book |last=Tønnesson |first=Stein |date=2005 |chapter=Locating the South China Sea |editor-last1=Kratoska |editor-first1=Paul H. |editor-last2=Raben |editor-first2=Remco |editor-last3=Nordholt |editor-first3=Henk Schulte |title=Locating Southeast Asia: Geographies of Knowledge and Politics of Space |publisher=Singapore University Press |page=204 |isbn=9971-69-288-0 |quote=The European name 'South China Sea' ... is a relic of the time when European seafarers and mapmakers saw this sea mainly as an access route to China ... European ships came, in the early 16th century, from Hindustan (India) ... The Portuguese captains saw the sea as the approach to this land of China and called it ''Mare da China''. Then, presumably, when they later needed to distinguish between several China seas, they differentiated between the 'South China Sea', ...}}</ref> [[Organisasi Hidrografi Internasional]] menyebut laut ini "South China Sea (Nan Hai)".<ref name="IHO">{{cite web|url=http://www.iho.int/iho_pubs/standard/S-23/S-23_Ed3_1953_EN.pdf|title=Limits of Oceans and Seas, 3rd edition|year=1953|publisher=International Hydrographic Organization|accessdate=7 February 2010 |at=§&nbsp;49}}</ref>
 
''[[Yizhoushu]]'', kronik dinasti [[Zhou Barat]] (1046–771 BCE), memberi nama ''Nanfang Hai'' ({{zh|c=南方海|p=Nánfāng Hǎi|l=Southern Sea|links=no}}) untuk Laut Tiongkok Selatan dan mengklaimmengeklaim bahwa orang barbar dari laut tersebut memberi upeti [[kura-kura laut]] kepada para penguasa Zhou.<ref name="Shen">{{cite journal|title=China's Sovereignty over the South China Sea Islands: A Historical Perspective|first=Jianming|last=Shen|journal=Chinese Journal of International Law|year=2002|volume=1|issue=1|pages=94–157}}</ref> Sastra klasik ''[[Classic of Poetry]]'', ''[[Zuo Zhuan]]'', dan ''[[Guoyu (buku)|Guoyu]]'' pada [[periode Musim Semi dan Gugur]] (771–476 BCE) menggunakan nama ''Nan Hai'' ({{zh|c=南海|p=Nán Hǎi|l=South Sea|links=no}}) saat menjelaskan ekspedisi [[Chu (negara)|negara Chu]] ke sana.<ref name="Shen"/> Nan Hai, Laut Selatan, adalah satu dari [[Empat Lautan]] dalam sastra Tiongkok. Empat Lautan ini mengacu pada empat arah mata angin.<ref>{{cite book|first=Chun-shu|last=Chang|title=The Rise of the Chinese Empire: Nation, State, and Imperialism in Early China, ca. 1600 B.C. – A.D. 8|year=2007|publisher=University of Michigan Press|isbn=978-0-472-11533-4|pages=263–264}}</ref> Semasa dinasti [[Han Timur]] (23–220 CE), penguasa Tiongkok menyebut laut ini ''Zhang Hai'' ({{zh|c=漲海|p=Zhǎng Hǎi|l=distended sea}}).<ref name="Shen"/> ''Fei Hai'' ({{zh|c=沸海|p=Fèi Hǎi|l=boil sea}}) populer pada masa [[Dinasti Selatan dan Utara]]. Nama Mandarin yang digunakan sekarang, ''Nan Hai'' (Laut Selatan), mulai populer pada masa [[Dinasti Qing]].<ref>華林甫 (Hua Linfu), 2006. 插圖本中國地名史話 (An illustrated history of Chinese place names). 齊鲁書社 (Qilu Publishing), page 197. {{ISBN|7533315464}}</ref>
 
Di Asia Tenggara, laut ini dulu disebut ''Laut Champa'' atau ''Laut Cham''. Namanya berasal dari kerajaan maritim [[Champa]] yang berjaya di sana sebelum abad ke-16.<ref name="NG-The Cham">{{cite web | title = The Cham: Descendants of Ancient Rulers of South China Sea Watch Maritime Dispute From Sidelines - The ancestors of Vietnam's Cham people built one of the great empires of Southeast Asia | first = Adam | last = Bray | work = National Geographic | date = June 18, 2014 | url = http://news.nationalgeographic.com/news/2014/06/140616-south-china-sea-vietnam-china-cambodia-champa/}}</ref> Sebagian besar laut ini dikuasai Jepang pada masa Perang Dunia II usai pendudukan militer di Asia Tenggara pada tahun 1941. Jepang menyebut laut ini ''Minami [[Shina (kata)|Shina]] Kai'' (Laut Tiongkok Selatan). Nama ini ditulis 南支那海 hingga 2004 ketika Kementerian Luar Negeri Jepang dan departemen lainnya menggunakan tulisan 南シナ海 dan dijadikan standar di Jepang sejak saat itu.
Baris 137:
 
