Kerajaan Kutai Martapura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 47:
 
== Historiografi ==
Sumber primer sejarah Kerajaan Martapura adalah tujuh prasasti yupa yang ditemukan di Bukit Brubus, Muara Kaman. Penemuan batu bertulis ini tidak sekaligus, melainkan dalam dua tahap dengan rentang waktu lebih dari setengah abad. Tahap pertama, empat prasasti ditemukan pada tahun 1879. Setahun kemudian, keempat prasasti tersebut diangkut ke ''Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen'' (kini [[Museum Nasional Indonesia|Museum Nasional]], Jakarta). Tahap kedua, tiga prasasti lainnya ditemukan berselang 61 tahun kemudian, yakni pada 1940. Ketiganya disimpan di museum yang sama.<ref>{{Cite book|last=Vlekke|first=Bernard H.M|date=2008|url=|title=Nusantara Sejarah Indonesia|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=|pages=|trans-title=Nusantara: A History of Indonesia (1961)|url-status=live}}</ref>
 
Selain sumber prasasti yupa, terdapat kitab ''Surat Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara''. Naskah Arab Melayu ini belum dibahas oleh Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia sehingga perihal lanjutan riwayat Dinasti Mulawarman tidak termuat dalam buku babon ''Sejarah Nasional Indonesia''.
 
== Sumber sejarah ==
=== Prasasti Yupa ===
[[Berkas:Prasasti-Yupa02.jpg|jmpl|kiri|Salah satu yupa dengan inskripsi, kini di [[Museum Nasional Republik Indonesia]], Jakarta.]]
Informasi yang ada diperoleh dari [[Prasasti Yupa]] dalam upacara pengorbanan yang berasal dari [[abad ke-4]]. Yupa merupakan sebuah monumen yang terbuat dari batu berisi tulisan-tulisan mengenai Raja Mulawarman. Terdapat tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa dibuat oleh para brahman atas kedermawanan Raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah [[Mulawarman]]. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum [[Brahmana]].<ref>{{Cite web|title=√ Sejarah Kerajaan Kutai: Berdiri, Peninggalan, Kejayaan|url=https://www.cryptowi.com/kerajaan-kutai/#Sejarah_Kerajaan_Kutai|website=www.cryptowi.com|access-date=2020-08-11}}</ref>
 
Ditemukannya tujuh rasasti Yupa<ref>{{Cite web|url=https://citypost.id/18594-berita-prasasti-yupa-bukti-keberadaan-kerajaan-kutai-mulawarman|website=citypost.id|access-date=2020-08-16}}</ref>, diawali dengan penemuan empat prasasti di bukit Brubus, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur pada tahun 1879, keempat prasasti terseut terbuat dari batu andesit, ditulis dengan aksara Pallawa dan Bahasa Sanskerta dan diinvetarisasi dengan sebutan D.2a, D.2b, D.2c, dan D.2d kemudian ditempatkan di Museum Nasional (pada saat itu bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen). Kemudian pada tahun 1940, tiga prasasti lainnya ditemukan pada situs yang sama dan diinventarisasi dengan nama D.175, D.176, dan D.177 lalu disimpan di Museum Nasional.<ref name=":0">{{Cite web|last=Kebudayaan|first=Direktorat Pelindungan|date=2019-03-14|title=Yupa, Bukti Awal Zaman Sejarah di Indonesia|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/yupa-bukti-awal-zaman-sejarah-di-indonesia/|website=Direktorat Pelindungan Kebudayaan|language=id-ID|access-date=2020-08-11}}</ref>
 
Informasi lengkap mengenai tujuh Yupa diantaranya:
 
