Breaking Bad: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, replaced: berfikir → berpikir (2) |
k replaced: nampaknya → tampaknya |
||
Baris 42:
Sebagai sebuah seni, serial ini memiliki nilai produksi yang sangat tinggi. Sinematografinya sangat impresif. Setiap adegannya terkesan dibuat dengan detil, dan sanggup berbicara kepada kita dengan kuat. Dialog-dialog yang dituturkan sangatlah berkesan. “''I am the one who knocks”'' akan menjadi sebuah kutipan yang akan terus terngiang dalam otak saya, dan masih banyak lagi. Musik yang mengiringi film ini tidak terlalu bombastis, namun sangat efektif. Yang juga mengesankan adalah adegan pendek di setiap awal episode, yang disajikan sebelum musik tema pembuka (yang juga sangat ''memorable''). Adegan pendek ini selalu kreatif, ''stylish'' dan memberi nuansa tersendiri kepada episode tersebut. Kadang ia berupa ''preview'' kejadian di episode-episode berikutnya, kadang berupa tambahan penguat jalinan cerita, kadang juga cabang dari plot yang sedang berjalan.
Namun yang paling tidak habis-habis untuk bisa dibahas adalah tema cerita serial ini sendiri. Saya melihat Breaking Bad sangat menunjukkan hukum sebab-akibat. Apa pun yang kita lakukan, pilihan yang kita buat, seberapa pun kecilnya, memiliki akibat. Selain itu, tema terjepitnya seseorang oleh ekonomi, kesehatan, sehingga membuat ia mampu melakukan hal-hal yang di luar dugaan, juga bisa menjadi bahan diskusi panjang. Juga nilai dan tujuan hidup, eksistensi kita, terwakili oleh motivasi Walt untuk memproduksi ''meth''. Saya jadi teringat tentang makna hidup yang dikatakan oleh Viktor Frankl, bahwa manusia perlu makna hidup. Walt pada mulanya menggantungkan diri kepada keluarganya, keluarganya yang memberi makna bagi hidupnya. Namun seiring perubahan psikologis yang ia pilih,
Breaking Bad meninggalkan kesan mendalam bagi saya, sekaligus rasa rindu. Rindu kepada masing-masing tokohnya, rindu kepada suasananya, rindu kepada dunia yang ditampilkannya.
|