Suku Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Putera Ramadhan (bicara | kontrib)
→‎Profesi: Tambah informasi dan referensi
Baris 225:
 
== Profesi ==
Mayoritas masyarakat Jawa berprofesi sebagai petani. Sedangkan di perkotaan mereka berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, karyawan, pedagang, usahawan, dan lain-lain. Di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]] jumlah orang Jawa mencapai 40% pada tahun 2015 dari penduduk Jakarta. Orang Jawa perantauan di Jakarta bekerja di berbagai bidang. Hal ini terlihat dari jumlah mudik [[lebaran]] yang terbesar dari Jakarta adalah menuju [[Jawa Tengah]]. Secara rinci prediksi jumlah pemudik tahun 2014 ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang. Dari jumlah itu didasarkan beberapa kategori, yakni 2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik mobil, 3.426.702 orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik kapal laut, dan 88.335 orang naik pesawat.<ref>http://nasional.news.viva.co.id/news/read/515679-kenaikan-jumlah-pemudik-asal-jateng-tahun-ini-paling-tinggi/</ref> Bahkan menurut data [[Kementerian Perhubungan Indonesia]] menunjukkan tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng dan 39% Jatim. Ditinjau dari profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta, 17% PNS/TNI/POLRI, 10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga, dan 9% profesi lainnya. Diperinci menurut pendapatan pemudik, 44% berpendapatan Rp3–5 juta, 42% berpendapatan Rp1–3 juta, 10% berpendapatan Rp5–10 juta, 3% berpendapatan di bawah Rp1 juta, dan 1% berpendapatan di atas Rp10 juta.<ref>http://hubdat.dephub.go.id/berita/1348-279-juta-penduduk-akan-melakukan-mudik-lebaran-2014/</ref> Pekerjaan orang Jawa secara historis adalah sebagai berikut.
===Petani===
Secara tradisional, kebanyakan orang Jawa adalah petani. Pertanian sangat umum karena tanah vulkanik yang subur di Jawa. Komoditas pertanian terpenting adalah beras. Pada tahun 1997, diperkirakan bahwa Jawa menghasilkan 55% dari total hasil panen Indonesia.<ref name=agri>{{Cite book
| last = Gérard
| first = Françoise
|author2=François Ruf
| title = Agriculture in crisis: people, commodities and natural resources in Indonesia, 1996-2000
| publisher = Routledge
| year = 2001
| pages = 301
| url = https://books.google.com/books?id=2rj6kIpbb0UC&pg=PA301
| isbn = 978-0-7007-1465-0
}}</ref> Sebagian besar petani bekerja di sawah skala kecil, dengan sekitar 42% petani bekerja dan mengolah kurang dari 0,5 hektar lahan.<ref name=agri /> Di wilayah di mana tanahnya kurang subur karena musim hujan pendek, tanaman pokok lainnya dibudidayakan, seperti [[singkong]].<ref name=dunham />
 
=== Pedagang-Pelaut ===
[[File:Een Javaansch Matroos.jpg|thumb|Seorang pelaut Jawa.]]
Pada zaman kuno, orang Jawa unggul dalam menjelajahi lautan dan berdagang. Ini karena tidak semua komoditas dan barang kebutuhan dapat ditemukan di Pulau Jawa, dan perdagangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Para pedagang dan pelaut Jawa sudah sering melakukan pelayaran di lautan antara India dan Cina pada awal abad ke-1 Masehi.<ref name=":0">{{Cite book|title=The Phantom Voyagers: Evidence of Indonesian Settlement in Africa in Ancient Times|last=Dick-Read|first=Robert|publisher=Thurlton|year=2005|isbn=|location=|pages=}}</ref> [[Kapal Borobudur]] dari [[Dinasti Syailendra|dinasti Sailendra]] Jawa membawa pelaut dan pemukim Nusantara ke [[Ghana]] dan [[Madagaskar]] pada abad ke-8 M,''<ref>{{Cite journal|last=Beale|first=Philip|date=April 2006|title=From Indonesia to Africa: Borobudur Ship Expedition|url=|journal=Ziff Journal|volume=|pages=22|via=http://www.swahiliweb.net/ziff_journal_3_files/ziff2006-04.pdf}}</ref>'' tetapi ada kemungkinan bahwa mereka sudah berada di sana pada awal 500 SM.<ref>Blench, “The Ethnographic Evidence for Long-distance Contacts”, p. 432.</ref><ref>I. W. Ardika & P. Bellwood, “Sembiran: The Beginnings of Indian Contact with Bali”, ''Antiquity'' 65 (1991): 221–32. See also I. W. Ardika, P. Bellwood, I. M. Sutaba & K. C. Yuliati, “Sembiran and the First Indian Contacts with Bali: An Update”, ''Antiquity'' 71(1997): 193–95.</ref>
 
