Sejarah Gereja Katolik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 152:
Pada kurun waktu ini, Gereja harus menghadapi penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan pemerintah Portugis dan Spanyol di daerah-daerah koloni mereka. Di Amerika Selatan, para Yesuit melindungi masyarakat pribumi dari perbudakan dengan jalan membangun permukiman-permukiman semimerdeka yang disebut [[Reduksi Yesuit|reduksi]] (tempat orang-orang pribumi justru disiksa, dipaksa memeluk agama Katolik, mengalami trauma, dan diperbudak para Yesuit). [[Paus Gregorius XVI]] menantang kedaulatan Spanyol dan Portugis dengan mengangkat orang-orangnya pilihannya sendiri menjadi uskup di daerah-daerah koloni, dengan mengutuk perbudakan maupun praktik [[sejarah perbudakan|jual beli budak]] dalam bula ''[[In supremo apostolatus]]'' tahun 1839, dan dengan menyetujui penahbisan rohaniwan pribumi sekalipun pemerintah masih berpandangan rasis.<ref name="Duffy221">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlm. 221</ref>
 
=== Serikat YesusYesuit ===
==== Serikat YesusYesuit di India ====
[[Kekristenan di India|Komunitas Kristen India]] turun-temurun percaya bahwa mereka adalah kelanjutan dari paguyuban umat Kristen yang dibentuk [[Tomas|Rasul Tomas]] di Kerala. Mereka disebut [[umat Kristen Santo Tomas]]. Komunitas tersebut sangat kecil. Jumlah umat Kristen di India baru bertambah sesudah [[Fransiskus Xaverius]] (1502–1552), seorang padri Yesuit, mulai berkiprah di India. Teladannya diikuti [[Roberto de Nobili]] (1577–1656), padri [[Serikat Yesus|Yesuit]] asal [[Toskana]] yang diutus sebagai misionaris ke kawasan selatan India. Ia memelopori [[inkulturasi]], dengan mengadopsi berbagai adat-istiadat kaum [[Brahmana]] yang menurutnya tidak bertentangan dengan agama Kristen. Ia hidup selayaknya seorang Brahmana, mempelajari [[bahasa Sanskerta]], dan menghadirkan agama Kristen sebagai bagian dari khazanah kepercayaan bangsa India, bukan sebagai agama yang identik dengan kebudayaan Portugis maupun kaum penjajah. Ia memperbolehkan umat Kristen melaksanakan amalan-amalan warisan leluhur mereka yang menurutnya tidak bertentangan langsung dengan ajaran-ajaran Kristen. Pada tahun 1640, di [[Madurai]] saja sudah ada 40.000 pemeluk agama Kristen. Pada tahun 1632, [[Paus Gregorius XV]] mengizinkan pendekatan semacam ini, tetapi sentimen-sentimen anti-Yesuit yang kuat di Portugal, Prancis, dan bahkan di Roma membuat pendekatan tersebut dilarang, dan mengakhiri keberhasilan usaha-usaha misi Katolik di India.<ref>Franzen, 323</ref> Pada tanggal 12 September 1744, [[Paus Benediktus XIV]] melarang amalan-amalan yang disebut [[ritus-ritus Malabar]]. Akibatnya, uamat Kristen berkasta tinggi, yang ingin melestarikan kebudayaan tradisional mereka, meninggalkan Gereja Katolik.<ref>Robert Eric Frykenberg, ''Christianity in India: From Beginnings to the Present'' (Oxford University Press, 2008)</ref><ref>Stephen Neill, ''A History of Christianity in India'' (Cambridge University Press, 1984)</ref>