Bubuk mesiu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 18:
 
Pada abad ke-13, bubuk mesiu mulai dikenal oleh Eropa, Konstantinopel, dan Jepang melalui perdagangan [[Jalur sutera|jalur sutra]]. Pada tahun 1280, Al-Hasan Ar-Rammah dari [[Suriah Kristen|Suriah]] menulis ''Book of Fighting on Horseback and with War Engines'' yang memperkenalkan sebuah [[roket]] yang disebutnya sebagai "panah Tiongkok". Satu dekade setelahnya, bangsa Arab menggunakan bubuk mesiu ini untuk kepentingan militer saat menginvasi kota Baza, [[Spanyol]]. Setahun setelahnya, tahun 1326, [[Firenze|Florence]], [[Italia]] memerintahkan pembuatan meriam dan bolanya. Dari Italia ini kemudian penyebarannya di Eropa meluas hingga pada tahun 1350-an, penggunaan mesiu di medan perang sangatlah umum.<ref>{{Cite web|url=http://www.silk-road.com/artl/gun.shtml|title=Gun and Gunpower|last=Lee|first=Silkroad Foundation, Adela C.Y.|website=www.silk-road.com|access-date=2017-09-25}}</ref>
 
Di Asia Tenggara, [[invasi Mongol ke Jawa]] pada 1293 membawa teknologi mesiu ke kepulauan [[Nusantara]] dalam bentuk meriam (Bahasa China: ''Pao'').<ref>Song Lian. [[History of Yuan]].</ref> Bukti dokumenter dan arkeologis menunjukkan bahwa para pedagang Arab memperkenalkan senjata serbuk mesiu kepada orang Jawa, Aceh, dan Batak melalui rute perdagangan komersial yang sudah ada sejak awal hingga pertengahan abad ke-14.<ref name="Dipanegara, P. B. R 19812">Dipanegara, P.B.R. Carey, ''Babad Dipanagara: an account of the outbreak of the Java war, 1825–30 : the Surakarta court version of the Babad Dipanagara with translations into English and Indonesian'' volume 9: Council of the M.B.R.A.S. by Art Printing Works: 1981.</ref> Meskipun pengetahuan membuat senjata berbasis bubuk mesiu telah diketahui setelah invasi Mongol ke Jawa yang gagal, dan pendahulu senjata api, [[Meriam tangan|meriam galah]] ([[bedil tombak]]), dicatat sebagai digunakan oleh Jawa pada tahun 1413,<ref>Mayers (1876). "Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century". ''The China Review''. '''IV''': p. 178.</ref><ref name=":72">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=1976|title=L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises|url=|journal=Arts Asiatiques|volume=32|pages=233-268|via=}}</ref>{{Rp|245}} pengetahuan membuat senjata api sejati datang jauh kemudian, setelah pertengahan abad ke-15. Ia dibawa oleh negara-negara Islam di Asia Barat, kemungkinan besar oleh orang [[Bangsa Arab|Arab]]. Tahun pengenalan yang tepat tidak diketahui, tetapi dapat dengan aman disimpulkan tidak lebih awal dari tahun 1460.<ref name=":22">{{Cite book|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|last=Crawfurd|first=John|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Rp|23}} Sebelum kedatangan Portugis di Asia Tenggara, penduduk asli sudah memiliki senjata api primitif, yaitu [[arquebus Jawa]].<ref name=":02">{{Cite book|title=South Vietnamese Notes|last=Tiaoyuan|first=Li|publisher=Guangju Book Office|year=1969}}</ref> Pengaruh Portugis terhadap persenjataan lokal, khususnya setelah [[Penaklukan Melaka (1511)|penaklukan Malaka]] (1511), menghasilkan senjata api [[matchlock]] tradisi campuran jenis baru, yaitu istinggar.<ref name=":3">Andaya, L. Y. 1999. Interaction with the outside world and adaptation in Southeast Asian society 1500–1800. In ''The Cambridge history of southeast Asia''. ed. Nicholas Tarling. Cambridge: Cambridge University Press, 345–401.</ref>
 
Pemanenan [[Saltpeter|salpeter]] dicatat oleh para pelancong Belanda dan Jerman sebagai hal yang biasa bahkan di desa-desa terkecil dan dikumpulkan dari proses dekomposisi bukit-bukit kotoran besar yang secara khusus ditumpuk untuk tujuan tersebut. Hukuman Belanda karena memiliki bubuk mesiu yang tidak diizinkan tampaknya adalah amputasi. Kepemilikan dan pembuatan mesiu kemudian dilarang oleh penjajah kolonial Belanda.<ref name="Dipanegara, P. B. R 198122">Dipanegara, P.B.R. Carey, ''Babad Dipanagara: an account of the outbreak of the Java war, 1825–30 : the Surakarta court version of the Babad Dipanagara with translations into English and Indonesian'' volume 9: Council of the M.B.R.A.S. by Art Printing Works: 1981.</ref> Menurut kolonel McKenzie yang dikutip dalam buku Sir Thomas Stamford Raffles, ''The History of Java'' (1817), belerang paling murni dipasok dari kawah dari gunung dekat selat Bali.<ref name="Thomas Stamford Raffles 1965">Thomas Stamford Raffles, ''[[The History of Java (1817 book)|The History of Java]]'', Oxford University Press, 1965 (originally published in 1817), {{ISBN|0-19-580347-7}}</ref>
 
== Referensi ==