Wahidin Soedirohoesodo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k memindahkan Wahidin Sudirohusodo ke Wahidin Soedirohoesodo: ejaan lama
Baris 13:
Dua pokok yang menjadi perjuangannya ialah memperluas pendidikan dan pengajaran dan memupuk kesadaran kebangsaan.
 
== DATA LAIN TENTANG WAHIDIN SUDIRO HUSODO ==
== Lahirnya Budi Utomo ==
{{utama|Budi Utomo}}
 
Wahidin Sudirohusodo sering berkeliling kota-kota besar di [[Jawa]] mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat sambil memberikan gagasannya tentang "dana pelajar" untuk membantu pemuda-pemuda cerdas yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Akan tetapi gagasan ini kurang mendapat tanggapan.
 
Wahidin Sudiro Husodo
Gagasan itu juga dikemukakannya pada para pelajar STOVIA di Jakarta tentang perlunya mendirikan
Orang Batak Bergelar Sisingamangaraja X
organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. Gagasan ini ternyata di sambut baik oleh para pelajar STOVIA tersebut. Akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908, lahirlah Budi Utomo.
 
Thursday, 06 December 2007 23:02 WIB
Medan, WASPADA Online
 
Pahlawan Nasional DR Wahidin Sudiro Husodo cukup terkenal sebagai tokoh Pergerakan Nasional 20 Mei 1908 juga dengan nama Budi Utomo, tapi orang banyak yang tidak tahu berasal dari mana asal usul beliau maupun tempat kelahirannya.
 
"Ternyata beliau adalah orang Batak bergelar Sisingamangaraja X Tahun 1817," kata M Daniel Sri Muda, SH, salah seorang keluarga alur cicit dari pejuang bangsa Indonesia itu ketika berkunjung ke redaksi Waspada, Jumat (30/11).
 
M.Daniel yang kini berdomisili di Jalan Duyung No.10 Pondok Bambu 13430, Jakarta Timur, ini datang ke Waspada ditemani Zulkarnaen Brahmana, menuturkan Wahidin Sudiro Husodo orang banyak tahu berasal dari tanah Jawa karena penampilan serta namanya berbau nama Jawa, tapi nyatanya sangat berbeda dari kenyataan.
 
"Maka saya sebagai garis keturunan cicitnya yang ke-21 ingin meluruskan sejarah, sebenarnya beliau memakai nama Wahidin Sudiro Husodo mempunyai arti sendiri bagi beliau memakai nama itu dalam perjalanan perjuangannya.
 
Dalam pengabdiannya menggusur penjajah Belanda, beliau tampil sebagai prajurit panglima perang, tampil sebagai tokoh ulama Islam. Dalam penyiaran Agama Islam, lanjutnya, Wahidin Sudiro Husodo pergi ke berbagai penjuru daerah yang dilalui untuk menghimpun tokoh-tokoh maupun suku-suku untuk melawan Belanda. Selain itu juga tampil sebagai pendekar persilatan, tokoh raja dan tokoh politik dalam Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1908.
 
Wahidin Sudiro Husodo dilahirkan di daerah Portibi, Gunung Tua, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada 15 April 1791. Panggilan kecilnya adalah Sukhat. Sedangkan nama besarnya dikenal dengan sebutan Sutan Kali Alom atau Sutan Batara Guru Doli serta Haji Maruhum Kahar Hasibuan.
 
Sebagai pejuang bangsa, Wahidin Sudiro Husodo memang memiliki banyak nama dalam perjuangan mengusir penjajah Belanda. Meski bermarga Hasibuan namun Wahidin tidak suka memakai marga di dalam berjuang, karena perjuangannya bersifat nasional. Ayah Wahidin bernama Sutan Manohan Dibata Oloan
atau Sutan Mangamar dan ibunya bernama Salbiah Siregar.
 
Seorang Raja
Orangtuanya adalah seorang raja di daerah Portibi yang terkenal dengan nama Candi Portibi.
Masih kata M.Daniel Sri Muda, Wahidin Sudiro Husodo hanya mempunyai penerus garis keturunannya hanyalah seorang putri tunggal dari pernikahannya dengan cicit Sunan Kalijaga bernama Siti Ambar, dan mempunyai garis cucu lima orang, cicit 24 orang serta garis buyut lebih dari 75 orang.
 
Diakui M. Daniel, memang Wahidin Sudiro Husodo memiliki banyak istri sesuai Syariat Islam untuk mencari keturunan laki-laki, tapi tidak pernah terwujud maka beliau mengangkat anak laki-laki bernama Soemantri bertempat tinggal di Desa Giri Jaya Cidahu Sukabumi dan telah wafat tahun 1004. Sedangkan putri tunggal beliau bernama Taksiah Boru Hasibuan semasa remaja berumur 14 tahun anaknya dibesarkan di kampung halaman Wahidin Sudiro Husodo di Tapanuli Selatan. Anaknya menikah dengan marga Harahap sekitar 1897.
 
Sekitar tahun 1910 Wahidin Sudiro Husodo menikah dengan Mak Iyok garis keturunan cucu Prabu Siliwangi tanpa ada penerus keturunan, kemudian menikah lagi dengan putri dari garis keturunan Raja Banten bernama Ratu Syarifah dan memiliki dua anak wanita tapi keduanya meninggal semasa kecil dan tidak ada penerus keturunan Wahidin Sudiro Husodo lagi dari Ratu Syarifah.
 
"Semua ini saya sampaikan untuk meluruskan sejarah tentang asal usul keturunan serta tempat beliau berjuang dengan memakai bermacam namanya," katanya seraya menambahkan keturunan cicit beliau di dalam mengabdi serta berjuang untuk Negara Republik Indonesia ini sejak tahun 1945 adalah Kol. (Purn) Bahari Efendi Siregar (alm), mantan Komandan Basis Jakarta Raya 1956, mantan Aspri, Jenderal M.Panggabean (alm) tahun 1968, Letnan Satu CPM (Purn) Abdul Murad Siregar (alm) dan Letda Alwisori Muda Siregar (alm).
 
Sedangkan M.Daniel Sri Muda adalah anak dari garis cucu beliau bernama Aminah Boru Harahap. Dan M. Daniel juga aktif sebagai anggota Pejuang Siliwangi Indonesia, anggota Organisasi Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia, serta Alumni Targati Bela Negara tahun 2003 Departemen Pertahanan RI, kata M.Daniel yang telah menerbitkan buku Sekilas Kisah Biografi dan Perjuangan Pahlawan Nasional Doktor Wahidin Sudiro Husodo bergelar Sisingamangaraja X Pada Tahun 1817, Panglima Tuanku Rao pada Tahun 1821-1837, Mangkunegara IV Pada Tahun 1853-1881.
 
M.Daniel mengimbau, para ahli buku sejarah dapat mengkaji lebih dalam lagi siapa sebenarnya Wahidin Sudiro Husodo sebagai Pahlawan Nasional dan juga sebagai bahan seminar untuk pelurusan sejarah bangsa Indonesia yang selama ini penuh dengan silang pendapat umum demi kepentingan tertentu.
 
Menurut M Daniel, untuk pemimpin negara ke depan, Daniel mengimbau untuk merenung segala perjuangan yang dilakukan pejuang terdahulu. Hendaknya apa yang dijanjikan kepada rakyat, harus diwujudkan. "Jangan mengatasnamakan rakyat, jika mereka terlupakan," demikian M.Daniel. (WASPADA)
 
== Pranala luar ==