==== Muarakaman I (D.2a) ====
Yupa Muarakaman I tertulis 12 baris, menceritakan silsilah Raja Mulawarman, Raja Mulawarman yang kuat dan peradaban amat baik, dan kuasa sekaligus cucu dari Sri Maharaja Kundungga, anak dari Aswawarman. Aswawarman (ibarat dewa Matahari) memiliki tiga orang putra yang sangat mulia seperti api suci dan Raja Mulawarman yang paling terdepan. Prasasti Yupa tertulis dengan bahasa sanskerta dengan huruf yang tergolong Early Pallawa (Pallawa dimasa awal) dengan khas ''box-heads'' (kepala aksara yang berbentu segi empat). Kemungkinan besar aksara Pallawa merupakan aksara semi silabik dari aksara Brahmi yang berasal dari India, dalam Prasasti Yupa tidak tertulis secara pasti tahun dibuatnya namun diperkirakan dibuat pada abad ke-4 sampai 5 masehi. Alih aksara Muarakaman I diantaranya:<ref>{{Cite web|last=MNI|date=2019-08-21|title=Prasasti Muara Kaman|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/munas/prasasti-muara-kaman/|website=Museum Nasional|language=en-US|access-date=2020-08-11}}</ref><ref>{{Cite web|title=ASEAN Cultural Heritage Digital Archive|url=https://heritage.asean.org/view/MNI/MNI_CB1333|website=heritage.asean.org|access-date=2020-08-16}}</ref>
 
''srimatah srinarendrasya''
 
''kundunggasya mahatmanah''
 
''putro ‘svavarmmo vikhyatah''
 
''vansakartta yathangsuman''
 
''tasya putra mahatmanah''
 
''trayas traya ivagnayah''
 
''tesan trayanam pravarah''
 
''tapo bala damanvitah''
 
''sri mulavarmma rajendro''
 
''yastva bahusuvarnnakam''
 
''tasya yajñasya yupo ‘yam''
 
''dvijendrais samprakalpitah.''<ref name=":0" />
 
Artinya:
 
''Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.''<ref name=":0" />
 
==== Muarakaman II (D.2b) ====
Yupa Muarakaman II merupakan Yupa tertinggi diantara tujuh Yupa yang ditemukan, terdiri 8 baris, menceritakan tentang Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka yang telah menyedekahkan 20.000 ekor sapi untuk kaum Brahmana, Yupa ini dibuat oleh kaum Brahmana sebagai peringatan akan kebajikan Raja Mulawarman. Keadaan Muarakaman III masih terjaga dengan baik dan tulisannya masih terbaca, namun pada baris keenam dan ketujuh dan bagian belakang terdapat bercak putih. Alih aksara Muarakaman II diantaranya:<ref name=":0" />
 
''srimato nrpamukhyasya''
 
''rajñah sri mulavarmmanah''
 
''danam punyatame ksetre''
 
''yad dattam vaprakesvare''
 
''dvijatibhyo ‘gnikalpebhyah''
 
''vinsatir ggosahasrikam''
 
''tasya punyasya yupo ‘yam''
 
''krto viprair=ihagataih.''<ref name=":0" />
 
Artinya:
 
''Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang tekemuka, dan sekalian orang baik lain-lainnya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon kalpa (yang memberi segala keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan). Berhubung dengan kebaikan itulah maka tugu ini didirikan oleh para Brahmana (buat peringatan).''<ref name=":1">{{Cite web|last=Sumantri|first=Yeni Kurniawati|date=|title=Rangkuman Materi Perkuliahan: Sejarah Indonesia Kuno|url=http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197706022003122-YENI_KURNIAWATI_SUMANTRI/Bahan_ajar_SIK.pdf|website=|access-date=11 Agustus 2020}}</ref>
 
==== Muarakaman III (D.2c) ====
Yupa Muarakaman III menceritakan tentang kebesaran Raja Mulawarman, raja besar yang sangat baik budinya dan sangat mulia. Yupa ini dibuat oleh pra Brahmana sebagai peringatan akan kebaikan Raja Mulawarman. Alih aksara Muarakaman III diantaranya:<ref name=":0" />
 
''sri-mulavarmmano rajnah yad dattan tilla-parvvatam sadipa-malaya sarddham yupo „yam likhitas tayoh''.<ref name=":1" />
 
Artinya:
 
