Suku Ambon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Penambahan isi. |
Penambahan isi. |
||
Baris 26:
=== Mata pencaharian ===
[[Berkas:Een Ambonees fluitorkest (van KNIL infanterie VII) Fluitist, Bestanddeelnr 132-6-4.jpg|jmpl|304x304px|Tentara [[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger|KNIL]] Ambon yang tergabung dalam orkestra seruling Ambon KNIL di [[Pulau Bangka|Bangka]] pada 1947.]]
Pekerjaan adati lainnya, yakni nelayan selalu dimulai dengan berdoa sebelum melaut. Dalam hal pernelayanan juga dikenal dua upacara adat, yaitu turun perahu baru dan turun jaring baru, keduanya dipimpin oleh tokoh agama. Upacara yang pertama disebut dilakukan di atas perahu, sedangkan yang satunya di rumah pemilik jaring. Keduanya memiliki tujuan keselamatan sang nelayan. Selain jaring, dikenal pula alat seperti ''sero'' atau [[bubu]] (anyaman bambu yang diletakkan di laut dangkal).{{Sfn|Takaria|Pieter|1998|p=27, 121}} Nelayan menangkap ikannya di ''labuang,'' daerah penangkapan ikan yang sudah dibagi tiap [[Negeri mesiu|negeri]]. Istri para nelayan juga bekerja sebagai ''jibu-jibu'' atau penjual ikan pada siang hari.{{Sfn|Melalatoa|1995a|p=28}}
Sejak [[Sejarah Nusantara (1800–1942)|zaman Belanda]] hingga kini, ada banyak orang Ambon yang bekerja sebagai pegawai negeri dan tentara. Hal ini dilatarbelakangi oleh perlakuan khusus oleh pihak Belanda, yakni jalan masuk terhadap sarana pendidikan resmi yang sudah suku Ambon dapatkan sedari zaman penjajahan.{{Sfn|Hidayah|2015|p=21}}
=== Kekerabatan ===
Baris 41 ⟶ 45:
Bahasa utama yang dituturkan oleh suku Ambon adalah [[bahasa Ambon]] atau Melayu Ambon, salah satu bahasa [[rumpun Austronesia]] yang sejatinya merupakan dialek [[Bahasa Melayu|Melayu]] hasil perkembangan bahasa tanah (asli) yang dipengaruhi kuat oleh bahasa Melayu.{{Sfn|Hidayah|2015|p=20}} Menurut pengelompokan bahasa Maluku, bahasa Ambon termasuk dalam [[kelompok bahasa Siwalima]].{{Sfn|Melalatoa|1995a|p=27}} Penggunaan bahasa Ambon yang merupakan dialek bahasa Melayu oleh suku Ambon dilatarbelakangi oleh perdagangan dan penjajahan. Kini, bahasa Ambon tak hanya digunakan oleh suku Ambon, tetapi juga digunakan sebagai [[basantara]] seluruh [[Maluku]] di samping [[bahasa Indonesia]].<ref>{{Cite web|last=Wahidah|first=|date=21 Maret 2016|title=Keterancaman Bahasa-Bahasa Daerah di Maluku Akibat Dominasi Bahasa Melayu Ambon|url=https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2016/08/keterancaman-bahasa-bahasa-daerah-di-maluku-akibat-dominasi-bahasa-melayu-ambon/|website=Kantor Bahasa Maluku|publisher=Kantor Bahasa Maluku|location=Ambon|access-date=3 Oktober 2020}}</ref>
Sementara itu, bahasa tanah yang dituturkan oleh suku Ambon adalah [[bahasa Asilulu]].
Setelah [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Perusahaan Hindia Timur]] menaklukkan seluruh [[Kepulauan Ambon]], gereja-gereja dan sekolah-sekolah yang dibangun di kawasan tersebut menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantarnya dan aksara Latin sebagai aksara menulisnya.{{Sfn|Leirissa|Ohorella|Latuconsina|1999|p=88–89}} Keputusan menggunakan bahasa Melayu ini telah melalui langkah panjang pemilihan bahasa pengantar yang akan digunakan sebelumnya yang memberikan tiga pilihan: [[bahasa Belanda]], bahasa Melayu, atau bahasa tanah. Setelah Belanda gagal menerapkan bahasa Belanda, bahasa Melayu dipilih karena bahasa tanah terlalu sulit dipelajari, bahasa Melayu dapat digunakan di mana-mana, dan keadaan pada masa itu ketika suku Ambon menganggap rendah bahasa
== Catatan kaki ==
Baris 57 ⟶ 61:
* {{Cite book|last=Na'im|first=Akhsan|last2=Syaputra|first2=Hendry|date=2011|url=https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=NTVlY2EzOGI3ZmUwODMwODM0NjA1YjM1&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTIvMDUvMjMvNTVlY2EzOGI3ZmUwODMwODM0NjA1YjM1L2tld2FyZ2FuZWdhcmFhbi1zdWt1LWJhbmdzYS1hZ2FtYS1kYW4tYmFoYXNhLXNlaGFyaS1oYXJpLXBlbmR1ZHVrLWluZG9uZXNpYS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0xMC0wMyAwMToxODo0Nw%3D%3D|title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia|location=Jakarta|publisher=[[Badan Pusat Statistik]]|isbn=978-979-064-417-5|editor-last=Sumarwanto|editor-first=|pages=|ref=harv|editor-last2=Iriantono|editor-first2=Tono|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Leirissa|first=R.Z.|last2=Ohorella|first2=G.A.|last3=Latuconsina|first3=Djuariah|date=1999|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/7513/1/SEJARAH%20KEBUDAYAAAN%20MALUKU.pdf|title=Sejarah Kebudayaan Maluku|location=Jakarta|publisher=Proyek lnventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=979-9335-07-8|pages=|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=EtXXDQAAQBAJ&printsec=frontcover|title=Bunga Angin Portugis di Nusantara: Jejak-Jejak Kebudayaan Portugis di Nusantara|last=Abdurachman|first=Paramita R.|date=2008|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-602-433-027-9|editor-last=Thung|editor-first=Ju Lan|location=Jakarta|pages=|language=Indonesia dan Inggris|editor-last2=Widodo|editor-first2=Eko|editor-last3=Adenan|editor-first3=Musiana|url-status=live|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Hidayah|first=Zulyani|date=2015|url=https://books.google.co.id/books?id=w_FCDAAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia|location=Jakarta|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-979-461-929-2|edition=2|pages=|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Suwondo|first=Bambang|date=1977|url=http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=fstream&fid=498&bid=2314|title=Sejarah Daerah Maluku|location=|publisher=Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=|pages=|ref=harv|url-status=live}}
|