Durga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 23:
== Arti nama ==
Dalam [[bahasa Sanskerta]], ''durga'' berarti "yang tidak bisa dimasuki" atau "terpencil".
 
== Perwujudan Durga dalam kesusastraan ==
*'''India'''
Terjadinya peperangan pada jaman dahulu yang berlangsung selama ratusan tahun lamanya antara para dewa dan bala tentara Asura menyebabkan hawa amarah dan kemurkaan dewa-dewa memberikan sebuah akibat yaitu terciptanya Durga. Para dewa yang di pimpin oleh Indra yang saat itu sebagai Raja, sedangkan pasukan tentara Asura  dikepalai oleh Mahisa. Tentara dewa dikalahkan dalam peperangan tersebut oleh pasukan para tentara Asura yang akhirnya menyebabkan Mahisa menjadi seorang Raja. Para dewa yang akhirnya kalah akhirnya mengangkat Brahma sebagai pemimpin dan menghadap Siva dan Visnu untuk menyampaikan sebuah kabar. Para dewa yang mendapatkan kabar tersebut marah yang mengakibatkan keluarnya kekuatan yang sangat dahsyat dari badan Siva dan Visnu serta para dewa lainnya, yang kemudian bersatu.sehingga terciptalah seorang wanita cantik akibat dari peristiwa tersebut.<ref>T.A Goninatha Rao 914 : 334</ref>
 
Dalam mitosnya diceritakan bahwa wajah dari wanita itu terbentuk dari tenaga Siva. Rambut dari tenaga Yama. Tangan - tangannya timbul dari tenaga Visnu. Dada nya terbentuk dari tenaga Candra. Perutnya terbentuk dari tenaga Surya. Jarinya berasal dari Wasu. Giginya tumbuh karena kekuatan fajar. Sedangkan Vayu dengan kekuatanyya menumbuhkan telinga pada wanita itu.<ref>J. Knebel 1906 : 237</ref>
 
*'''Indonesia'''
Di Indonesia sendiri, tokoh Durga diceritakan di dalam beberapa kitab. Yaitu kitab Sudamala, Sri Tanjung, Ghatotkacasraya, Parthayajna. Dalam Sudamala, diceritakan Durga merupakan perwujudan dari Sri Huma (Dewi Uma), yaitu istri tunggal yang tidak setia. Hal itu membuat Durga dikutukoleh Batara Guru, karena telah berbuat serong dengan Hyang Brahma. Kitab ini menjelaskan Hyang Guru mengutuknya menjadi Durgayang kelakbernama Ranini. Dijelaskan juga dia memiliki rambut merah, kusut masai, panjang terurai, berperawakan tinggi besar. Memiliki mata seperti matahari,mulutnya seperti guha dan bertaring. Hidungnya lebar (seperti sumur), badanyya penuh noda dan memiliki langkah yang lebar saat berjalan. Dalam cerita ini Durga turun kedunia bukan lah untuk menolong, melainkan untuk menjalani hukuman. Sang sadewalah yang bertindak sebagai perantara melenyapkan semua noda-nida sang dewi.<ref name=":1">{{Cite web|url=http://lib.ui.ac.id/|title=Variasi Ciri-Ciri Arca Durga Mahisasuramardini|last=Ratnaesih Maulana|first=author|date=1993|website=Universitas Indonesia Library|language=en-US|access-date=2020-01-12}}</ref>
 
Tertulis dalam kitab lanjutan dari Sudamala yaitu Sri Tanjung, yang menggambarkan Durga turun ke bumiuntuk menolong makhluk (Sidapaksa dan Sri Tanjung) yang sedang kesusahan dan berputus asa.Pada kitab ini juga menyinggung penggambaran Durga yang berambut gimbal/kusut dan bertaring.<ref name=":1" />
 
Kitab  yang ke tiga yaitu Ghatotkacasraya. Daripada kitab – kitab sebelumnya, kitab inilah memiliki gambaran Duga paling lengkap. Jikapada kitab Jawa kuno lain hanya menggambarkan tentang raut muka Durga saja. Maka pada kitab ini disebutkan juga tentang jumlah tangan dan warna dada dari Durga. Dalam kitab ini, digambarkan Durga bertangan 8, menakutkan, berkepala 3, dadanya berwarna belang, memiliki mata yang melotot, giginya bertaring, memiliki lubang hidup yang besar dan memiliki rambut yang berombak.<ref name=":1" />
 
Yang terkahir atau pada kitab ke empat hanya menjelaskan Durga sebagai Nalamala yang memiliki 3 kepala dan sangat kuat.Bentuk dari Durga sendiri tidak dijelaskan pada kitab ini.<ref name=":1" />
<br />
 
== Manifestasi Durga ==
Tercatat dalam beberapa kitab Purana, Durga merupakan wujud sthula dari salah satu aspek sakti yaitu aspek krodha atau raudra. Para sakti memiliki dua aspek yaitu saumya atau sata (tenang, damai) dan aspek krodha atau raudra (menakutkan). Dalam pemujaan,kedua aspek dewi tersebut menjelma menjadi dwi yang banyak jumlahnya. Untuk aspek sata menjelma menjadi Parvati (Uma), Gauri, Siva, Kamesvari, Bhuvanesvari dan masih banyak lagi. Sedangkan aspek krodha menjelma menjadi Durga, Kali, Karali Dhumavati dan Bhadrakali. Pengelompokan ini pertama kali dijumpai dalam kitab Vayu Purana.<ref>Hariani santiko 1990 : 214</ref>
 