''Tugu ini ditulis buat (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh Sang Raja Mulawarman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu serta malai bunga.''<ref name=":1" />
 
==== Muarakaman IV (D.2d) ====
Yupa Muarakaman IV terdiri atas 11 baris pahatan, namun aksaranya telah aus sehingga sulit untuk dibaca isinya.<ref>{{Cite web|last=Team|first=Matakota|title=Prasasti Mulawarman; Prasasti Tertua di Indonesia {{!}} Matakota News|url=https://www.matakota.id/news/19697-prasasti-mulawarman-prasasti-tertua-di-indonesia|website=Matakota|access-date=2020-08-14}}</ref>
 
==== Muarakaman V ====
Yupa Muarakaman V tediri atas 4 baris pahatan, isi dari yupa ini mengenai peringatan sedekah
 
== Nama-Nama Raja Kutai Martapura ==
{{artikelutama|Maharaja Kutai}}
Baris 153 ⟶ 81:
Maharaja Dermasatia (penutup dinasti awal abad ke-17)
 
== Lain-lainKontroversi ==
 
Pada awal tahun 2020 beredar kabar adanya perkumpulan yang menamakan dirinya “Maharaja Kutai Mulawarman”. Perkumpulan ini mengaku sebagai penerus tahta raja Mulawarman. Namun, pernyataan ini tidak berlandaskan fakta sejarah yang menyatakan Kerajaan Kutai Martapura yang dulu berpusat di Muara Kaman tidak dihidupkan kembali. Alasannya, eksistensi kerajaan ini sudah diunifikasi ke dalam Kerajaan Kutai Kertanegara. Alasan lainnya adalah tidak ada sumber sejarah yang valid mengenai silsilah dari keturunan Raja Dermasatia sebagai raja terakhir Kerajaan Kutai Martapura.<ref>{{Cite web|date=6 Februari 2020|title=Jejak Sejarah Muara Kaman, Kecamatan yang Viral Sejak Muncul Raja Kutai Mulawarman Halaman all.|url=https://regional.kompas.com/read/2020/02/06/15490921/jejak-sejarah-muara-kaman-kecamatan-yang-viral-sejak-muncul-raja-kutai|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=24 Agustus 2020}}</ref>
Desa Muara Kaman merupakan tempat ditemukannya beberapa prasasti "Yupa" dengan perkiraan berasal dari awal periode sejarah Indonesia, hingga saat ini situs muara kaman masih perlu pengkajian lanjut, situs ini berada di daerah percabangan aliran sungai Mahakam dan sungai Kedangrantau.<ref>{{Cite web|last=bpcbkaltim|date=2016-02-25|title=PERAN PUSAT DAN DAERAH DALAM PENGELOLAAN SITUS CAGAR BUDAYA: “Studi kasus Situs Muara Kaman di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur”|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/peran-pusat-dan-daerah-dalam-pengelolaan-situs-cagar-budaya-studi-kasus-situs-muara-kaman-di-kutai-kartanegara-provinsi-kalimantan-timur/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur|language=en-US|access-date=2020-08-16}}</ref> Iansyahrechza atau Raja Labok atau yang dikenal dengan Raja Kutai Mulavarman, di Mura Kaman, Kabupaten KuttiKirtanegara, Kalimantan Timur, melaporkan bahwa asosiasi yang dipimpinnya adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia AHU-0067708.AH tahun 2016. Surat keputusan telah diajukan terkait pengesahan pendirian 01.07. Selain itu, Labokalso menjelaskan, tujuan paguyuban tersebut untuk melestarikan adat budaya setempat, namun pihak kepolisian mengaku masih akan menyelidiki keberadaan kelompok tersebut.<ref>{{Cite web|date=2020-04-27|title=KutaiMulavarman's kingdom really exists? » जागरूकता|url=https://www.jagrukta.org/kutaimulavarmans-kingdom-really-exists/|website=जागरूकता|language=hi-IN|access-date=2020-08-16}}</ref>
 
== Referensi ==