Taiftob, Mollo Utara, Timor Tengah Selatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AMA Ptk (bicara | kontrib)
AMA Ptk (bicara | kontrib)
Lagi
Baris 17:
 
== Sejarah ==
Pada zaman kolonial, daerah Mollo, seperti yang dipaparkan [[Dicky Senda]], dibangun oleh Belanda, sehingga masyarakat pindah dari tempat yang lebih jauh dari gunung, mata air, ''[[umekebubu]]'' (rumah tradisional masyarakat setempat), dan tanah bebatuan.<ref name=crcsugm>{{cite web|url=https://crcs.ugm.ac.id/lakoat-kujawas-dan-ikhtiar-revitalisasi-desa-berbasis-adat-di-ntt/|author=Inasshabihah|title=Lakoat.Kujawas dan Ikhtiar Revitalisasi Desa Berbasis Adat di NTT|date=19 Januari 2019|accessdate=29 Oktober 2020|website=CRCS UGM}}</ref> Kala itu, daerah ini memang selain mengalami kontak dengan Belanda, juga dengan Tiongkok. Kawasan Mollo juga berinteraksi dengan perantau dari Bugis di tahun 1950an.<ref name=KoalisiSeni>{{cite web|website=Koalisi Seni|url=https://koalisiseni.or.id/lakoat-kujawas-budaya-adalah-kekuatan-ekonomi |title=Lakoat.Kujawas: Budaya adalah Kekuatan Ekonomi|date=29 Maret 2019|accessdate=5 November 2020}}</ref> Memasuki era [[Orde Baru]], banyak dari ''umekebubu'' yang dibakar, diganti dengan program Rumah Sehat dari pemerintah yang dibangun dengan bahan semen dan atap. [[Pertambangan]] turut masuk dan [[hutan adat]] kala itu turut dibabat, digantikan dengan [[hutan tanaman industri]]. Hal ini kian banyak menghilangkan adat dan tradisi warga tempatan.<ref name=crcsugm/> Akibatnya banyak warga yang menjadi karyawan di tempat lain, ada yang bekerja di perkebunan [[kelapa sawit]], dan ada yang sampai menjadi buruh migran di negeri jiran.<ref name=KoalisiSeni/><ref name=crcsugm/>
 
Pada tahun 2004, sempat pula muncul dari perempuan-perempuan Mollo upaya perlawanan terhadap tindakan-tindakan industri, dengan menenun di antara mesin-mesin tambang.<ref name=crcsugm/> Saat ini, meskipun upaya pengembangan masyarakat di sana telah dilakukan, sebagai cara menghadapi pertambangan marmer dan penebangan liar, sejarah perbatuan di sana diangkat. Terlebih lagi, marga dan nama sejumlah lokasi diberi nama dengan jenis batu. Hal itu dimaksudkan agar masyarakat sadar tentang potensi alam di kampung mereka.<ref name=KoalisiSeni/>
 
== Referensi ==