Abimanyu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k bentuk baku
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Baris 54:
Karena khawatir bahwa Arjuna tidak mampu menuntaskan sumpahnya, maka [[Kresna]] terpaksa memanfaatkan kesaktiannya. Dengan pusaka sakti [[Cakra Sudarsana]], ia menutupi sebagian matahari, sehingga suasana menjadi gelap seolah-olah matahari sudah tenggelam. Baik pihak Korawa maupun [[Pandawa]] mengira hari sudah malam, dan sesuai aturan, mereka menghentikan peperangan dan kembali ke kubu masing-masing. Dengan demikian, pihak Korawa tidak melanjutkan pertarungan sehingga Jayadrata tidak berada dalam perlindungan mereka lagi. Saat kereta perang Arjuna mendekati kereta perang Jayadrata, matahari muncul kembali. Kresna segera menyuruh Arjuna agar menggunakan kesempatan tersebut untuk membunuh Jayadrata. Arjuna mengangkat busurnya dan meluncurkan panah, memutuskan leher Jayadrata. Tepat setelah itu, hari sudah sore, matahari tenggelam dan Arjuna berhasil menuntaskan sumpahnya untuk membunuh Jayadrata.
 
== Abimanyu dalam pewayanganPewayangan Jawa ==
[[Berkas:Angkawijaya.jpg|jmpl|Lukisan [[wayang kulit]] Raden Angkawijaya alias Raden Abimanyu]]
Dalam khazanah [[pewayangan Jawa, Abimanyu, sebagai putra]] [[ArjunaJawa]], Abimanyu merupakan tokoh penting. Di bawah ini dipaparkan ciri khas tokoh ini dalam budaya [[Jawa]], yang sudah berkembang laindan berbeda daripada tokoh yang sama di [[India]].
 
=== Riwayat ===
Dalam pewayangan Jawa, Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Ia merupakan putra [[Arjuna]], (salah satu dari lima ksatriakesatria [[Pandawa]]) dengan Dewi [[Subadra]], (putri Prabu [[Basudewa]], Raja[penguasa [[Mandura]]] dengan Dewi [[Dewaki]]). Ia mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu: Sumitra, Bratalaras, Bambang [[Irawan]], Kumaladewa, Kumalasakti, [[Wisanggeni]], Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu merupakan makhluk kekasihkesayangan [[Dewa (Hindu)|dewata]]. Sejak dalam kandungan ia telah mendapat "Wahyu Hidayat", yang mampu membuatnya mengerti dalam segala hal. Dikisahkan bahwa karena pertapaannya yang khusyuk, Abimanyu mendapatkan Wahyu Makutha Raja, yaitu wahyu yang menyatakan bahwa keturunannyalah yangketurunannya akan menjadi penerus tahtatakhta Para Rajapenguasa [[HastinaAstina]].
 
Dalam pewayangan, Abimanyu adalahdiceritakan sebagai tokoh yang mempunyaibersifat sifatlembut, danbertingkah wataklaku yang halusbaik, baik tingkah lakunyajujur, ucapannyaberhati terangteguh, hatinyabertanggung kerasjawab, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Pendidikan militernya diajarkan langsung oleh ayahnya, Arjuna. Sedangkansedangkan ilmu kebatinannyakebatinan ia dapatkan dari kakeknya, [[Byasa|Bagawan Abiyasa]]. Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah mengalahkan Prabu Jayamurcita. Ia mempunyai dua orang istri, yaitu:
* Dewi Siti Sundari, putri Prabu [[Kresna]], Rajaraja Negaranegara [[Dwaraka|Dwarawati]] dengan Dewi Pratiwi. Kisah pernikahan Abimanyu dengan Siti Sundari dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul ''Alap-Alapan Siti Sundari'' atau ''Jaya Murcita Ngraman''.
* Dewi [[Utari]], putri Prabu [[Wirata|Matsyapati]] dengan [[Sudesna|Dewi Ni Yutisnawati]], dari negara [[Wirata]], dan berputra [[Parikesit]]. Kisah pernikahan Abimanyu dengan [[Utari]] dilakonkan dalam pentas wayang kulit dengan judul ''Putu Rabi Nini'' atau ''Kalabendana Gugur''.
 
=== Baratayuda ===
Abimanyu gugur dalam perang [[Baratayuda]], setelahyaitu seluruhpertempuran saudaranyaantara gugurkubu terlebih[[Korawa]] dahulumelawan [[Pandawa]] di lapangan [[Kurusetra]]. Pada saat itu, kesatria dari pihak [[Pandawa]] yang berada di medan laga dan menguasai strategi perang hanya tiga orang, yakni [[Bima (Mahabharata)|Bima]], [[Arjuna]], dan Abimanyu. [[Gatotkaca]] menyingkir karena [[Karna]] merentangkan senjata ''Kunta Wijayadanu''. Bima dan Arjuna dipancing oleh kesatria lain dari pihak [[Korawa]] agar keluar dari medan pertempuran, maka tinggalahsehingga Abimanyu saja yang diandalkan pihak [[Pandawa]] pada saat itu.
 
Ketika tahu bahwaSetelah semua saudaranya gugur, Abimanyu lupa untuk mengatur formasi perang. Dia maju sendirian ke tengah barisan Korawa dan terperangkap dalam formasi mematikan yang disiapkan musuhnya. Korawa menghujani senjata ke tubuh Abimanyu sampai Abimanyu terjerembab dan jatuh dari kudanya (dalamkudanya—dalam pewayangan digambarkan lukanya ''arang kranjang'' = (banyak sekali). Abimanyu terlihat seperti [[landak]] karena berbagai senjata menancap di tubuhnya. KononMenurut tragedicerita, kejadian itu merupakan risiko pengucapan [[sumpah]] ketika melamar Dewi [[Utari]],. Abimanyu pernah bersumpah bahwa dia masih belum punya istribujang, dan menyatakan apabila telahdia beristrimengucapkan sumpah palsu, maka dia siap mati dikeroyok dan tertusuk berbagai senjata ketikapara perang [[Baratayuda]]musuhnya. Padahal Abimanyu berbohongmengucapkan sumpah palsu, karena ketikasaat itu dia sudah beristrikanmenikahi Dewi Siti Sundari.
 
Dengan berbagai senjata yang menancap diseluruh tubuhnya, diaAbimanyu tidak bisa berjalan lagi. Meski demikian, Abimanyu tidak menyerah. Bahkan dia berhasil membunuh calon putra mahkota [[HastinapuraAstina]], yaitu [[Laksmanakumara|Lesmana Mandrakumara]] putra Prabu [[Duryodana]], dengan cara melemparkan [[keris]] ''Pulanggeni'', setelah menembus tubuh empat prajurit lainnya. Pada saat itu pihak Korawa tahu bahwa untuk membunuh Abimanyu, mereka harus memutus ''langsang'' yang ada didadanyadi dadanya. Akhirnya Abimanyu gugur oleh [[gada]] ''Kyai Glinggang'' atau ''Galih Asem'' milik [[Jayadrata]], kesatria dari Banakeling.
 
== Kakawin Bharatayuddha ==