Banteng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
pindahkan konten dari Wie146 ke bagian habitat
Baris 112:
== Lingkungan dan perilaku ==
Banteng aktif pada siang dan malam hari, walaupun aktivitas malam umumnya terjadi di wilayah dengan banyak interaksi manusia. Banteng umumnya ditemukan dalam kawanan beranggotakan 2 hingga 40 ekor dengan hanya satu pejantan. Pejantan yang lebih tua membentuk kelompok kecil beranggotakan dua atau tiga ekor banteng. Banteng memiliki sifat tertutup dan sangat waspada sehingga sulit didekati manusia. Banteng mencari tempat istirahat dan berlindung dari hujan maupun gangguan manusia di hutan-hutan yang lebat.<ref name=castello/><ref name=nrc/><ref name=phil/> Banteng, terutama anak-anak dan betinanya, mampu berjalan cepat dan melewati rintangan dengan mudah di hutan yang lebat. <ref name=hoogerwerf/> Di Indonesia, banteng liar memiliki reputasi buas dan berbahaya, tetapi para ilmuwan menganggap reputasi ini berlebihan; para peneliti sering berjalan tanpa perlindungan di habitat banteng tanpa masalah berarti. Banteng ternak juga kadang memiliki sifat agresif, tetapi dapat menjadi jinak jika banteng dipelihara dengan banyak kontak manusia. Anak banteng dapat menjadi agresif saat tertekan dan menyerang pagar atau tembok.<ref name=nrc/>
 
Pengamatan di [[Taman Nasional Ujung Kulon]] mendapatkan bahwa banteng memerlukan komponen-komponen habitat berupa daerah berhutan, [[padang rumput]] terbuka (padang penggembalaan), [[sungai]], dan wilayah pantai; yang digunakan secara tetap setiap harinya. Padang penggembalaan dominan sebagai pusat aktivitas banteng dalam memenuhi kebutuhan pakan, serta tempat berinteraksi dengan banteng lainnya, kawin, melahirkan, dan membesarkan anak. Sungai merupakan sumber air yang penting, demikian pula pantai sebagai sumber air asin untuk memenuhi kebutuhan akan [[garam]]. Sedangkan hutan adalah tempat berlindung yang penting bagi banteng; dari gangguan [[cuaca]], [[pemangsa]], dan juga dari kehadiran manusia.<ref name=alikodra>[[Hadi Sukadi Alikodra|Alikodra, H.S.]] (1983). "Ekologi Banteng (''Bos javanicus'' d'Alton) di Taman Nasional Ujung Kulon". Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB (tidak diterbitkan). ([https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1042 Repositori IPB])</ref>
 
Salah satu hewan pemangsa utamanya adalah [[ajak]], kerabat anjing liar dari Asia;<ref name=castello/><ref name="rahman">{{cite journal |last1=Rahman |first1=D. A. |last2=Herliansyah |first2=R. |last3=Rianti |first3=P. |last4=Rahmat |first4=U. M. |last5=Firdaus |first5=A. Y. |last6=Syamsudin |first6=M. |title=Ecology and conservation of the endangered banteng (''Bos javanicus'') in Indonesia tropical lowland forest |journal=Hayati Journal of Biosciences |date=2019 |volume=25 |issue=2 |pages=68-80 |doi=10.4308/hjb.26.2.68 |url=https://www.researchgate.net/publication/336851732_Ecology_and_Conservation_of_the_Endangered_Banteng_Bos_javanicus_in_Indonesia_Tropical_Lowland_Forest}}</ref> sedangkan di Ujungkulon tercatat [[macan tutul jawa]] sebagai pemangsa anak-anak banteng.<ref name=alikodra/> Banteng memiliki indera penciuman yang kuat, yang berguna untuk mendeteksi predator dan sebagai sarana komunikasi dalam suatu kawanan. Banteng juga memiliki indera pendengaran yang kuat. Saat musim kawin banteng banyak mengeluarkan suara seperti mengaum dan melenguh, sedangkan anak-anak banteng di bawah tujuh bulan dapat mengeluarkan suara "eng" yang lembut. Teriakan nada tinggi digunakan sebagai tanda bahaya.<ref name=hoogerwerf/>
Baris 132 ⟶ 130:
== Habitat dan distribusi ==
Banteng dapat ditemukan di berbagai [[habitat]], termasuk hutan ber[[tumbuhan peluruh]], setengah peluruh, bagian bawah hutan [[montana]], lahan pertanian yang ditinggalkan, serta daerah rerumputan. Hewan ini ditemukan di ketinggian hingga 2.100 m di atas permukaan laut.<ref name=iucn/><ref name=phil/> Populasi banteng liar terbesar ditemukan di Kamboja, Jawa, serta kemungkinan Kalimantan (terutama Sabah) dan Thailand. Hewan liar ini juga ada di pulau Kalimantan bagian Indonesia serta di Myanmar. Keberadaan banteng liar di Bali, [[Sarawak]], Tiongkok, Laos, dan Vietnam tidak diketahui dengan pasti, sedangkan di Bangladesh, Brunei, serta India dikhawatirkan banteng liar telah punah atau memang tidak pernah ada. Banteng ternak terdapat di Bali, Sulawesi, Sumbawa, Sumba, dan pulau-pulau Indonesia bagian timur lainnya, Australia, Malaysia, dan Papua Nugini. Populasi [[feral]] (hewan ternak yang telah lepas dan menjadi liar kembali) ditemukan di [[Kalimantan Timur]], [[Australia Utara]], serta kemungkinan pulau [[Pulau Enggano|Enggano]] dan [[Kepulauan Sangihe]] di Indonesia.<ref name=iucn/><ref name=mason/>
 