== Atribut Senjata pada Durga ==
Dewi Durga Mahisasuramardini diwujudkan membawa berbagai jenis atribut senjata. Dalam mitologinya, para dewa menciptakan Dewi Durga Mahisasuramardini untuk mewakili para dewa untuk  berperang melawan asura yang pada saat itu berusaha untuk menyerang khayangan milik para dewa. Oleh karena itu, Dewi Durga Mahisasuramardini diciptakan sebagai dewi perang. Karena Dewi Durga mewakili para dewa untuk berperang, para dewa memberikan Dewi Druga hadiah berupa beberapa senjata. Sehingga semua senjata yang dibawa oleh Dewi Durga merupakan pemberian dari para dewa yang digunakan untuk melawan asura. Dewi Durga Mahisasuramardani telah mengembalikan keseimbangan alam dengan membunuh asura.<ref>Hariani Santiko 1987: 6</ref>
 
Dalam kisah pergulatan Durga dengan Mahisasura, Durga dilengkapi dengan senjata pemberian dari dewa-dewa seperti :
* Pemegang busur, Pinaka telah memberi trisula
* [[Wisnu]] menghadiahkan cakra yang dia tarik dari cakranya sendiri
* Varuna memberi sankha
* Agni menyerahkan sakti
* Maruta menghadiahkan dhanudan setabung sara
* Indra memberikan wajra dan genta
* Yama menghadiahkan tongkat yang diambil dari tongkatnya sendiri
* Vayu memberi pasa
* Prajapati menghadiahkan kalung dari kerang
* Brahma memberikan kendi amrta dari tanah
* Surya memberi sinar
* Kala menghadiahkan khadga dan khetaka
* Lautan susu memberikan kalung manik-manik yang bersinar dan beberapa pakaian perang
* Wiswakarman menghadiahkan anting-anting, gelang, hiasan bulan sabit yang gemerlap
* Kuwera memberikan cangkir berisi anggur
* Sesa, raja ular menghadiahkan upavita terbuat dari ular dengan batu permata di dalamnya
* Himawati memberi seekor singa sebagai tunggangan, sehingga Durga siap untuk menghadapi Mahisasura<ref>Pargiter 1904 : 414 – 575</ref>
 
Sedangkan untuk senjata utamanya sendiri yaitu Cakra dan sangkha.Sangkha memiliki beberapa makna simbolis seperti: sebagai simbol keselamatan, kebebasan kesadaran hakiki, simbol dari alam jagat raya dan sebagai kekuatan hukum. Sedangkan stribut lainnya seperti dhanus (busur) merupakan simbol kerajaan yang melambangkan kedudukan jabatan seorang raja. Selain tiu juga memiliki simbol sebagai aspek penghancur dari keinginan kesadran hakiki setial individu. Sara sebagai pelengkap dhanus sendiri merupakan arti dari anak panah. Senjata pedang (Khadga) merupakan simbol dari kekuatan sebagai penghancur serat simbol dari ilmu pengetahuan yang pada hakikatnya adalah sebagai simbol kebijaksanaandan sebagai lambang kerajaan. Senjata lainnya yaoitu perisai (khetaka) merupakan alat untuk menangkis senjata dan untuk melindungi diri dari serangan lawan.<ref name=":1" />
<br />
 
== Wahana ==
Dalam penggambarannya, Dewi Durga digambarkan sebagai seorang dewi yang sangta cantik yang mengendarai singa dalam sikapyang menantang dan bertangan dua atau lebih.<ref>Dowson 1926 : 86</ref> Singa sendiri merupakan hadiah pemberian dari Himawati yang diberikan pada Dewi Durga untuk memerangi asura.
<br />
 
== Pemujaan ==
Dalam kitab Ka dambari digambarkan terdapatnya upacara pemujaan yang dilakukan oleh suku bangsa Sabara, yang merupakan salah satu suku bangsa terpencil di daerah pegunungan Vindhya. Dijelaskan bahwa dalam upacara tersebut selalu diadakan pengorbanan manusia. Korban darah dan manusia itu menjadi semakin penting setelah Durga dipuja oleh beberapa aliran dalam agama Saiwa, terutama oleh aliran Pasupata – Siva dan Kapalika – Siva, serta dalam aliran Tantra, khususnya Sakta Tantra.<ref name=":1" />
 
Dalam Yasatilaka terdapat cerita tentang para pahlawan Mahavratin (Kapalika) yang telah menjual daging yang telah disayat dari tubuhnya sendiri untuk dijadikan persembahan kepada Dewi Durga. Selain itu, tradisi mengorbankan diri sendiri juga dijumpai di daerah India Selatan sejak jaman Pallawa. Hal tersebut dijelaskan dalam sumber tertulis serta diperlihatkan pada relief dinding kuil jaman Pallawa dan Chola. Salah satu relief menggambarkan Durga bertangan empat yang digambarkan berdiridiatas kepala kerbau yang telah terpenggal dan dihadapkan oleh dua orang yang berjongkok dihadapannya. Salah seorang diantaranya memegang rambutnya dan yang lain memegang pahanya. Melakukan pengorbanan darah dari tubuh pemuja sendiri juga ditemukan dalm cerita Devi – mahatmya.<ref name=":1" />
 
Persembahan berupa korban binatang (Pasubali) maupun manusia untuk di persembahkan pada Dewi Durga yang dilakukan oleh aliran Tantra, khususnya sakta-Tantra.(Hariani santiko op.cit:115). Kitab keagamaan yang memuat tentang korban manusia untuk Durga – kali dijumpai dalm kitab Kalika – Purana. Menurut kitab tersebut, perbedaan jumlah manusia yang dikorbankan akan memberikan akibat yang berbeda pula. Seperti contoh, apabila hanya mengorbankan satu manusia maka DewiDurga akan puas selama 1.000 tahun.<ref>Hariani Santiko op.cit : 115</ref>
<br />
 
== Lihat pula ==