Beberapa negara memilki klaim wilayah yang saling bertentangan di Laut Tiongkok Selatan. Sengketa ini dianggap sebagai potensi konflik paling berbahaya di Asia.
Baik [[Republik Rakyat Tiongkok]] (RRC) dan [[Republik Tiongkok]] (ROC, biasa disebut Taiwan) mengklaimmengeklaim hampir seluruh laut ini dan menggambar perbatasan [[sembilan garis putus-putus]].<ref>{{Cite journal|last=Maksum|first=Ali|date=2017|title=Regionalisme dan Kompleksitas Laut China Selatan|url=http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sospol/article/view/4398|journal=Jurnal Sospol|volume=3|issue=1|pages=1-25|doi=https://doi.org/10.22219/sospol.v3i1.4398}}</ref>
 
Klaim Tiongkok bertindihan dengan hampir semua klaim negara di kawasan ini. Klaim-klaim tersebut meliputi:
Baris 149:
Tiongkok dan Vietnam dengan sengit memperebutkan klaim mereka. Tiongkok (beberapa masa pemerintahan) dan Vietnam Selatan [[Kepulauan Paracel#Perspektif sejarah|masing-masing menguasai sebagian Kepulauan Paracel hingga 1974]]. [[Pertempuran Kepulauan Paracel|konflik singkat tahun 1974]] menewaskan 18 tentara Tiongkok dan 53 tentara Vietnam. Sejak itu, Tiongkok menguasai seluruh Kepulauan Paracel. [[Kepulauan Spratly]] pernah menjadi tempat terjadinya pertempuran laut yang menewaskan 70 tentara Vietnam di sebelah selatan [[Chigua Reef]] pada Maret 1998. Berbagai negara sering melaporkan terjadinya perselisihan antara kapal militer.{{Citation needed|date=November 2010}}
 
[[ASEAN]] pada umumnya dan Malaysia secara spesifik ingin agar sengketa wilayah di Laut Tiongkok Selatan tidak bereskalasi menjadi konflik bersenjata. Karena itu, [[Joint Development Authorities]] dibentuk di wilayah klaim tumpang tindih untuk mengembangkan daerah tersebut dan membagi hasilnya dengan adil tanpa menyelesaikan isu kedaulatan atas wilayah tersebut. Metode ini pernah diterapkan di Teluk Thailand. Umumnya, Tiongkok ingin menyelesaikan sengketa secara bilateral,<ref>{{cite web|url=http://www.china.org.cn/world/2010-07/26/content_20571259.htm|title=Direct bilateral dialogue 'best way to solve disputes'|publisher=}}</ref> sedangkan sejumlah negara ASEAN memilih diskusi multilateral,<ref>[http://web.archive.org/web/20100727194701/http://news.yahoo.com/s/afp/20100723/pl_afp/aseanarfchinausmilitary_20100723133312 Resolving S.China Sea disputes pivotal to stability: Clinton] archived from [https://news.yahoo.com/s/afp/20100723/pl_afp/aseanarfchinausmilitary_20100723133312 the original] on 2010-07-27)</ref> ASEAN yakin bahwa mereka dirugikan dalam negosiasi bilateral dengan Tiongkok yang lebih besar. Karena banyak negara mengklaimmengeklaim wilayah yang sama, ASEAN merasa diskusi multilateral mampu menyelesaikan klaim-klaim yang saling bertindihan.<ref>{{cite news| url=https://www.nytimes.com/2010/02/05/world/asia/05hanoi.html?scp=2&sq=ASEAN%20South%20china%20sea%20multilateral&st=cse | work=The New York Times | first=Edward | last=Wong | title=Vietnam Enlists Allies to Stave Off China's Reach | date=February 5, 2010}}</ref>
 
Klaim yang bertindihan atas [[Pedra Branca, Singapura|Pedra Branca]] atau [[Pedra Branca, Singapura|Pulau Batu Putih]] yang mencakup [[Middle Rocks]] oleh Singapura dan Malaysia diselesaikan oleh [[Mahkamah Internasional]] pada tahun 2008. Dalam putusannya, Pedra Branca/Pulau Batu Puteh diserahkan kepada Singapura dan Middle Rocks ke Malaysia.
Baris 158:
[[Berkas:Subi Reef May 2015.jpg|jmpl|[[Subi Reef]] ditimbun oleh Tiongkok dan diubah menjadi [[pulau buatan]], 2015]]
 
