Kota Depok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pramesta (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Pramesta (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 84:
Berawal pada akhir abad ke-17 seorang saudagar Belanda, bernama [[Cornelis Chastelein]] membeli tanah di Depok seluas 12,44 km² (hanya 6,2% dari luas Kota Depok yang saat ini luasnya 200,29 km²) atau kurang dari 4 kali luas [[Universitas Indonesia|Kampus Universitas Indonesia]].
 
Pusat titik KM 0 pada Depok zaman dahulu adalah Tugu Depok yang berlokasi di halaman RS. Harapan Depok. Dengan harga 700 [[Ringgit Malaysia|Ringgit]], dan status tanah itu adalah tanah partikelir atau terlepas dari kekuasaan [[Hindia Belanda]].
 
Cornelis Chastelein menjadi tuan tanah, yang kemudian menjadikan Depok memiliki pemerintahan sendiri. Daerah Otonomi Chastelein ini dikenal dengan sebutan Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok. Selain itu, dulu Depok merupakan kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor.
 
Alasan dibentuknya Kota Madya Depok yaitu untuk mengurangi jumlah kecamatan dalam Kabupaten Bogor, yang jumlahnya sudah banyak. Dulu jumlah kecamatan dalam [[Kabupaten Bogor]] ada 46 kecamatan, setelah Kecamatan Depok berdiri menjadi Kota Madya maka jumlahnya berkurang menjadi 40 kecamatan.<ref>{{Cite web|title=Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Terbanyak di Jawa Barat {{!}} Databoks|url=https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/17/jumlah-penduduk-kabupaten-bogor-terbanyak-di-jawa-barat|website=databoks.katadata.co.id|language=id|access-date=2020-10-08}}</ref>
 
==== Kota Administratif Depok ====