Selama era Majapahit, hampir semua komoditas dari Asia ditemukan di Jawa. Ini dikarenakan perdagangan laut ekstensif yang dilakukan oleh kerajaan Majapahit yang menggunakan berbagai jenis kapal, terutamanya jong, untuk berdagang ke tempat-tempat yang jauh.<ref name=":1">{{Cite book|title=Majapahit Peradaban Maritim|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|year=2011|isbn=9786029346008|location=|pages=}}</ref>{{Rp|267-293}} Ma Huan (penerjemah Cheng Ho) yang mengunjungi Jawa pada 1413, menyatakan bahwa pelabuhan di Jawa adalah memperdagangkan barang dan menawarkan layanan yang lebih banyak dan lebih lengkap daripada pelabuhan lain di Asia Tenggara.<ref name=":1" />{{Rp|241}} Juga pada era Majapahit penjelajahan orang-orang Nusantara mencapai prestasi terbesarnya. Ludovico di Varthema (1470-1517), dalam bukunya ''Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese'' menyatakan bahwa orang Jawa Selatan berlayar ke "negeri jauh di selatan" hingga mereka tiba di sebuah pulau di mana satu hari hanya berlangsung selama empat jam dan "lebih dingin daripada di bagian dunia mana pun". Penelitian modern telah menentukan bahwa tempat tersebut terletak setidaknya 900 mil laut (1666 km) selatan dari titik paling selatan [[Tasmania]].<ref>{{Cite book|title=The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508|last=Jones|first=John Winter|publisher=Hakluyt Society|year=1863|isbn=|location=|pages=}}</ref> Ketika [[Afonso de Albuquerque]] menaklukkan Malaka (1511), orang Portugis mendapatkan sebuah peta dari seorang mualim Jawa, yang juga menampilkan bagian dari [[benua Amerika]].<ref name=":5">Cartas de Afonso de Albuquerque, Volume 1, p. 64, April 1, 1512</ref>
 
Kehadiran kolonial Eropa mengurangi jangkauan para pedagang-pelaut Jawa. Namun, pada 1602, Diogo de Couto mengkonfirmasi bahwa orang Jawa masih berkomunikasi dengan pantai timur Madagaskar.<ref>{{Cite book|title=Decada Quarta da Asia|last=de Couto|first=Diogo|publisher=Em Lisboa : Impresso por Pedro Crasbeeck|year=1602|isbn=|location=Portugal|pages=}}</ref><ref>Couto, Diogo do (1645). ''Da Asia: Nine decades''. Lisbon: Regia Officina Typografica, 1778-88. Reprint, Lisbon, 1974.</ref> Keputusan [[Amangkurat i|Amangkurat I]] dari Kesultanan Mataram untuk menghancurkan kapal di kota-kota pesisir dan menutup pelabuhan untuk mencegah mereka memberontak pada pertengahan abad ke-17 semakin mengurangi kemampuan orang Jawa dalam berlayar jarak jauh. Pada paruh kedua abad ke-18, sebagian besar pedagang-pelaut Jawa dibatasi hanya untuk perjalanan jarak pendek.<ref name=":2">{{Cite book|title=Perahu-Perahu Tradisional Nusantara|last=Liebner|first=Horst H.|publisher=|year=2002|isbn=|location=Jakarta|pages=}}</ref>
 
=== Pembuat kapal ===
 
{{multiple image
| total_width = 410
| image1 =Borobudur Ship (Leemans, pl. ci, 172).png
| image2 =Situs civitatis Bantam et Navium Insulae Iauae delineatio.jpg
|footer= Kapal-kapal orang Jawa:<br>
* Kapal Borobudur dari candi Borobudur, abad ke-8 Masehi.
* Jong Jawa di teluk [[Kesultanan Banten|Banten]], 1610.
}}
 