Pada tahun 1999, Taiwan mengklaimmengeklaim semua pulau di Laut Tiongkok Selatan di bawah pemerintahan [[Lee Teng-hui]].<ref>[http://www.atimes.com/china/AG15Ad01.html Taiwan sticks to its guns, to U.S. chagrin], July 14, 1999.</ref> Lapisan bawah tanah, dasar laut, dan perairan Paracel dan Spratly diklaim oleh Taiwan.<ref>{{cite web|url=http://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2014/05/11/2003590086 |title=Taiwan reiterates Paracel Islands sovereignty claim |newspaper=Taipei Times |date=11 May 2014 |accessdate=11 November 2016}}</ref>
 
Tahun 2012 dan 2013, Vietnam dan Taiwan berselisih karena Taiwan melaukan latihan militer anti-Vietnam.<ref>[https://web.archive.org/web/20140517134232/http://www.newshome.us/news-2144953-Photo:-Taiwan-military-exercises-with-Vietnam-as-an-imaginary-enemy-generals-admit-Taiping-Island.html Photo: Taiwan military exercises with Vietnam as an imaginary enemy generals admit Taiping Island], September 5, 2012.<br />
Baris 171:
=== Putusan 2016 ===
{{main article|Filipina v. Tiongkok}}
Pada Januari 2013, Filipina secara resmi memulai proses arbitrase melawan klaim Tiongkok atas wilayah di dalam "[[garis sembilan titik]]", mencakup Kepulauan Spratly, yang dinilai tidak sah menurut [[Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (UNCLOS).<ref>{{cite news |url=http://www.ft.com/cms/s/0/aa32a224-480e-11e6-8d68-72e9211e86ab.html |title=Timeline: South China Sea dispute |date=12 July 2016 |work=Financial Times }}</ref><ref>{{cite news |url=http://time.com/4400671/philippines-south-china-sea-arbitration-case/?xid=homepage | work=TIME |title=China’s Global Reputation Hinges on Upcoming South China Sea Court Decision|first=Hannah |last= Beech |date= 11 July 2016}}</ref> Pada tanggal 12 Juli 2016, pengadilan arbitrase mendukung Filipina dengan alasan tidak ada bukti bahwa Tiongkok sudah lama menguasai perairan atau sumber daya alam di sana secara eksklusif. Karena itu, "tidak ada dasar hukum bagi Tiongkok untuk mengklaimmengeklaim hak historis" atas garis sembilan titik.<ref>{{cite news |url=http://www.economist.com/news/china/21702069-region-and-america-will-now-anxiously-await-chinas-response-un-appointed-tribunal |title=A UN-appointed tribunal dismisses China’s claims in the South China Sea|date=12 July 2016 |work=The Economist}}</ref><ref>{{cite news |url=https://www.nytimes.com/2016/07/13/world/asia/south-china-sea-hague-ruling-philippines.html?_r=0 |title=Beijing’s South China Sea Claims Rejected by Hague Tribunal |first=Jane|last= Perez |date=12 July 2016 |work=The New York Times }}</ref> Pengadilan juga mengkritik proyek reklamasi lahan dan pembangunan pulau oleh Tiongkok di Kepulauan Spratly karena menyebabkan "kerusakan parah terhadap lingkungan terumbu karang".<ref>{{cite news |url=https://www.theguardian.com/world/2016/jul/12/philippines-wins-south-china-sea-case-against-china |title= Beijing rejects tribunal's ruling in South China Sea case |authors=Tom Phillips, Oliver Holmes, Owen Bowcott |date= 12 July 2016 |work=The Guardian }}</ref> Pengadialn juga menggolongkan [[Pulau Taiping]] dan bentuk-bentuk geografis lain di Kepulauan Spratly sebagai "bebatuan" menurut UNCLOS sehingga tidak pantas masuk [[zona ekonomi eksklusif]] sejauh 200 mil laut.<ref>{{cite news| url = http://www.straitstimes.com/asia/east-asia/taiwan-rejects-south-china-sea-ruling-says-will-deploy-another-navy-vessel-to-itu-aba | publisher = Singapore Press Holdings Ltd. Co.| work = [[The Straits Times]]| date = 12 July 2016 | first = Jermyn |last = Chow | title = Taiwan rejects South China Sea ruling, says will deploy another navy vessel to Taiping}}</ref> Tiongkok menolak putusan tersebut karena "berniatan buruke".<ref name="BBC 2016">{{cite news |url=http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-china-36771749 |title=South China Sea: Tribunal backs case against China brought by Philippines |date=12 July 2016 |work=BBC }}</ref> Taiwan, yang saat ini menguasai Pulau Taiping, pulau terbesar di Kepulauan Spratly, juga menolak putusan ini.<ref>{{cite news |url=http://www.scmp.com/news/china/diplomacy-defence/article/1988990/taiwan-controlled-taiping-island-rock-says |title=Taiwan-controlled Taiping Island is a rock, says international court in South China Sea ruling |date=12 July 2016 |work=South China Morning Post |authors= Jun Mai, Shi Jiangtao}}</ref>
 
== Lihat pula ==