Sri Tanjung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Membatalkan 1 suntingan oleh 36.90.162.77 (bicara) ke revisi terakhir oleh AABot (TW)
Tag: Pembatalan
Baris 23:
Asal mula ataupun pencipta kisah ini tidak diketahui, tetapi diduga mengambil tempat di Banyuwangi, [[Jawa Timur]], karena dikaitkan dengan [[legenda]] asal mula nama Banyuwangi. Kisah ini diperkirakan berasal dari zaman awal kerajaan [[Majapahit]] sekitar awal abad ke-14 Masehi. Pendapat ini didukung oleh temuan [[arkeologi]]; selain dalam bentuk tembang, kisah Sri Tanjung juga diabadikan dalam bentuk bas-[[relief]] yang terukir di pendapa teras [[Candi Penataran]], dinding [[Gapura Bajang Ratu]], [[Candi Surawana]], dan [[Candi Jabung]]; semua di Jawa Timur.
 
== Cerita ==
==Berikut Ceini adalah salah satu versi cerita.<ref>{{cite web |url=http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/8/10/bd2.htm |title=Candi Penataran, Tri Bhuwana Tungga Dewi dan Megawati |author= |date=10 August 2002 |work= |publisher=Bali Post |accessdate=6 May 2012}}</ref> Kisah diawali dengan menceritakan tentang seorang [[ksatria]] yang tampan dan gagah perkasa bernama Raden Sidapaksa yang merupakan keturunan keluarga [[Pandawa]] ([[Sadewa]] atau Sudamala). Ia mengabdi kepada Raja Sulakrama yang berkuasa di Negeri Sindurejo. Sidapaksa diutus mencari obat oleh raja kepada kakeknya, Bhagawan Tamba Petra, yang bertapa di pegunungan. Di sana ia bertemu dengan seorang gadis yang sangat ayu bernama Sri Tanjung. Sri Tanjung bukanlah gadis biasa, karena ibunya adalah [[bidadari]] yang turun ke bumi dan diperistri seorang manusia. Karena itulah Sri Tanjung memiliki paras yang luar biasa cantik jelita. Raden Sidapaksa jatuh hati dan menjalin cinta dengan Sri Tanjung yang kemudian dinikahinya. Setelah menjadi istrinya, Sri Tanjung diboyong ke Kerajaan Sindurejo.
 
Raja Sulakrama diam-diam terpesona akan kecantikan Sri Tanjung. Sang Raja menyimpan hasrat untuk merebut Sri Tanjung dari tangan suaminya, sehingga ia mencari siasat agar dapat memisahkan Sri Tanjung dari Sidapaksa. Lantas Raja Sulakrama mengutus Sidapaksa untuk pergi ke [[Swargaloka]] dengan membawa surat yang isinya ''"Pembawa surat ini akan menyerang Swargaloka"''. Atas bantuan Sri Tanjung yang menerima warisan selendang ajaib peninggalan ibunya <!--dari ayahnya, Raden Sudamala-->, Sidapaksa dapat terbang ke Swargaloka. Setibanya di Swargaloka, Sidapaksa yang tidak mengetahui apa isi surat itu menyerahkan surat itu kepada para dewa. Akibatnya, dia dihajar dan dipukuli oleh para dewa. Namun akhirnya, dengan menyebut leluhurnya adalah Pandawa, maka jelaslah kesalahpahaman itu. Raden Sidapaksa kemudian dibebaskan dan diberi berkah oleh para dewa.