Harun Thohir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menghapus Kategori:Tokoh Jawa; Menambah Kategori:Tokoh Bawean menggunakan HotCat
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 18:
|death_date = {{Death date and age|1968|10|17|1943|4|14}}
|death_place = {{negara|Singapura}} [[Singapura]]
|placeofburialburial_place = [[TMP Kalibata]], [[Jakarta]]
|allegiance = {{flag|Indonesia}}
|serviceyears = 1962–1968
Baris 41:
|religion =
}}
Kopral Dua [[KKO]] ([[Anumerta]]) '''Harun Tohir bin Mandar''' ({{lahirmati|Pulau [[Bawean]], [[Kabupaten Gresik]], [[Jawa Timur]]|14|4|1943|[[Singapura]]|17|10|1968}}) adalah salah satu dari dua anggota [[KKO]] (Korps Komando; kini disebut [[Korps Marinir]]) [[Indonesia]] yang ditangkap di [[Singapura]] pada saat terjadinya ''[[Konfrontasi Indonesia-Malaysia|Konfrontasi]]'' dengan [[Malaysia]].<ref>[http://pahlawancenter.com/pahlawancenterbaru/?p=1845 "Kopral KKO ANM. Harun Tohir Bin Mandar"]</ref> Bersama dengan seorang anggota KKO lainnya bernama [[Usman]], ia dihukum gantung oleh pemerintah Singapura pada Oktober 1968 dengan tuduhan meletakkan [[bom]] di wilayah pusat kota Singapura yang padat pada [[Pengeboman MacDonald House|10 Maret 1965]].
 
Atas jasa-jasanya kepada negara, Kopral KKO TNI Anumerta Harun bin Said alias Thohir bin Mandar Anggota Korps Komando AL-RI Harun bin Said dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968, tanggal 17 Oktober 1968. Ia dimakamkan di [[TMP Kalibata]], [[Jakarta]], dan kini nama ia diabadikan menjadi nama Jalan di depan Markas [[Korps Marinir]] (Jalan Prajurit KKO Usman dan Harun), [[Kwitang, Senen, Jakarta Pusat|Kwitang]], [[Kota Jakarta Pusat|Jakarta Pusat]],<ref>[http://www.marinir.tnial.mil.id/index.php?berita=detail&id=1425&1534-D83A_1933715A=bc8d5db06ce4077f4bffbeb50012ad48809f1d91 "Prajurit KKO Usman dan Harun Gantikan Nama Jalan Prapatan Jakarta"]</ref> [[Kapal Republik Indonesia]], [[KRI Usman-Harun|KRI Usmman-Harun (359)]] dan [[Bandar Udara Harun Thohir]] di [[Pulau Bawean]], [[Kabupaten Gresik]].<ref>[http://www.marinir.mil.id/index.php?option=com_content&view=article&id=3547:pahlawan-nasional-usman-dan-harun-di-kukuhkan-sebagai-nama-kri&catid=8:breaking "PAHLAWAN NASIONAL USMAN DAN HARUN DI KUKUHKAN SEBAGAI NAMA KRI"] ''website marinir.mil.id''</ref><ref>{{Cite book
Baris 52:
|isbn=978-979-788-343-0
}}</ref>
 
Kisah sedih sekaligus miris tersebut bermula dari tahun 1962. Usman yang baru saja lulus sekolah menengah atas langsung mendaftarkan diri ke TNI. Ia ingin menjadi marinir. Tanggal 1 Juni 1962, impian Usman menjadi kenyataan, ia diterima sebagai anggota Korps Komando Operasi (KKO), nama korps marinir TNI Angkatan Laut saat itu.
 
Sukarno selaku Presiden Republik Indonesia rupanya tidak senang melihat tingkah Federasi Malaya yang berambisi mencaplok Sabah, Sarawak, bahkan Brunei Darussalam, yang terletak di [[Kalimantan|Pulau Borneo]] alias Kalimantan bagian utara, berdampingan dengan wilayah NKRI.
 
Menurut Sukarno, upaya pembentukan [[Malaysia|negara Malaysia]] dengan mengincar sebagian wilayah [[Kalimantan]], adalah bentuk baru imperialisme yang berpotensi mengancam kedaulatan Indonesia. Federasi Malaya, bagi [[Soekarno|Sukarno]], hanyalah negara boneka Inggris (Hellwig & Tagliacozzo, ''The Indonesia Reader: History, Culture, Politics,'' 2009:345).
 
Sang penyambung lidah [https://tirto.id/usman-dan-harun-marinir-indonesia-yang-digantung-di-singapura-ck1m rakyat Indonesia] itu pun dengan lantang menyerukan gerakan Ganyang Malaysia. Dan nantinya, Usman bakal memainkan peran yang sangat penting.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/usman-dan-harun-marinir-indonesia-yang-digantung-di-singapura-ck1m|title=Usman dan Harun, Marinir Indonesia yang Digantung di Singapura|website=tirto.id|language=id|access-date=2019-09-22}}</ref>
 
== Rujukan ==