Penyebaran Islam di Nusantara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 77:
Didirikan sekitar awal abad ke-10, negara perdagangan Melayu [[Kesultanan Malaka]] (sekarang bagian [[Malaysia]]) didirikan oleh [[Parameswara|Sultan Parameswara]], adalah, sebagai pusat perdagangan paling penting di kepulauan [[Asia Tenggara]], pusat kedatangan Muslim asing, dan dengan demikian muncul sebagai pendukung penyebaran Islam di Nusantara. Parameswara sendiiri diketahui telah dikonversi ke [[Islam]], dan mengambil nama [[Iskandar Shah]] setelah [[pelayaran harta|kedatangan]] Laksamana [[Cheng Ho]] yang merupakan [[Suku Hui]] muslim dari negeri China. Di Malaka dan di tempat lain batu-batu nisan bertahan dan menunjukkan tidak hanya penyebaran Islam di kepulauan Melayu, tetapi juga sebagai agama dari sejumlah budaya dan penguasa mereka pada akhir abad ke-15.
 
=== SumatraBagian Utarautara Sumatra ===
[[Berkas:Minangkabaumosque.jpg|jmpl|200px| Masjid di [[Sumatra Barat]] dengan [[Arsitektur Minangkabau|arsitektur tradisional Minangkabau]].]]
Bukti yang lebih kuat mendokumentasikan transisi budaya yang berlanjut berasal dari dua batu nisan akhir abad ke-14 dari [[Minye Tujoh]] di [[Sumatra Utara]], masing-masing dengan tulisan Islam tetapi dengan jenis karakter India dan lainnya Arab. Berasal dari abad ke-14, batu nisan di [[Brunei]], [[Trengganu]] (timur laut [[Malaysia]]) dan [[Jawa Timur]] adalah bukti penyebaran Islam. Batu Trengganu memiliki dominasi [[bahasa Sansekerta]] atas kata-kata Arab, menunjukkan representasi pengenalan hukum Islam. Menurut ''Ying-yai Sheng-lan: survei umum pantai samudra'' (1433) yang ditulis oleh [[Ma Huan]], pencatat sejarah dan penerjemah [[Cheng Ho]]: "negara-negara utama di bagian utara [[Sumatra]] sudah merupakan [[Kesultanan]] [[Islam]]. Pada tahun [[1414]], ia (Cheng Ho) mengunjungi [[Kesultanan Malaka]], penguasanya [[Parameswara|Iskandar Shah]] adalah [[Muslim]] dan juga warganya, dan mereka percaya dengan sangat taat".