Kapel Sistina: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k replaced: korden → gorden (2) |
|||
Baris 117:
Dinding-dinding kapel dilukis dalam sebuah periode yang telatif cukup singkat, sekitar sebelas bulan antara bulan Juli 1481 hingga bulan Mei 1482.<ref name="Deimling33"/> Setiap pelukis diharuskan untuk membuat contoh lukisan dinding terlebih dahulu. Contoh lukisan ini rencananya akan diteliti dan dievaluasi secara resmi pada bulan Januari 1482, namun sudah menjadi bukti, bahkan di tahap-tahap awal pengerjaannya, bahwa lukisan-lukisan dinding tersebut akan menjadi karya yang memuaskan. Sehingga, pada bulan Oktober 1481, para seniman diberikan tugas secara resmi untuk mengerjakan sepuluh cerita sisanya.
Jalur cerita lukisan dalam Kapel Sistina disusun berbentuk sebuah rangkaian lukisan. Tiap rangkaian diambil dari cerita-cerita kitab [[Perjanjian Lama]] (Kehidupan [[Nabi Musa]]) dan kitab [[Perjanjian Baru]] (Kehidupan [[Yesus Kristus]]). Jalur ceritanya dimulai dari dinding altar --- tempat lukisan Pengadilan Terkahir karya [[Michelangelo]] akan berada tiga puluh tahun kemudian --- berlanjut di sepanjang dinding-dinding kapel yang panjang, dan berakhir di dinding pintu masuk. Sebuah galeri lukisan-lukisan para paus dilukiskan di atas cerita-cerita ini. Selama lukisan-lukisan cerita ini belum selesai, keberadaan
Kedudukan tipologi alur cerita [[Nabi Musa]] dan [[Yesus Kristus]] memiliki dimensi politis yang melebihi dari hanya penggambaran hubungan antara [[Perjanjian Lama]] dan [[Perjanjian Baru]]. [[Paus Siktus IV]] melancarkan rencana yang matang untuk menggambarkan, melalui cerita-cerita ini, legitimasi kekuasaan Paus yang berlangsung dari [[Nabi Musa]], melalui [[Kristus]], kepada [[Santo Petrus]] yang kekuasaan tertingginya dianugerahkan oleh Kristus, dan yang akhirnya jatuh pada Paus terpilih saat ini. Penggambaran di atas digunakan secara jelas untuk menggambarkan garis hak waris kekuasaan yang dianugerahkan oleh Tuhan tersebut.
Baris 129:
Gambar kelompok utamanya, yakni yang menunjukkan Kristus sedang menyerahkan kunci-kunci perak dan emas kepada [[Santo Petrus]] yang sedang berlutut, dikelilingi oleh rasul-rasul lainnya, termasuk juga [[Yudas Iskariot]] (gambar orang kelima di sebelah kiri gambar Kristus), semuanya dengan lingkaran cahaya di kepala mereka, bersama dengan potret tokoh-tokoh masa itu, termasuk gambar yang disinyalir merupakan foto diri (gambar orang kelima dari ujung sebelah kanan). Lapangan terbuka yang datar dipisahkan oleh batu-batu berwarna menjadi bujursangkar besar yang menggambarkan lokasi jauh di belakang gambar utamanya, walaupun bujursangkar-bujursangkar ini tidak digunakan untuk menentukan tata ruang. Hubungan antara gambar-gambar manusia dan perkiraan bantuk [[Kuil Solomon]] yang memiliki serambi bertiang yang mendominasi lukisan tersebut juga tidak dijelaskan secara efektif. Gerbang-gerbang kemenangan di sudut-sudut lukisan terlihat hadir sebagai Referensi-Referensi para kolektor barang antik yang berlebihan yang cocok bagi orang-orang Romawi. Tersebar di tampakan jarak yang tidak terlalu jauh adalah dua gambaran sekunder dari Kehidupan Kristus, yaitu ''Uang Upeti'' di sebelah kiri dan ''Perajaman Kristus'' di sebelah kanan.
Gaya penggambaran orang-orang di lukisan ini terinspirasi dari [[Andrea del Verrocchio]].<ref>Coonin, Arnold Victor. "The Interaction of Painting and Sculpture in the Art of Perugino". ''Artibus et Historiae'', Volume 24, No. 47, 2003. 103-104.</ref> Kain
Kuil Yerusalem yang bersegi delapan<ref>Wright, Lawrence. ''Perspective in Perspective''. Routledge, April 1983. 104. ISBN 0-7100-0791-4</ref> dan serambi-serambinya yang mendominasi poros tengah pastilah berlatar belakang sebuah proyek yang diciptakan oleh seorang arsitek, namun Perugino membuatnya seperti "terjemahan" dari model kayu bangunan, dilukiskan dengan ketelitian yang luar biasa. Bangunan tersebut dengan gerbang-gerbangnya berfungsi sebagai sebuah latar belakang bagi gambar-gambar aktivitas di depannya. Perugino membuat sebuah kontribusi penting dalam melukis pemandangan. Suatu rasa akan dunia yang tanpa batas yang terbentang di kaki langit dapat dirasakan lebih kuat dibandingkan karya-karya lukis rekan-rekan seniman pada zamannya. Pohon-pohon yang menari ringan di hadapan langit yang penuh awan dan bukit-bukit berwarna abu-abu kebiruan di kejauhan menggambarkan sebuah gaya melukis yang menjadi acuan pelukis-pelukis pada masa berikutnya, terutama [[Raphael]].
|