Pertunjukan seni: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Qeita (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Qeita (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 15:
 
== Sejarah ==
Sejarah seni performa meliputi data yang sangat luas hingga ke detaildetil-detilnya, karena satu dan lainnya saling berkaitan dengan berbagai aspek dan situasi yang menyelimutinya di tiap titik. Kumpulan data yang sangat luas ini melahirkan berbagai persepsi dan interpretasi yang beraneka, termasuk persepsi dan interpretasi para penulisnya.
<!-- MOHON DIRAPIKAN
===Sekilas Awal di Barat===
Baris 24:
 
Menjelang abad ke-20, konsep estetika di Eropa mulai makin berubah dan bergeser. Muncul aliran dan gelombang baru yang menghempaskan gulungan-gulungan ombak dan menyapu bentuk-bentuk konvensional kesenian melalui masa-masa Modernism, Cubism, Expressionism, Abstract, Blaue Reiter, Die Brücke, Dada, Fauvism, Art Nouveau, Bauhaus, Pop art, De Stijl, Art Deco, Abstract Expressionism, Futurism, Suprematism, Surrealism, Minimalism dan Post-Modernism.
Semuanya hadir saling kait mengait dan acapkali merupakan gerakan penolakan dan timbulnya keyakinan-keyakinan atas pemahaman-pemahaman baru yang lebih individual, memperhatikan hak-hak dasar dan independensi manusia yang cenderung liberal. Tidak lagi mengatasnamakan bangsa atau pun agama, namun mengandalkan narasi implisit yang mengesankan anti kemapanan. Kolektif hanya untuk perjuangan hak. Genre-genre yang timbul di abad ini saya sebutdisebut sebagai abad deviasi, yakni penyimpangan dari pakem konservatif atas seni, meski tetap bertujuan pada ‘keindahan’ yang bergaris bawah berkekuatan intelektualita implisit.
 
=== Awal "deviasi" ===
Baris 32:
Munich saat itu menjadi pusat seni yang dipenuhi oleh sekumpulan para pelukis ekspresionisme, penyair, penulis dan aktor bohemian (dikenal sebagai kelompok Blaue Reiter). Gelombang ekspresionisme menyerbu para pelukis di Munich dan Berlin hingga Wina. Sebuah kafe yang dikelola oleh Emmy Hennings dan suaminya Hugo Ball bernama Café Simplizisimus sangat dikenal dengan pertunjukan kabaretnya yang lebih sering disebut dengan ‘teater intim’.
''Cabaret Voltaire'' antara lain menampilkan karya-karya kontroversial Benyamin Franklin Wedekind yang terkenal dengan citra buruknya karena dianggap provokatif dalam hal seksual yang membuatnya sempat dibuang ke Paris dan dikurung dalam penjara.
Sekembalinya ke Munich (1901), Wedekind tetap memproduksi karya-karya satir dan malah semakin giat melakukan aksi-aksi ''performance'' yang dianggap cabul dan tidak senonoh. Tahun 1909, karyanya yang melukiskan emansipasi dan karierkarir seorang perempuan dilarang ditampilkan.
Tak lama kemudian Munich kembali heboh dengan isyu terbaru mengenai seniman muda ‘nakal’ lainnya bernama Kokoschka. Ekspresionisme melanda Munich, Berlin hingga Wina. Kokoschka dianggap sebagai penghina eksentrik sekaligus seniman yang merosot moralnya dan ‘penjahat kasar’ terhadap moral publik Wina. Seniman berusia 22 tahun ini menggelar ''performance''. Mörder, Hoffnung der Frauen yang dipentaskan di Teater Kebun Vienna Kunstchau adalah lemparan kemarahan Kokoschka atas perlakuan publik. Para performer merangkak, merentangkan tangan, melengkungkan punggung dan menciptakan ekspresi wajah yang dibuat-buat, melakukan pertarungan agresif antara pria dan wanita, mencabik-cabik baju tokoh utama dan menorehkan darah buatan (aksi ini menjadi ciri teknik akting seniman ekspresionisme, dimana tradisi realistis dihancurkan). Sangat provokatif. Karya Kokoschka ini menjadi perbincangan di Munich melalui Berlin setelah penerbitannya di majalah Der Sturm berikut gambar selain teks.
 
===Awal Menuju Kelahiran===