Orang Jawa dikenal memproduksi kapal besar yang disebut jong. Kapal-kapal ini telah melintasi lautan antara India dan Cina pada awal abad ke-1 M, membawa hingga 1000 orang bersama 250-1000 ton kargo.<ref name=":0" /> di pantai utara Jawa, di sekitar Cirebon dan Rembang-Demak (di selat Muria yang memisahkan gunung Muria dengan pulau Jawa), dan juga di pesisir Selatan Kalimantan, terutama di Banjarmasin dan pulau-pulau sekitarnya. Tempat ini sama-sama memiliki hutan jati, tetapi galangan kapal di [[Kalimantan]] tetap mendatangkan kayu jati dari Jawa, sedangkan Kalimantan sendiri menjadi pemasok kayu ulin. [[Pegu]] (sekarang Bago), yang merupakan pelabuhan besar pada abad ke-16, juga memproduksi jong, oleh orang Jawa yang menetap disana.<ref>{{Cite book|title=Suma Oriental|last=Pires|first=Tome|publisher=The Hakluyt Society|year=|isbn=9784000085052|location=London|pages=}}</ref>
 
Takjub akan kemampuan mereka, Albuquerque mempekerjakan 60 tukang kayu dan arsitek kapal Jawa dari galangan kapal Malaka dan mengirimnya ke India, dengan harapan bahwa para pengrajin ini sanggup memperbaiki kapal-kapal Portugis di India. Akan tetapi mereka tidak pernah sampai di India, mereka memberontak dan membawa kapal Portugis yang mereka tumpangi ke Pasai, dimana mereka disambut dengan luar biasa. Pembuatan kapal di Jawa terhambat ketika VOC memperoleh pijakan di Jawa mulai awal abad ke-17. Mereka melarang penduduk setempat untuk membangun kapal dengan tonase lebih dari 50 ton, dan menugaskan pengawas Eropa ke setiap galangan kapal.<ref name=":3">{{Cite book|title=The Javanese Crossroads. Essay of Global History|last=Lombard|first=Denys|publisher=|year=1990|isbn=2713209498|location=|pages=}}</ref> Namun, pada abad ke-18 daerah pembuatan kapal Jawa (khususnya [[Kabupaten Rembang|Rembang]] dan [[Juwana, Pati|Juwana]]) telah mulai membangun kapal besar bergaya Eropa (jenis ''bark'' dan ''brigantine'') dengan kisaran tonase 160-600 ton.<ref name=":2" />
 
===Pandai besi===
 
<gallery mode="packed" widths="170" heights="200">
Berkas:Semar Kris (alt) 3.jpg|Keris dekoratif dengan tokoh Semar sebagai pegangannya. Bilah memiliki tiga belas ''luk''.
Berkas:Raffles Varieties of the Javan Kris.png|Variasi Keris Jawa.
Berkas:Raffles Javan Weapons 1.png|Senjata Jawa: Golok, gada, busur dan panah, sumpit, ketapel.
Berkas:Raffles Javan Weapons 2.png|Senjata Jawa: Keris.
Berkas:Raffles Javan Weapons 3.png|Pedang pendek, perisai, dan senapan [[matchlock]].
Berkas:Archipel Asiatique Malaisie - Armes Offensives et Étendard.jpg|Berbagai keris dan senjata galah Jawa.
</gallery>
 
Pandai besi secara tradisional dihargai. Beberapa pandai besi berpuasa dan bermeditasi untuk mencapai kesempurnaan. Pandai besi Jawa menciptakan berbagai alat dan peralatan pertanian, dan juga barang-barang budaya seperti instrumen gamelan dan keris.<ref name=dunham>{{Cite book
| last = Dunham
| first = Stanley Ann
| authorlink = Ann Dunham
|author2=Alice G. Dewey
| title = Surviving Against the Odds: Village Industry in Indonesia
| publisher = Duke University Press
| year = 2009
| pages = 50
| url = https://books.google.com/books?id=5WR76pKZzpYC&pg=PA50
| isbn = 978-0-8223-4687-6
| author2-link = Alice G. Dewey
}}</ref> Majapahit menggunakan senjata api dan meriam sebagai ciri peperangannya. Cetbang, meriam putar isian belakang perunggu dari Jawa, digunakan di mana-mana oleh angkatan laut Majapahit, bajak laut, dan raja-raja saingan. Runtuhnya kekaisaran Majapahit juga menyebabkan banyak dari ahli meriam perunggu yang tidak puas dengan kondisi di kerajaan di Jawa yang lari ke [[Brunei Darussalam|Brunei]], [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]] dan [[kepulauan Filipina]], yang menyebabkan meluasnya penggunaan meriam cetbang. Terutama pada kapal dagang untuk perlindungan dari bajak laut, terutama di [[Selat Makassar]].<ref name="Thomas Stamford Raffles 1965">Thomas Stamford Raffles, ''The History of Java'', Oxford University Press, 1965, {{ISBN|0-19-580347-7}}, 1088 pages.</ref> [[Meriam tangan|Meriam galah]] ([[bedil tombak]]) tercatat digunakan oleh orang Jawa di Indonesia pada 1413.<ref>Mayers (1876). "Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century". ''The China Review''. '''IV''': p. 178.</ref><ref name=":72">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=1976|title=L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises|url=|journal=Arts Asiatiques|volume=32|pages=233-268|via=}}</ref>
 
