Deklarasi Balfour: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 34:
Dukungan politik awal dari pemerintah Inggris terhadap pertambahan jumlah pemukim Yahudi di [[Palestina (wilayah)|tanah Palestina]] didasarkan atas kalkulasi-kalkulasi geopolitik.{{sfn|Renton|2007|p=2}}{{efn|group=lower-roman|Renton menjelaskannya sebagai berikut: "Salah satu aspek krusial dari penggambaran Deklarasi Balfour sebagai produk belas kasihan Inggris seperti ini, apabila dibandingkan dengan [[realpolitik]], adalah bahwasanya Inggris memiliki rasa peduli yang alami dan mengakar terhadap hak-hak orang Yahudi, terutama terhadap pemulihan bangsa mereka, yang sudah mendarah daging dalam kebudayaan dan sejarah Inggris. Dengan penyajian seperti ini, Deklarasi Balfour dibuat tampak sebagai peristiwa yang muncul secara alami, seakan-akan sudah ditakdirkan Tuhan. Dengan demikian, Sionisme ditampilkan bukan semata-mata sebagai ''[[Telos (filsafat)|telos]]'' sejarah bangsa Yahudi melainkan juga sejarah bangsa Inggris. Kecenderungan sejarah nasionalis dan sejarah Sionis untuk berkembang menuju satu titik takdir dan penebusan membuka ruang, yang memang perlu ada, bagi penjelasan semacam itu. Dengan demikian diciptakanlah mitos 'proto-Sionisme' Inggris, yang sudah begitu lama memengaruhi historiografi Deklarasi Balfour, sekadar untuk memenuhi kebutuhan para juru propaganda Sionis yang bekerja bagi pemerintah Inggris."{{sfn|Renton|2007|p=85}}}} Dukungan tersebut mula-mula muncul pada awal era 1840-an,{{sfn|Schölch|1992|p=44}} dipelopori oleh [[Henry John Temple, 3rd Viscount Palmerston|Lord Palmerston]], sesudah [[Perang Mesir-Utsmaniyah 1831|Suriah]] dan [[Pemberontakan petani di Palestina|Palestina]] diserobot [[Muhammad Ali dari Mesir|Muhammad Ali Pasya]], Wali Negeri Mesir yang [[separatisme|mendurhaka]] terhadap Kesultanan Utsmaniyah.{{sfn|Stein|1961|pp=5–9}}{{sfn|Liebreich|2004|pp=8–9}} Prancis kian meluaskan pengaruhnya di Palestina maupun negeri-negeri lain di Timur Tengah, dan perannya selaku pelindung komunitas-komunitas [[Gereja Katolik|Kristen Katolik]] [[Règlement Organique (Gunung Lebanon)|mulai menguat]], sementara Rusia sudah disegani sebagai pelindung komunitas-komunitas [[Gereja Ortodoks Timur|Kristen Ortodoks Timur]] di kawasan yang sama. Situasi seperti ini membuat Inggris tidak punya ruang lingkup pengaruh di Timur Tengah,{{sfn|Stein|1961|pp=5–9}} dan oleh karena itu perlu menemukan atau menciptakan suatu kaum yang dapat mereka "ayomi" di kawasan itu.{{sfn|Schölch|1992|p=41}} Pertimbangan-pertimbangan politik tersebut didukung oleh sentimen Kristen Injili yang bersimpati terhadap "[[Zionisme Kristen|kepulangan orang Yahudi]]" ke Palestina, yakni sentimen yang diusung anasir-anasir kalangan elit politik Inggris pada pertengahan abad ke-19, teristimewa [[Anthony Ashley-Cooper, 7th Earl of Shaftesbury|Lord Shaftesbury]].{{efn|group=lower-roman|Donald Lewis mengemukakan dalam tulisannya sebagai berikut: "Pokok pikiran dari karya tulis ini adalah bahwasanya dengan menginsafi [filosemitisme Kristen dan Sionisme Kristen] sajalah seseorang dapat memahami pengaruh agama dan kebudayaan yang bahu-membahu menciptakan suatu iklim opini di kalangan elit politik di Inggris yang mendukung Deklarasi Balfour."{{sfn|Lewis|2014|p=10}}}} Kementerian Luar Negeri Inggris secara aktif mendorong orang Yahudi untuk beremigrasi ke Palestina, misalnya melalui imbauan-imbauan [[Charles Henry Churchill]], yang disampaikan lewat surat dalam rentang waktu 1841-1842, kepada [[Moses Montefiore]], pemimpin komunitas Yahudi Inggris.{{sfn|Friedman|1973|p=xxxii}}{{efn|group=qt|Moses Montefiore adalah orang Yahudi terkaya di Inggris, dan pemimpin [[Badan Deputi Yahudi Britania|Dewan Perwakilan Umat Yahudi Inggris]]. Surat pertama yang dikirimkan Charles Henry Churchill pada tahun 1841, dimaksudkan untuk mengatalisasi ketertarikan terhadap emigrasi orang Yahudi ke Palestina. Dalam surat ini, Charles Henry Churchill mengemukakan bahwa, "misalkan anda dan kolega-kolega anda secara bersama-sama serta bersungguh-sungguh mencurahkan minat pada perkara penting ini, yakni perihal pemulihan negara kuno anda, maka saya melihat (dengan mendasarkan opini-opini saya pada sikap terkini pemerintah dalam hubungan luar negeri dengan Kesultanan Utsmaniyah) bahwa hanya selaku kawula [[Gerbang Agung]] sajalah anda sekalian dapat mulai mengupayakan tempat berpijak di Palestina."{{sfn|Friedman|1973|p=xxxii}}}}
 
Ikhtiar-ikhtiar semacam ini bersifat pradini,{{sfn|Friedman|1973|p=xxxii}} dan tidak membuahkan hasil.{{efn|group=lower-roman|Sehubungan dengan rancangan-rancangan Eropa untuk mendorong umat Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Yahudi berimigrasi ke Palestina, Schölch mengemukakan bahwa "dari sekian banyak proyek dan usaha kolonisasi itu, hanya dua yang berhasil, yakni usaha-usaha pemukiman [[Serikat Haikal]] sejak tahun 1868 dan usaha-usaha pemukiman para imigran Yahudi sejak tahun 1882."{{sfn|Schölch|1992|p=51}}}} Hanya 24.000 orang Yahudi yang bermukim di Palestina menjelang kemunculan [[Sionisme]] di kalangan komunitas Yahudi sedunia pada dua dasawarsa terakhir abad ke-19.{{sfn|Cleveland|Bunton|2016|p=229}} Perubahan mendadak geopolitik akibat meletusnya [[Perang Dunia I]] membuat kalkulasi-kalkulasi awal, yang sempat ditinggaldibiarkan terbengkalai, menjadi titik tolak pembaharuan taksiran-taksiran stategis maupun tawar-menawar politik atas kawasan Timur Tengah dan Timur Jauh.{{sfn|Liebreich|2004|pp=8–9}}
 
=== Sionisme purwa ===