Pengamatan di [[Taman Nasional Ujung Kulon]] mendapatkan bahwa banteng memerlukan komponen-komponen habitat berupa daerah berhutan, [[padang rumput]] terbuka (padang penggembalaan), [[sungai]], dan wilayah pantai; yang digunakan secara tetap setiap harinya. Padang penggembalaan dominan sebagai pusat aktivitas banteng dalam memenuhi kebutuhan pakan, serta tempat berinteraksi dengan banteng lainnya, kawin, melahirkan, dan membesarkan anak. Sungai merupakan sumber air yang penting, demikian pula pantai sebagai sumber air asin untuk memenuhi kebutuhan akan [[garam]]. Sementara Sedangkanitu, hutan adalah tempat berlindung yang penting bagi banteng; dari gangguan [[cuaca]], [[pemangsa]], dan juga dari kehadiran manusia.<ref name=alikodra>[[Hadi Sukadi Alikodra|Alikodra, H.S.]] (1983). "Ekologi Banteng (''Bos javanicus'' d'Alton) di Taman Nasional Ujung Kulon". Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB (tidak diterbitkan). ([https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1042 Repositori IPB])</ref>
 
Pada masa lalu, banteng banyak ditemukan di [[Yunan]] (di Tiongkok) dan daratan Asia Tenggara, kemudian menyebar ke Kalimantan dan Jawa melalui [[Semenanjung Malaya]]. Kemungkinan penyebaran banteng ini juga mencapai India timur laut serta dan Bali. Sebagian ilmuwan menganggap Bali tidak termasuk wilayah jangkauan alami banteng karena tidak adanya bukti fosil, dan menganggap penyebaran banteng ke pulau tersebut terjadi akibat tindakan manusia.<ref name=iucn/> [[Seni batu|Peninggalan gambar-gambar]] di gua-gua Kalimantan Timur yang berasal dari sekitar 10.000 SM menunjukkan adanya hewan mirip sapi yang tanduknya mirip tanduk banteng, sehingga ada spekulasi bahwa banteng telah mencapai [[Garis Wallace]] pada masa tersebut.<ref name=chazine>{{cite journal|last=Chazine|first=J.-M.|pages=219-230|url=https://core.ac.uk/download/pdf/5105503.pdf|volume=44|issue=1|date=2005|journal=Asian Perspectives|title=Rock art, burials, and habitations: Caves in East Kalimantan}}</ref> Naturalis Belanda [[Andries Hoogerwerf]] menulis bahwa banteng kemungkinan telah ada sejak zaman prasejarah di Jawa, dengan berdasarkan peninggalan yang diperkarakan berasal dari tahun 1000 SM di Gua Sampung, [[Kabupaten Ponorogo]], [[Jawa Tengah]].<ref name=hoogerwerf/>