Naskah Wangsakerta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membatalkan suntingan berniat baik oleh 116.206.40.90 (bicara): Hiperbolis (Twinkle (つ◕౪◕)つ━☆゚.*・。゚✨) Tag: Pembatalan |
→Kontroversi: Hyperbole? here you go, but with sources. The fact is, most actual historian (those with academic credentials, not some random internet writers) agreed about this "wangsakerta" manuscripts was a fraud, and it was most likely not written by the actual Wangsakerta. Deal with it. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 6:
Dalam pengantar setiap naskah Wangsakerta selalu diinformasikan mengenai proses dibuatnya naskah-naskah tersebut. Panitia--yang dipimpin oleh Pangéran--Wangsakerta ini dimaksudkan untuk memenuhi permintaan/amanat ayahnya, [[Panembahan Girilaya]], agar Pangeran Wangsakerta menyusun naskah kisah kerajaan-kerajaan di [[Nusantara]]. Panitia didirikan untuk mengadakan suatu ''gotrasawala'' (simposium/seminar) antara para ahli (sajarah) dari seluruh Nusantara, yang hasilnya disusun dan ditulis menjadi naskah-naskah yang sekarang dikenal sebagai '''Naskah Wangsakerta'''. Gotrasawala ini berlangsung pada tahun 1599 [[Saka]] ([[1677]] M), sedangkan penyusunan naskah-naskahnya menghabiskan waktu hingga 21 tahun (selesai 1620 Saka, [[1698]] M).
== Kontroversi ==
Ditemukannya naskah Wangsakerta pada awal tahun [[1970]]-an, selain menimbulkan kegembiraan dan kekaguman akan kelengkapannya, untuk banyak pihak justru menimbulkan keraguan dan kecurigaan, bahkan para sarjana dan ahli sejarah menduga bahwa naskah ini aspal (asli tetapi palsu). Di antara alasan-alasan yang meragukan naskah ini, yaitu:
* terlalu historis, isinya tidak umum sebagaimana naskah-naskah sezaman (babad, kidung, tambo, hikayat);
* cocoknya isi naskah dengan karya-karya sarjana [[dunia Barat|Barat]] ([[Johannes Gijsbertus de Casparis|J. G. de Casparis]], [[N. J. Krom]], [[Eugene Dubois]] dsb.), sehingga ada dugaan bahwa naskah ini disusun dengan merujuk pada karya para ahli tersebut (tidak dibuat [[abad ke-17]]). Bahkan penyusun Wangsakerta itu juga melakukan kekeliruan yang sama dengan apa yang pernah dibuat oleh De Casparis, yang terungkap setelah ditemukan bukti baru;<ref>https://majalah.tempo.co/amp/ilmu-dan-teknologi/25644/naskah-itu-ternyata-palsu</ref>
* Kurangnya keterangan-keterangan tentang kerajaan [[Tarumanagara]] seperti yang didapati di sejarah modern<ref>https://majalah.tempo.co/amp/ilmu-dan-teknologi/25644/naskah-itu-ternyata-palsu</ref>. Jika naskah Wangsakerta bisa menjabarkan tentang [[Salakanagara]] (yang jauh lebih tua daripada Tarumanagara) beserta urutan raja-rajanya dengan runtut, seharusnya naskah ini juga terdapat keterangan tentang Tarumanagara dengan lebih terperinci daripada sejarah modern;
* Bahasa Jawa kuno yang dipakai terkesan dikuno-kunokan dan tidak mewakili bahasa akhir abad ke-17. Karena para wali yang hidup di abad ke-15 pun sudah menggunakan bahasa Jawa baru;<ref>https://majalah.tempo.co/amp/ilmu-dan-teknologi/25644/naskah-itu-ternyata-palsu</ref>
* keadaan fisik naskah (kertas/daluang, tinta, bangunan aksara) menunjukkan naskah yang dijadikan rujukan merupakan salinan dan tulisannya kasar, tidak seperti naskah lama pada umumnya.<ref>Kondisi fisik naskah sudah diteliti. Lihat [http://jurnal-humaniora.ugm.ac.id/download/080920060848-nina.pdf Lubis (2002). ''Humaniora'' XIV:20-26]</ref>
== Kontroversi ==
|