Kota Banda Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aans03 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
k Pembaruan data
Baris 1:
{{lindungidarianon2}}
{{refimprove}}
{{Ibukota provinsi
|foto = Banda Aceh's Grand Mosque, Indonesia.jpg
Baris 41 ⟶ 39:
}}
 
'''Kota Banda Aceh''' ([[Abjad Jawi|Aksara Jawoë]] ''': كوتا بندر اچيه''') merupakan Ibu Kota [[Aceh|Provinsi Aceh]], [[Indonesia]].<ref name="Permendagri-137-2017">{{cite web|url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017 |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 3 Oktober 2019 |archive-url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017/mode/2up |archive-date= 29 Désémber 2018}}</ref><ref name="Permendagri-72-2019">{{cite web|url= http://jdih.setjen.kemendagri.go.id/pm/Permendagri%20No%2072%20Th%202019+lampiran.pdf |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |archive-url= https://archive.org/details/permendagriindonesia722019 |archive-date= 25 Oktober 2019 |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 15 Januari 2020}}</ref> Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota Banda Aceh juga merupakan kota [[Islam]] yang paling tua di [[Asia Tenggara]], di mana Kota Banda Aceh merupakan [[ibu kota]] dari [[Kesultanan Aceh]].<ref>{{Cite web|url=https://kumparan.com/acehkini/mengenang-tuan-di-kandang-penggagas-lahirnya-banda-aceh-1qwEcJKWPux|title=Mengenang Tuan Di Kandang, Penggagas Lahirnya Banda Aceh|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2020-06-04}}</ref>
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Banda Atjeh.jpg|jmpl|Lukisan Kota Banda Aceh pada masa Kesultanan Aceh dari arah laut oleh [[François Valentijn]] (1724-1726)]]
Banda Aceh sebagai ibu kota [[Kesultanan Aceh Darussalam]] berdiri pada abad ke-14. [[Kesultanan Aceh Darussalam]] dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri). Dari batu nisan Sultan Firman Syah, salah seorang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh, didapat keterangan bahwa Kesultanan Aceh beribu kota di Kutaraja (Banda Aceh). (H. Mohammad Said a, 1981:157).<ref>''[http://repositori.kemdikbud.go.id/7682/1/SEJARAH%20KOTAMADYA%20BANDA%20ACEH.pdf SEJARAH KOTAMADYA BANDA ACEH]''</ref>
 
Kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang beribu kota di Banda Aceh tidak lepas dari eksistensi Kerajaan Islam [[Lamuri]]. Pada akhir abad ke-15, dengan terjalinnya suatu hubungan baik dengan kerajaan tetangganya, maka pusat singgasana Kerajaan [[Lamuri]] dipindahkan ke Meukuta Alam.<ref>Rusdi Sufi & Agus Budi Wibowo a, 2006:72-73</ref> Lokasi istana Meukuta Alam berada di wilayah [[Banda Aceh]].
Baris 55 ⟶ 53:
Pada masa [[Agresi Militer Belanda II|agresi kedua Belanda]], terjadi evakuasi besar-besaran pasukan Aceh keluar dari Banda Aceh yang kemudian dirayakan oleh Van Swieten dengan memproklamasikan jatuhnya kesultanan Aceh dan mengubah nama Banda Aceh menjadi Kuta Raja. Setelah masuk dalam pangkuan Pemerintah Republik [[Indonesia]] baru sejak [[28 Desember]] [[1962]] nama kota ini kembali diganti menjadi Banda Aceh berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal [[9 Mei]] [[1963]] No. Des 52/1/43-43.
 
Pada tanggal [[26 Desember]] [[2004]], kota ini dilanda gelombang pasang [[tsunami]] yang diakibatkan oleh gempa 9,2 Skala Richter di [[Samudera Indonesia]]. Bencana ini menelan ratusan ribu jiwa penduduk dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan Pemerintah Kota Banda Aceh, jumlah penduduk Kota Banda Aceh hingga akhir Mei 20122019 adalah sebesar 248270.727321 jiwa.<ref>{{Cite web|url=https://aceh.bps.go.id/statictable/2020/02/24/247/jumlah-penduduk-provinsi-aceh-menurut-kabupaten-kota-tahun-2017-2019-.html|title=Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh|website=aceh.bps.go.id|access-date=2020-06-04}}</ref>
 
== Geografi ==
Baris 70 ⟶ 68:
 
=== Geologi ===
Berdasarkan peta geologi lembar Banda Aceh, Sumatra (Bennet et al, 1981), wilayah Kota Banda Aceh umumnya tersusun oleh endapan kuarter yang terdiri dari endapan pematang pantai, endapan rawa, dan endapan [[aluvial]] berumur [[Pleistosen]] dan [[Holosen]]. Berdasarkan data pemboran, lapisan endapan aluvial dekat dengan pantai dapat mencapai ketebalan 206 meter di bawah permukaan tanah di daerah [[Cot Paya]] di sebelah Timur Sungai [[Krueng Aceh]]. Sementara itu, beberapa puluh kilometer ke arah hulu di daerah [[Lambaro]], endapan [[aluvium]] mempunyai ketebalan minimum 70 meter dengan proporsi 20% [[pasir]] dan 80% [[lempung]] pasiran hingga pasir lempungan (Ploethner dan Siemon, 2006).<ref>[https://www.researchgate.net/publication/288128389_KERENTANAN_LIKUIFAKSI_WILAYAH_KOTA_BANDA_ACEH_BERDASARKAN_METODE_UJI_PENETRASI_KONUS Kerentanan Likuifaksi Wilayah Kota Banda Aceh Berdasarkan Metode Uji Penetrasi Konus]</ref>
 
=== Iklim ===