Duarte Barbosa sekitar tahun 1510 mengatakan bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang baik. Mereka membuat banyak meriam 1 pon (cetbang atau [[rentaka]]), [[senapan lontak]] panjang, ''spingarde'' (arquebus), ''schioppi'' (meriam tangan), [[api Yunani]], ''gun'' (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya. Setiap tempat disana dianggap sangat baik dalam mencetak/mengecor artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.<ref>{{Cite book|title=A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century|last=Barosa|first=Duarte|publisher=The Hakluyt Society|year=1866|isbn=|location=|pages=}}</ref><ref>{{Cite book|last=Partington|first=J. R.|url=https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&pg=PA224&lpg=PA224&dq=muhammad,+the+king+of+java,+has+8000+cannon&source=bl&ots=VpOdV3xt0G&sig=ACfU3U2GIinrhq2PGIduAOkNmI2a8mOGeA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjxg-vphKzpAhWWf30KHR8EDa8Q6AEwAHoECAcQAQ#v=onepage&q=java&f=false|title=A History of Greek Fire and Gunpowder|date=1999|publisher=JHU Press|isbn=978-0-8018-5954-0|language=en}}</ref> Pada tahun 1513, armada Jawa yang dipimpin oleh [[Pati Unus|Patih Yunus]], berlayar untuk menyerang [[Melaka Portugis]] "dengan banyak artileri yang dibuat di Jawa, karena orang Jawa terampil dalam perpandaian besi dan pengecoran, dan dalam semua pekerjaan dengan besi, melebihi apa yang mereka miliki di India".<ref name=":02">{{Cite book|title=Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past|last=Reid|first=Anthony|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|year=2012|isbn=978-981-4311-96-0|location=|pages=}}</ref><ref name=":22">{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Rp|23}}
 
Pisau keris adalah barang penting, dengan banyak keris pusaka yang memiliki nilai sejarah signifikan. Desain keris adalah untuk merobek perut lawan, membuat cedera lebih parah.
 
Kota Gede terkenal dengan kerajinan perak dan kerajinan peraknya.<ref>{{Citation | author1=Tadié, J | author2=Guillaud, Dominique (ed.) | author3=Seysset, M. (ed.) | author4=Walter, Annie (ed.) | title=Kota Gede : le devenir identitaire d'un quartier périphérique historique de Yogyakarta (Indonésie); Le voyage inachevé... à Joël Bonnemaison | date=1998 | publisher=ORSTOM | url=http://trove.nla.gov.au/work/30808913 | accessdate=20 April 2012 }}</ref>
 
===Pembuatan Batik===
[[Batik]] tradisional dibuat oleh perempuan sebagai hobi, tetapi beberapa kota dan desa memiliki spesialisasi dalam pembuatan batik, seperti Pekalongan, Kauman, Kampung Taman dan Laweyan.
 
=== Ukiran kayu ===
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Houtsnijders vervaardigen maskers Nederlands-Indië TMnr 60026954.jpg|thumb|right|Javanese woodworkers making traditional masks during the [[Dutch East Indies]] era.]]
 
Seni ukir kayu Jawa secara tradisional diterapkan pada berbagai atribut budaya seperti patung, boneka (wayang), dan topeng. Ukiran kayu juga menonjol sebagai ornamen dan detail rumah. Omah Kudus yang diukir dengan rumit adalah contoh bagus penguasaan ukiran kayu Jawa. Kota Jepara Jawa Tengah terkenal sebagai pusat lokakarya ukiran kayu Jawa, di mana para seniman dan tukang kayu secara khusus mengolah kayu jati Jawa.<ref>{{Cite news|url=https://forestsnews.cifor.org/53717/central-java-town-local-wood-enterprises-carve-niche-global-market?fnl=en|title=In a Central Java town, local wood enterprises carve a niche in the global market - CIFOR Forests News|date=2018-03-06|work=CIFOR Forests News|access-date=2018-06-01|language=en-US}}</ref>
 
== Stratifikasi sosial ==