Istinggar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tambah informasi dan gambar
Baris 15:
[[Orang Minangkabau]] di pedalaman [[Sumatra]] terkenal karena pembuatan senjata berbasis bubuk mesiunya. Pembuatan meriam oleh orang Minangkabau dikenal sebelum penemuan [[Tanjung Harapan]] oleh orang Eropa (1488).<ref name=":8">{{Cite book|title=The History of Sumatra, containing an account of the government, laws, customs, and manners of the native inhabitants|last=Marsden|first=William|publisher=Longman, Hurst, Rees, Orme, and Brown|year=1811|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Rp|347}} Besi dan baja diproduksi di bengkel pandai besi mereka, tetapi pada abad ke-18 mereka menjadi lebih bergantung pada orang Eropa.<ref>{{Cite book|last=Marsden|first=William|title=A History of Sumatra|publisher=|year=1975|isbn=|location=Kuala Lumpur|pages=}}</ref> Arquebus ''matchlock'' orang Minangkabau disebut "''Istenggara Menangkabowe''" (atau istinggar Minangkabau).<ref name=":62" />{{Rp|209}}<ref name=":5" />{{Rp|64}} Produksinya cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal, orang Minangkabau juga mengekspor senjata api mereka ke daerah lain, seperti ke [[Aceh]], [[Kesultanan Melaka|Melaka]], dan [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Kesultanan Siak]].<ref name=":8" />{{Rp|347}}<ref name=":7" /> Larasnya dibuat dengan menggulirkan sebatang besi datar berdimensi proporsional secara spiral mengelilingi batang bundar, dan memukulnya hingga bagian-bagian tadi bersatu, dan seni mengebor mungkin tidak diketahui oleh mereka.<ref>{{Cite book|title=The History of Sumatra: Containing an Account of the Government, Laws, Customs and Manners Of The Native Inhabitants 3rd edition|last=Marsden|first=William|publisher=J. M'Creery|year=1811|isbn=|location=London|pages=}}</ref> Pabrikan ini berlanjut hingga abad ke-19, ketika mekanisme ''matchlock'' sudah usang.<ref name=":7">{{Cite news|last=Putra|first=Yudhistira Dwi|url=https://www.era.id/read/W5UQk3-bedil-di-ujung-sejarah-senjata-api-melayu|title=Bedil di Ujung Sejarah Senjata Api Melayu|date=25 April 2018|work=Era Indonesia|access-date=12 February 2020|url-status=live}}</ref> Sebuah manuskrip bernama ''Ilmu Bedil'' adalah pedoman tentang istinggar jenis ini. Orang Minangkabau juga memproduksi senjata api lain, yaitu ''[[terakul]]'' (pistol [[dragoon]]).<ref name=":5" />{{Rp|61}}
 
[[Orang Makassar]] dari [[Kerajaan Gowa]], yang mempertahankan hubungan persahabatan dengan Portugis sejak 1528,<ref name=":22">{{Cite journal|last=Noteboom|first=Christiaan|date=1952|title=Galeien in Azië|url=|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|volume=108|pages=365–380|via=}}</ref> mendapat banyak manfaat dari bantuan Portugis dalam membangun kekuatan militernya. Masuk [[Islam]] pada awal tahun 1600-an, mereka membuat perang suci ([[jihad]]) terhadap tetangga yang masih belum beriman, [[suku Bugis]].<ref name=":10" />{{Rp|431}} Orang Makassar sudah membuat [[senapan lontak]], mungkin dari ''espingarda'' Portugis, sekitar akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17. Saat abad ke-18, tetangga mereka (Bugis) memproduksi senapan dengan lubang laras yang lurus dan pekerjaan tatahan yang bagus yang menarik kekaguman orang Eropa.<ref name=":10" />{{Rp|384}} Selama bertahun-tahun peperangan, tentara Bugis dan Makassar, mengenakan ''[[Baju rantai|waju rante]]'' ([[zirah rantai]]) dan membawa senapan lontak yang mereka buat sendiri, mendapatkan reputasi yang hebat untuk keganasan dan keberanian mereka.<ref>{{Cite book|title=A History of Sumatra|last=Marsden|first=William|publisher=|year=1966|isbn=|location=Kuala Lumpur|pages=}}</ref>{{Rp|209}} Antara 1603-1606, pasukan [[Uni Iberia]] menyerang [[Kesultanan Ternate|Ternate]] dua kali, senapan dan arquebus dilaporkan digunakan oleh orang "Moro" (yaitu orang Moor, atau orang Muslim) di Ternate.<ref name=":4">{{Cite book|last=Bourne|first=Edward Gaylord|date=|year=2005|url=http://www.gutenberg.org/cache/epub/15157/pg15157-images.html|title=The Philippine Islands, 1493-1898 — Volume 16 of 55, year 1609|location=|publisher=|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>
 
