Kerajaan Kutai Martapura: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 50:
Selain sumber prasasti yupa, terdapat kitab ''Surat Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara''. Naskah Arab Melayu ini belum dibahas oleh Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia sehingga perihal lanjutan riwayat Dinasti Mulawarman tidak termuat dalam buku babon ''Sejarah Nasional Indonesia''.
▲== Nama-Nama Raja Kutai Martapura ==
[[Berkas:Lokasi muarakaman kutai kartanegara.jpg|bingkai|ka|Peta Kecamatan Muara Kaman]]
Hanya ada lima nama raja yang tercatat dalam sumber sejarah, yakni 3 orang di Prasasti Yupa beraksara Pallawa dan 2 orang dalam kitab ''Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara'' beraksara Arab Melayu. Adapun informasi lain yang menyebutkan daftar lebih dari 20 raja tidak berdasarkan sumber sejarah yang autentik, melainkan dari ucapan meranyau seorang dukun dalam upacara adat belian.<ref name="Amin">M. Asli Amin dkk, Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai, Tenggarong: Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kalimantan Timur, 1975</ref><ref>{{Cite web|date=6 Februari 2020|title=Jejak Sejarah Muara Kaman, Kecamatan yang Viral Sejak Muncul Raja Kutai Mulawarman Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2020/02/06/15490921/jejak-sejarah-muara-kaman-kecamatan-yang-viral-sejak-muncul-raja-kutai
=== Maharaja Kundungga ===
Nama Maharaja Kundungga dimaknai sebagai nama asli orang Indonesia yang belum dipengaruhi oleh budaya India.<ref name=":
=== Maharaja Asmawarman (anak Kundungga) ===
Nama Maharaja Aswawarman diyakini telah terpengaruh oleh budaya Hindu, berdasarkan fakta kata "Warman" berasal dari bahasa Sanskerta, yang biasanya digunakan untuk menyebut nama orang atau penduduk India Selatan.
=== Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman) ===
Baris 71 ⟶ 66:
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh [[bahasa Sanskerta]] bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari [[Kerajaan Campa]] (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Hindu.
Kerajaan Kutai Martapura berakhir saat rajanya yang bernama '''Maharaja Dermasatia''' terbunuh dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kertanegara ke-8, Pangeran Sinum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martapura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kertanegara yang saat itu ibu kota di [[Kutai Lama]].
Baris 83 ⟶ 77:
== Kontroversi ==
Pada awal tahun 2020 beredar kabar adanya perkumpulan yang menamakan dirinya “Maharaja Kutai Mulawarman”. Perkumpulan ini mengaku sebagai penerus tahta raja Mulawarman. Namun, pernyataan ini tidak berlandaskan fakta sejarah
== Referensi ==
|