Hiperinflasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 112.215.65.35 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh AABot
Tag: Pengembalian
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
Negara yang mengalami hiperinflasi bukan berarti negara tersebut tidak mampu mengatasinya dengan kebijakan moneter, tetapi bisa juga karena negara tersebut sedang mencetak uang sebagai salah satu cara untuk membiayai pengeluaran mereka. Ketika pemerintah sedang ingin membangun infrastruktur fisik (jembatan, jalan raya), membayar gaji pegawai pemerintah & militer, atau memberi bantuan kepada masyarakat miskin & lansia, pertama pemerintah harus mengumpulkan dana yang diperlukan. Umumnya pemerintah akan memungut pajak dari publik, serta meminjam dana dari publik dengan menjual surat obligasi pemerintah. Namun, pemerintah juga dapat membiayai pengeluaran dengan mencetak uang baru yang dibutuhkan. Ketika pemerintah menambah penghasilan dengan mencetak uang, pemerintah dikatakan sedang memungut '''pajak inflasi''' (''inflation tax''). Namun pajak ini berbeda dengan pajak lain karena pemerintah tidak menerima tagihan untuk pajak ini, pajak inflasi lebih tidak terlihat. Ketika pemerintah mencetak uang, tingkat harga naik dan nilai uang di dalam dompet menjadi turun. Jadi, ''pajak inflasi seperti pajak yang dikenakan kepada semua orang yang memegang uang''.<ref> Mankiw, G., Quah, E. & Wilson, P. ''Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Asia (Volume 2)''. Jakarta: Salemba Empat ISBN 978-981-4384-85-8 </ref>
 
== Sejarah ==
 
Beberapa negara sempat mengalami hiperinflasi, antara lain:
Contoh Hiperinflasi
# Zimbabwe (2008–2009)
 
# [[Hiperinflasi Indonesidi 1963-1966Venezuela|Venezuela]] (sejak November 2016)
# Hiperinflasi Zimbabwe 2008-2009
# Hiperinflasi Venzuela
 
== Referensi ==