Jarak (tumbuhan): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k replaced: komoditi → komoditas |
k replaced: rematik → reumatik |
||
Baris 13:
<!--TOLONG BACA [[Risin]] TERLEBIH DULU; Biji, akar, daun, dan minyak dari bijinya bisa dimanfaatkan untuk kesehatan. Biji jarak yang dibuang kulitnya dan dilumatkan hingga menjadi serbuk dapat ditempel ke tubuh sebagai obat korengan, sedangkan minyak yang diambil dari bijinya bisa diminum untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan orang dewasa. Daunnya berkhasiat untuk menyembuhkan batuk dan sesak napas. Akarnya dapat dimanfaatkan untuk menjaga stamina tubuh<ref name=":0" />. -->
Bagian tanaman jarak yang dapat dimanfaatkan adalah biji, akar, daun, dan minyak dari bijinya. Secara umum, hampir semua bagian tanaman jarak dapat dipergunakan sebagai obat. Bagian daun digunakan sebagai obat untuk penyakit koreng, eczema, gatal (pruritus), batuk sesak dan hernia. Bagian akar digunakan untuk
Tanaman ini merupakan sumber [[minyak jarak]], dan mengandung zat [[ricin]], sejenis racun yang mematikan. '''Pohon jarak''' merupakan satu-satunya tumbuhan yang bijinya kaya akan suatu asam lemak hidroksi, yaitu [[asam ricinoleat]]. Kehadiran asam lemak ini membuat [[minyak jarak|minyak biji jarak]] memiliki kekentalan yang stabil pada suhu tinggi sehingga minyak jarak dipakai sebagai campuran [[pelumas]]. Minyak jarak yang memiliki sifat tahan panas ini, selama ini banyak disukai dan dipesan oleh industri pengolahan kosmetik, farmasi, pabrik cat, industri kayu lapis, tekstil, dan lain-lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Di negara yang telah maju, minyak jarak digunakan oleh militer sebagai pelumas pesawat terbang dan bahan peledak. Selain itu, minyak jarak digunakan juga sebagai bahan untuk memproduksi sabun sintetis, nilon, tinta, pernis dan cat [11]. Hingga saat ini, biji jarak tetap diperlukan di Indonesia oleh perusahaan farmasi, produsen minyak cat, dan lem dempul perahu, meski produksi dalam negeri yang berkisar 12.000 ton setahun belum mampu memenuhi kebutuhan biji jarak<ref>Soenardi, M., Romli, Djumali, dan Suhadi. (2000). Sistem tanam tumpangsari jarak dan palawija. Laporan Hasil Penelitian. Balitbas: Malang. Hal 18</ref>
|