Ernest Douwes Dekker: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 112.215.236.86 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh AABot
Tag: Pengembalian
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 18:
 
== Kehidupan pribadi ==
Douwes Dekker terlahir di [[Pasuruan]], [[Jawa Timur]], pada tanggal 8 Oktober 1879, sebagaimana yang dia tulis pada riwayat hidup singkat saat mendaftar di [[Universitas Zurich]], September 1913. Dia adalah cucu keponakan dari [[Eduard Douwes Dekker]] alias Multatuli, tokoh Belanda yang menentang kebijakan tanam paksa di Indonesia.

Ayahnya, Auguste Henri Eduard Douwes Dekker, adalah seorang agen di bank kelas kakap ''[[Nederlandsch Indisch Escomptobank]]''. Auguste ayahnya, memiliki darah Belanda dari ayahnya, Jan (adik [[Eduard Douwes Dekker]]) dan dari ibunya, Louise Bousquet. Sementara itu, ibu Douwes Dekker, Louisa Neumann, lahir di [[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]], dari pasangan Jerman-Jawa.{{sfn|Setiadi & Arvian|2012|pp=66{{spaced ndash}}70}} Dia terlahir sebagai anak ke-3 dari 4 bersaudara, dan keluarganya pun sering berpindah-pindah. Saudaranya yang perempuan dan laki-laki, yakni Adeline (1876) dan Julius (1878) terlahir sewaktu keluarga Dekker berada di [[Surabaya]], dan adik laki-lakinya lahir di [[Meester Cornelis]], [[Batavia]] (sekarang [[Jatinegara]], [[Jakarta Timur]] pada tahun 1883. Dari situ, keluarga Dekker berpindah lagi ke [[Pegangsaan]], [[Jakarta Pusat]].{{sfn|Setiadi & Arvian|2012|pp=66{{spaced ndash}}70}}.
 
 
Douwes Dekker menikah dengan [[Clara Charlotte Deije]] (1885-1968), anak dokter campuran [[Jerman]]-Belanda pada tahun 1903, dan mendapat lima anak, namun dua di antaranya meninggal sewaktu bayi (keduanya laki-laki). Yang bertahan hidup semuanya perempuan. Perkawinan ini kandas pada tahun 1919 dan keduanya bercerai.
Baris 24 ⟶ 27:
Kemudian Douwes Dekker menikah lagi dengan [[Johanna Petronella Mossel]] (1905-1978), se[[orang Indo]] keturunan [[Yahudi]], pada tahun 1927. Johanna adalah guru yang banyak membantu kegiatan kesekretariatan [[Ksatrian Instituut]], sekolah yang didirikan Douwes Dekker. Dari perkawinan ini mereka tidak dikaruniai anak. Di saat Douwes Dekker dibuang ke [[Suriname]] pada tahun 1941 pasangan ini harus berpisah, dan di kala itu kemudian Johanna menikah dengan Djafar Kartodiredjo, yang juga merupakan seorang Indo (sebelumnya dikenal sebagai Arthur Kolmus), tanpa perceraian resmi terlebih dahulu. Tidak jelas apakah Douwes Dekker mengetahui pernikahan ini karena ia selama dalam pengasingan tetap berkirim surat namun tidak dibalas.
 
Sewaktu Douwes Dekker "kabur" dari Suriname dan menetap sebentar di Belanda (1946), ia menjadi dekat dengan perawat yang mengasuhnya, Nelly Alberta Geertzema née Kruymel, seorang Indo yang berstatus janda beranak satu. Nelly kemudian menemani Douwes Dekker yang menggunakan nama samaran pulang ke Indonesia agar tidak ditangkap [[intelijen]] Belanda. Mengetahui bahwa Johanna telah menikah dengan Djafar, Douwes Dekker tidak lama kemudian menikahi Nelly, pada tahun 1947. Douwes Dekker kemudian menggunakan nama Danoedirdja Setiabuddhi dan Nelly menggunakan nama Haroemi Wanasita, sementara putranya yang biasa disapa Kees diganti menjadi Kesworo, nama-nama yangtersebut diusulkan oleh Sukarno. Sepeninggal Douwes Dekker, Haroemi menikah dengan Wayne E. Evans pada tahun 1964 dan kini tinggal di [[Amerika Serikat]].
 
Walaupun mencintai anak-anaknya, Douwes Dekker tampaknya terlalu berfokus pada perjuangan idealismenya sehingga perhatian pada keluarga agak kurang dalam. Ia pernah berkata kepada kakak perempuannya, Adelin, kalau yang ia perjuangkan adalah untuk memberi masa depan yang baik kepada anak-anaknya di Hindia kelak yang merdeka. Pada kenyataannya, semua anaknya meninggalkan Indonesia menuju ke Belanda ketika Jepang masuk. Demikian pula semua saudaranya, tidak ada yang memilih menjadi warga negara Indonesia.