Akhirnya, Istinggar menyebar ke daerah-daerah yang dikuasai Muslim di kepulauan Filipina, di mana ia dikenal sebagai "astinggal". Kamus [[Bahasa Tagalog|Tagalog]] San Buenaventura tahun 1613 mendefinisikan "astingal" sebagai "arquebus, dari jenis yang mereka gunakan di masa lalu dalam perang mereka dan yang berasal dari Kalimantan". Ini tampaknya menjadi rujukan pertama bagi mereka di [[Pulau Luzon|Luzon]] utara.<ref>{{cite journal|last1=Scott|first1=William Henry|title=Cracks in the Parchment Curtain|url=http://ojs.philippinestudies.net/index.php/ps/article/viewFile/3904/4249|issue=1978|pages=177}}</ref> Meskipun demikian, orang-orang Spanyol tidak pernah menemui mereka di Luzon, tidak seperti di [[Mindanao]].<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/?id=15KZU-yMuisC|title=Barangay: Sixteenth-century Philippine Culture and Society|last1=Scott|first1=William Henry|date=1994|publisher=Ateneo University Press|isbn=9789715501354|page=232|language=en|chapter=Chapter 12 - Tagalog Society and Religion|quote=The Bornean arquebus (''astingal'') was also known, but the Spaniards seem never to have faced any in Luzon encounters as they did in Mindanao.}}</ref> Pada 1609, orang Spanyol melaporkan bahwa di [[Zambales]] banyak penduduk asli yang menggunakan ''arquebus'' dan ''musket'' dengan cukup terampil, karena mereka telah melihat orang Spanyol menggunakan senjata mereka.<ref name=":4" />
[[Berkas:Gun from the Indonesian archipelago.jpg|jmpl|Detail mekanisme ''matchlock'' dari sebuah senapan sundut ([[arquebus]]) [[Indonesia]], mungkin dari Bali, diukir dengan aksara [[Javanese language|Jawa]], di mana tatah emas pada larasnya memiliki pola kunci Cina, dudukan perak dari karakter India Selatan. Mekanisme pemicunya berbentuk monster aneh tradisi Melayu atau Burma.]]
Penduduk hindu [[Bali]] dan [[Lombok]], yang merupakan sisa-sisa penduduk hindu [[Majapahit]],<ref name="Schoppert1997">{{cite book|author=Schoppert, P., Damais, S.|title=Java Style|publisher=Periplus Editions|year=1997|isbn=962-593-232-1|editor=Didier Millet|location=Paris|pages=33–34}}</ref> terkenal dengan pembuatan senapan sundut mereka. Pada tahun 1800-an [[Alfred Russel Wallace|Alfred Wallace]] melihat dua senjata buatan mereka, dengan panjang 6 dan 7 kaki (1,8 dan 2,1 m), dengan lubang kaliber yang proporsional besarnya. Popor kayunya dibuat dengan baik, diperpanjang ke ujung laras depan. Larasnya diputar dan memiliki ''finishing'', dengan ornamen [[silver|perak]] dan [[gold|emas]].<ref name=":6" />{{Rp|98}} Untuk membuat larasnya yang panjang, penduduk pribumi menggunakan potongan besi 18 inci (46 cm) yang awalnya dilubangi dengan lubang kecil, kemudian dilas bersama pada batang besi lurus. Seluruh laras kemudian dibor dengan bor yang ukurannya secara bertahap meningkat, dan dalam tiga hari pengeborannya selesai.<ref>{{Cite book|last=Wallace|first=Alfred Russel|title=The Malay Archipelago: The Land of the Orang-utan and the Bird of Paradise : a Narrative of Travel, with Studies of Man and Nature 4th edition|publisher=Macmillan|year=1872|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Rp|170}}
Baris 29:
Berkas:Midden-Sumatra III.1 istinggar snap matchlock parts 2.jpg|Bagian-bagian dari mekanisme ''snap matchlock'' sebuah istinggar.
Berkas:Raffles Javan Weapons 3.png|Senjata orang Jawa, termasuk sebuah istinggar Bali (1,9 m panjangnya) di kiri gambar.
Berkas:More Javanese weapons including lances, istinggar, and senapan.jpg|Senjata orang Jawa, diantaranya tombak, istinggar (kiri), dan senapan (kanan).
</gallery>