Pattimura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
penambahan mengacu pada laman serupa berbahasa inggris
Dikembalikan ke revisi 17327979 oleh JacobAlbertus17 (bicara) (🍔)
Tag: Pembatalan
Baris 27:
'''Thomas Matulessy''' {{lahirmati|Haria, [[pulau Saparua]], [[Maluku]]|8|6|1783|[[Kota Ambon|Ambon]], [[Maluku]]|16|12|1817}}), juga dikenal dengan nama '''Kapitan Pattimura''', atau '''Pattimura''' adalah [[Pahlawan nasional Indonesia]] dari [[Maluku]].
 
Menurut buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M. Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram)". Ayahnya yang bernama Antoni Matulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram.<!--
 
Namanya kini diabadikan untuk [[Universitas Pattimura]], [[Kodam XVI/Pattimura]] dan [[Bandar Udara Internasional Pattimura]] di [[Kota Ambon|Ambon]].
<!--
== Istilah Kapitan ==
Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak.
Baris 41 ⟶ 44:
Sebelum melakukan perlawanan terhadap [[VOC]] ia pernah berkarier dalam militer sebagai mantan [[sersan]] Militer Inggris.<ref>[http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/p/pattimura/index.shtml Pahlawan Nasional dari Maluku] dalam www.tokohindonesia.com</ref>
 
Pada tahun 1816 pihak [[Inggris]] menyerahkan kekuasaannya kepada pihak [[Belanda]] dan kemudian Belanda menetapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (''landrente''), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (''Hongitochten''), serta mengabaikan [[Traktat London (1839)|Traktat London I]] antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahan dinas militer ini dipaksakan<ref>J B Soedarmanta, Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia, Grasindo, 2007, halaman 199, ISBN 979-759-716-4 ISBN 978-979-759-716-0</ref> Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura<ref name="Sejarah Maluku" /> Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (''kabaressi''). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir raja-raja patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para raja patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang [[Belanda]] ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan [[Ternate]] dan [[Tidore]], raja-raja di [[Bali]], [[Sulawesi]] dan [[Jawa]]. [[Perang Pattimura]] yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.
 
Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinasi Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain [[Melchior Kesaulya]], [[Anthoni Rebook]], [[Philip Latumahina]] dan [[Ulupaha]]. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede di Saparua, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jazirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal [[16 Desember]] [[1817]] di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia. [[Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]] [[Indonesia]].
 
== Warisan ==
Pattimura dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Soeharto pada tahun 1973 melalui Keppres nomor 87/TK. Namanya kini diabadikan untuk [[Universitas Pattimura]], [[Kodam XVI/Pattimura]] dan [[Bandar Udara Internasional Pattimura]] di [[Kota Ambon|Ambon]], banyak pula jalan dinamai menurut namanya di seluruh nusantara. 15 Mei diperingati sebagai Hari Pattimura; hari libur serupa adalah pada tanggal 2 Januari untuk [[Martha Christina Tiahahu|Tiahahu]] yang lebih muda. Pattimura juga muncul dalam uang kertas pecahan 1,000 rupiah terbitan tahun 2000.
 
== Referensi ==