Jamus Kalimasada: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mahatmanto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Antapurwa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''PusakaSerat HyangJamus Kalimasada''' adalah nama sebuah pusaka utamadalam milikdunia [[Semarwayang|pewayangan]] yang dititipkandimiliki kepada Rajaoleh [[Yudistira|Prabu Puntadewa]]. Dalam pakem wayang(alias [[Jawa]]/[[SundaYudistira]]), bila Raja Yudistira kehilangan pusaka ini, bencana akan menimpapemimpin para [[Pandawa]]. besertaPusaka ksatriaini anak-anaknya.berwujud Lawan-lawankitab, Pandawadan biasanyamerupakan mengincarbenda pusakayang inisangat sebelumdikeramatkan menaklukandalam Pandawa.[[Indraprasta|Kerajaan Amarta]].
 
== Asal-Usul Kata ==
Namun para [[Wali songo|wali]] menafsirkan kata Kalimasada sebagai Kalimat [[Syahadat]] yang termasuk didalamnya adalah [[Rukun Islam]]. Ditafsirkannya sebagai Kalimat [[Syahadat]] bertujuan untuk menyebarkan [[Islam]] di tanah Jawa dengan media adat istiadat dan budaya setempat.
Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah ''Kalimasada'' berasal dari kata ''[[Syahadat|Kalimat Syahadat]]'', yaitu sebuah kalimat utama dalam [[agama Islam]]. Kalimat tersebut berisi pengakuan tentang adanya [[Tuhan]] yang tunggal, serta [[Nabi Muhammad]] sebagai utusan-Nya.
 
Menurut pendapat tersebut, istilah Kalimasada diciptakan oleh [[Sunan Kalijaga]], salah seorang penyebar agama Islam di [[Pulau Jawa]] pada abad ke-16. Konon, Sunan Kalijaga menggunakan [[wayang kulit]] sebagai media dakwah, antara lain ia memasukkan istilah Kalimat Syahadat ke dalam dunia pewayangan.
 
Namun pendapat lain mengatakan bahwa sebelum datangnya agama Islam, istilah Kalimasada sudah dikenal dalam kesussastraan Jawa. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Dr.Kuntar Wiryamartana SJ. Istilah Kalimasada bukan berasal dari kata ''Kalimat Syahadat'', melainkan berasal dari kata ''Kalimahosaddha''.
 
Istilah ''Kalimahosaddha'' ditemukan dalam naskah ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'' yang ditulis pada tahun [[1157]] atau abad ke-12, pada masa pemerintahan [[Jayabhaya|Maharaja Jayabhaya]] di [[Kerajaan Kadiri]]. Istilah tersebut jika dipilah menjadi ''Kali-Maha-Usaddha'', yang bermakna "obat mujarab Dewi Kali".
 
''Kakawin Bharatayuddha'' mengisahkan perang besar antara keluarga [[Pandawa]] melawan [[Korawa]]. Pada hari ke-18 panglima pihak Korawa yang bernama [[Salya]] bertempur melawan [[Yudistira]]. Yudistira melemparkan kitab pusakanya yang bernama ''Pustaka Kalimahosaddha'' ke arah Salya. Kitab tersebut berubah menjadi tombak yang menembus dada Salya.
 
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah ''Kalimahosaddha'' sudah dikenal masyarakat Jawa sejak beberapa abad sebelum munculnya Sunan Kalijaga. Mungkin yang terjadi adalah Sunan Kalijaga memadukan istilah ''Kalimahosaddha'' dengan ''Kalimat Syahadat'' menjadi ''Kalimasada'' sebagai sarana untuk berdakwah. Tokoh ini memang terkenal sebagai ulama sekaligus budayawan di Tanah Jawa.
 
== Kisah dalam Pewayangan ==
Salah satu kisah [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] menceritakan tentang asal-usul terciptanya pusaka Jamus Kalimasada. Pada mulanya terdapat seorang raja bernama Prabu Kalimantara dari Kerajaan Nusahantara yang menyerang kahyangan bersama para pembantunya, yaitu Sarotama dan Ardadedali. Dengan mengendarai Garuda Banatara, Kalimantara mengobrak-abrik tempat tinggal para [[dewa]].
 
[[Batara Guru]] raja kahyangan meminta bantuan [[Satrukem|Resi Satrukem]] dari pertapaan Sapta Arga untuk menumpas Kalimantara. Dengan menggunakan kesaktiannya, Satrukem berhasil membunuh semua musuh para dewa tersebut. Jasad mereka berubah menjadi pusaka. Kalimantara berubah menjadi kitab bernama Jamus Kalimasada, Sarotama dan Ardadedali masing-masing menjadi panah, sedangkan Garuda Banatara menjadi payung bernama Tunggulnaga.
 
Satrukem kemudian memungut keempat pusaka tersebut dan mewariskannya secara turun-temurun, sampai kepada cicitnya yang bernama [[Wyasa|Resi Wyasa]] atau [[Abyasa]]. Ketika kelima cucu Abyasa, yaitu para [[Pandawa]] membangun kerajaan baru bernama [[Indraprasta|Amarta]], pusaka-pusaka tersebut pun diwariskan kepada mereka sebagai pusaka yang dikeramatkan dalam istana.
 
Di antara pusaka-pusaka Kerajaan Amarta, Jamus Kalimasada menempati peringkat utama. Kisah-kisah pedalangan banyak yang bercerita tentang upaya musuh-musuh Pandawa untuk mencuri Kalimasada. Meskipun demikian pusaka keramat tersebut senantiasa kembali dapat direbut oleh Yudistira dan keempat adiknya.
 
Namun sebelum agama Islam ada di pulau Jawa, nama ini sudah dikenal, yang menurut Dr.Kuntar Wiryamartana SJ, berasal dari "Kali Mahahusada", atau obat yang manjur dari Dewi Kali.
[[Kategori:Hindu]]
[[Kategori:Islam]]