Kerajaan Kutai Martapura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 49:
Masa Kerajaan Kutai Martapura dimulai pada abad ke-5 dipimpin oleh Raja Mulawarman, kekuasaaannya tersebar di kota Muara Kaman, sepanjang Sungai Mahakam. Kehidupan masyarakatnya aman dan damai, sampai pada abad ke-13 berdiri kerajaan baru di Kutai Lama dekat Samarinda bernama Kutai Kartanegara yang dipimpin oleh Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti. Kemudian terjadilah pertempuran di antara dua kerajaan, Kutai Kartanegara dipimpin oleh Pangeran Sinum Panji Mendapa, pertempuran dimenangkan oleh pihak Kutai Kartanegara sehingga Kutai Martapura diperbarui menjadi "Kutai Kartanegara Ing Martapura". Sumber lain menuliskan bahwa Sejarah Kerajaan Kutai Mulawarman berawal dari pemerintahan negara Sagara Pravatam Sadiva Malaya pada abad ke-1 yang dipimpin oleh Tahani pada masa pemerintahan Kerajaan Maharaj Sri Kudungga, pada tahun 1635 - 2001 kekuasaan negara digenggam Kolonial hingga kedaulatan kembali. Informasi mengenai kerajaan ini sangat terbatas pada masa lalu, berbagai penelitian dan bukti sejarah masih terus dilakukan.<ref name=":2" />
 
Kutai Martadipura dimulai pada abad ke-4, masa pemerintahan Raja Mulawarman. Rakyatnya hidup dengan makmur dan sejahtera, pada abad ke-13, terbentuk sebuah kerajaan baru di bawah Majapahit dan Batara Kartanegara dibawah Sultan Banjar berada di bawah VOC kolonial yang mengubah Kerajaan Kutai Kartanegara di bawah kesultanan Vasal Banjar Banjar dan menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Setelah penjajahan VOC dan Kemerdekaan Indonesia, kedua kerajaan tersebut dihidupkan kembali oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara untuk melestarikan tradisi bidaya masing-masing pada tahun 2001. Maharaja Srinala Praditha Wangsawarman (A. lansyahrechza F.) adalah Daulat Maharaja. Kesultanan Kutai Mulawarman pada 28 September 2001 lalu mengangkat seorang sultan bernama Sultan Aji Muhammad Salehudin II yang berpusat di Tenggarong dengan Upacara Adat ERAU TENGGARONG.<ref name=":2" /><ref>{{Cite web|title=Kutai Kartanegara Sultanate {{!}} The History of Kutai Kartanegara Sultanate|url=http://kesultanan.kutaikartanegara.com/index.php?menu=History&lang=english|website=kesultanan.kutaikartanegara.com|access-date=2020-08-16}}</ref>
 
=== Prasasti Yupa ===
Baris 60:
 
==== Muarakaman I (D.2a) ====
Yupa Muarakaman I tertulis 12 baris, menceritakan silsilah Raja Mulawarman, Raja Mulawarman yang kuat dan peradaban amat baik, dan kuasa sekaligus cucu dari Sri Maharaja Kundungga, anak dari Aswawarman. Aswawarman (ibarat dewa Matahari) memiliki tiga orang putra yang sangat mulia seperti api suci dan Raja Mulawarman yang paling terdepan. Prasasti Yupa tertulis dengan bahasa sanskerta dengan huruf yang tergolong Early Pallawa (Pallawa dimasa awal) dengan khas ''box-heads'' (kepala aksara yang berbentu segi empat). Kemungkinan besar aksara Pallawa merupakan aksara semi silabik dari aksara Brahmi yang berasal dari India, dalam Prasasti Yupa tidak tertulis secara pasti tahun dibuatnya namun diperkirakan dibuat pada abad ke-4 sampai 5 masehi. Alih aksara Muarakaman I diantaranya:<ref>{{Cite web|last=MNI|date=2019-08-21|title=Prasasti Muara Kaman|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/munas/prasasti-muara-kaman/|website=Museum Nasional|language=en-US|access-date=2020-08-11}}</ref><ref>{{Cite web|title=ASEAN Cultural Heritage Digital Archive|url=https://heritage.asean.org/view/MNI/MNI_CB1333|website=heritage.asean.org|access-date=2020-08-16}}</ref>
 
''srimatah srinarendrasya''
Baris 135:
 
=== Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri) ===
Nama Maharaja Kundungga dimaknai sebagai nama asli orang Indonesia yang belum dipengaruhi oleh budaya India.<ref name=":3">{{Cite web|last=Redaksi|date=2019-12-21|title=These are the names of the Kutai kings who are now the territories of candidates for the Republic of Indonesia's capital|url=https://nusadaily.com/en/culture/these-are-the-names-of-the-kutai-kings-who-are-now-the-territories-of-candidates-for-the-republic-of-indonesias-capital.html|website=Nusa Daily|language=en-US|access-date=2020-08-16}}</ref> Pada awalnya kedudukan Kundungga adalah sebagai kepala suku, setelah masuk pengaruh Hindu ke Indonesia kemudian ia mengubah struktur menjadi kerajaan dan dirinya menjadi raja, dan dilakukan secara turun temurun.<ref>{{Cite web|date=2015-04-19|title=Kerajaan Kutai {{!}} Pustaka Sekolah|url=https://web.archive.org/web/20150419005050/http://www.pustakasekolah.com/kerajaan-kutai.html|website=web.archive.org|access-date=2020-08-16}}</ref> Nama Maharaja [[Kundungga]] oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India. Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya [[Hindu]]. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari [[bahasa Sanskerta]]. Kata itu biasanya digunakan untuk akhiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.<ref name=":3" /><ref>{{Cite journal|last=Minattur|first=Joseph|date=2009|title=A Note on the King Kundungga of the East Borneo Inscriptions|url=|journal=Journal of Southeast Asian History|volume=5|issue=2|pages=181-183|doi=https://doi.org/10.1017/S0217781100000995}}</ref>
 
=== Maharaja Asmawarman (anak Kundungga) ===
Nama Maharaja Aswawarman diyakini telah terpengaruh oleh budaya Hindu, berdasarkan fakta kata "Warman" berasal dari bahasa Sanskerta, yang biasanya digunakan untuk menyebut nama orang atau penduduk India Selatan. <ref name=":3" />
 
=== Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman) ===
Baris 155 ⟶ 157:
== Lain-lain ==
 
Desa Muara Kaman merupakan tempat ditemukannya beberapa prasasti "Yupa" dengan perkiraan berasal dari awal periode sejarah Indonesia, hingga saat ini situs muara kaman masih perlu pengkajian lanjut, situs ini berada di daerah percabangan aliran sungai Mahakam dan sungai Kedangrantau.<ref>{{Cite web|last=bpcbkaltim|date=2016-02-25|title=PERAN PUSAT DAN DAERAH DALAM PENGELOLAAN SITUS CAGAR BUDAYA: “Studi kasus Situs Muara Kaman di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur”|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/peran-pusat-dan-daerah-dalam-pengelolaan-situs-cagar-budaya-studi-kasus-situs-muara-kaman-di-kutai-kartanegara-provinsi-kalimantan-timur/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur|language=en-US|access-date=2020-08-16}}</ref>
Nama Maharaja [[Kundungga]] oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India. Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya [[Hindu]]. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari [[bahasa Sanskerta]]. Kata itu biasanya digunakan untuk ahkiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.
 
== Referensi ==