Mazhab Hambali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
# Fatwa Sahabat. Bila Imam Hambali mendapat fatwa atau perkataan dari seorang sahabat Rasul, dan beliau tidak mengetahui pendapat sahabat lain yang bertentangan dengannya, maka beliau jadikan fatwa sahabat itu sebagai [[hujjah]].{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=84}}
# Pendapat Sahabat. Bila Imam Hambali mendapati adanya pendapat dari para sahabat Rasul, maka beliau memilahnya dengan mempertimbangkan mana yang lebih dekat dengan Al-Qur'an dan Hadis. Imam Hambali juga tidak meninggalkan perkataan para Sahabat untuk membuat [[ijtihad]] sendiri. Jika ada pendapat para Sahabat yang tidak sesuai atau kurang sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis, maka Imam Hambali akan menerangkan kekhilafan atau kekeliruan dengan tidak menegaskan pendapat mana yang akan diambil.{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=84}}
# Hadis mursal dan hadis dhaif.{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=129. : "Dhaif menurut bahasa adalah lawan dari kuat. Dhaif ada dua macam yaitu lahiriah dan maknawiyah. Sedangkan yang dimaksud di sini adalah dhaif maknawiyah."}}{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=129. : "Hadits Dhaif menurut istilah adalah "hadits yang didalamnya tidak didapati syarat hadits shahih dan tidak pula didapati syarat hadits hasan."}} Imam Hambali tetap mempertimbangkan hadis mursal dan hadis dhaif apabila tidak didapati keterangan-keterangan yang menolak hadis tersebut. Bagi Imam Hambali berhujjah dengan hadis dhaif tidak masalah, selama hadis dhaif tersebut tidak bathil, tidak munkar, dan tidak ada perawi-perawinya yang dituduh dusta. Bagi Imam Hambali melihat dan merujuk pada hadis mursal dan hadis dhaif lebih utama dari qiyas.{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=84}}
 
"Hadits Dhaif menurut istilah adalah "hadits yang didalamnya tidak didapati syarat hadits shahih dan tidak pula didapati syarat hadits hasan."}} Imam Hambali tetap mempertimbangkan hadis mursal dan hadis dhaif apabila tidak didapati keterangan-keterangan yang menolak hadis tersebut. Bagi Imam Hambali berhujjah dengan hadis dhaif tidak masalah, selama hadis dhaif tersebut tidak bathil, tidak munkar, dan tidak ada perawi-perawinya yang dituduh dusta. Bagi Imam Hambali melihat dan merujuk pada hadis mursal dan hadis dhaif lebih utama dari qiyas.{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=84}}
# Qiyas. Imam Hambali menggunakan qiyas bila dalam keadaan mendesak atau darurat saja. Kondisi darurat yang dimaksud adalah ketika beliau tidak mendapati hadis (baik hadis shahi, hadis mursal, dan hadis dhaif) atau perkataan sahabat yang bisa dipakai. Imam Hambali juga tidak menggunakan qiyas bila dalil-dalil yang didapatnya saling bertentangan satu sama lain.{{Sfn|Ash' Shiddieqy|1962|p=85}}