Bisma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 114.142.169.39 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh LaninBot
Tag: Pengembalian
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: Kadangkala → Kadang kala
Baris 55:
Di lingkungan keraton [[Hastinapura]], Bisma sangat dihormati oleh anak-cucunya. Tidak hanya karena ia tua, tetapi juga karena kemahirannya dalam bidang militer dan peperangan. Dalam setiap pertempuran, pastilah ia selalu menang karena sudah sangat berpengalaman. [[Yudistira]] juga pernah mengatakan, bahwa tidak ada yang sanggup menaklukkan Bisma dalam pertempuran, bahkan apabila laskar Dewa dan laskar [[Asura]] menggabungkan kekuatan dan dipimpin oleh [[Indra]], Sang Dewa Perang.<ref name="Bismaparwa"/>
 
Bisma sangat dicintai oleh [[Pandawa]] maupun [[Korawa]]. Mereka menghormatinya sebagai seorang kakek sekaligus kepala keluarga yang bijaksana. KadangkalaKadang kala Pandawa menganggap Bisma sebagai ayah mereka ([[Pandu]]), yang sebenarnya telah wafat.
 
== Perang di Kurukshetra ==
Baris 70:
Sebelum hari kematiannya, [[Pandawa]] dan [[Kresna]] mendatangi kemah Bisma di malam hari untuk mencari tahu kelemahannya. Bisma mengetahui bahwa [[Pandawa]] dan [[Kresna]] telah masuk ke dalam kemahnya dan ia menyambut mereka dengan ramah. Ketika [[Yudistira]] menanyakan apa yang bisa diperbuat untuk menaklukkan Bisma yang sangat mereka hormati, Bisma menjawab:
 
{{cquote|...ketahuilah pantanganku ini, bahwa aku tidak akan menyerang seseorang yang telah membuang senjata, juga yang terjatuh dari keretanya. Aku juga tidak akan menyerang mereka yang senjatanya terlepas dari tangan, tidak akan menyerang orang yang bendera lambang kebesarannya hancur, orang yang melarikan diri, orang dalam keadaan ketakutan, orang yang takluk dan mengatakan bahwa ia menyerah, dan aku pun tidak akan menyerang seorang wanita, juga seseorang yang namanya seperti wanita, orang yang lemah dan tak mampu menjaga diri, orang yang hanya memiliki seorang anak lelaki, atau pun orang yang sedang mabuk. Dengan itu semua aku enggan bertarung...<ref name="Bismaparwa">''The Mahabharata of Krishna Dwaipayana Wyasa''. Buku VI: ''[[Bismaparwa]]''. </ref>}}
 
 
Bisma juga mengatakan apabila pihak [[Pandawa]] ingin mengalahkannya, mereka harus menempatkan seseorang yang membuat Bisma enggan untuk bertarung di depan kereta [[Arjuna]], karena ia yakin hanya Arjuna dan [[Kresna]] yang mampu mengalahkannya dalam peperangan. Dengan bersembunyi di belakang orang yang membuat Bisma enggan berperang, [[Arjuna]] harus mampu melumpuhkan Bisma dengan panah-panahnya. Berpedoman kepada pernyataan tersebut, [[Kresna]] menyadarkan Arjuna akan kewajibannya. Meski Arjuna masih segan, tetapi ia menuntaskan tugas tersebut. Pada hari kesepuluh, [[Srikandi]] menyerang Bisma, tetapi Bisma tidak melawan. Di belakang [[Srikandi]], Arjuna menembakkan panah-panahnya yang dahsyat dan melumpuhkan Bisma. Panah-panah tersebut menancap dan menembus [[baju zirah]]nya, kemudian Bisma terjatuh dari keretanya, tetapi badannya tidak menyentuh tanah karena ditopang oleh puluhan [[panah]] yang menancap di tubuhnya. Namun Bisma tidak gugur seketika karena ia boleh menentukan waktu kematiannya sendiri. Bisma menghembuskan napasnya setelah ia menyaksikan kehancuran pasukan [[Korawa]] dan setelah ia memberikan wejangan suci kepada [[Yudistira]] setelah perang [[Bharatayuddha]] selesai.
Baris 106 ⟶ 105:
* {{en}} [http://www.mahabharataonline.com/ Tokoh dan cerita dalam Mahabharata]
* {{en}} [http://moralstories.wordpress.com/2006/09/24/dharmabalam/ Kisah yang menunjukkan keagungan Bisma]
 
 
{{Tokoh Mahabharata}}