Sejarah Myanmar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
k bentuk baku
Baris 60:
== Kerajaan-kerajaan kecil ==
[[Berkas:Burma in 1450.png|jmpl|Peta wilayah Birma (Myanmar) ca. 1450]]
Sesudah menumbangkan Pagan, orang-orang Monggol segera meninggalkan Lembah Sungai Irawadi dalam keadaan porak-poranda, tetapi Kerajaan Pagan tidak sanggup pulih seperti sediakala dan pecah menjadi beberapa kerajaan kecil. Pada pertengahan abad ke-14, negeri ini telah terbagi-bagi menurut empat pusat kekuasaan utama: Birma Hulu, Birma Hilir, negara-negara Shan, dan Arakan. Banyak di antaranya terbentuk dari persekutuan (yang seringkalisering kali renggang) kerajaan-kerajaan kecil atau negara-negara kepangeranan. Kurun waktu ini ditandai oleh serangkaian perang dan gonta-ganti persekutuan. Kerajaan-kerajaan kecil memainkan suatu permainan berbahaya dengan bersetia pada negara-negara yang lebih kuat, kadang-kadang pada beberapa negara sekaligus pada waktu yang sama.
 
=== Awa (1364–1555) ===
Baris 90:
=== Arakan (1287–1785) ===
{{Utama|Sejarah Rakhine}}
Meskipun secara ''de facto'' Arakan telah merdeka sejak penghujung zaman kekuasaan Pagan, Wangsa Laungkyet dari Arakan tidak mampu mengukuhkan kemerdekaannya. Sampai dengan berdirinya [[Kerajaan Mrauk-U]] pada 1429, Arakan seringkalisering kali terperangkap di tengah-tengah pertarungan para jirannya yang lebih besar, dan menjadi ajang pertempuran selama berlangsungnya Perang Empat Puluh Tahun antara Awa dan Pegu. Mrauk-U kelak menjadi kerajaan yang kuat berkat usaha sendiri antara abad ke-15 sampai abad ke-17, dan wilayahnya meliputi Benggala Timur antara 1459 sampai 1666. Arakan adalah satu-satunya kerajaan pasca-Pagan yang tidak dianeksasi oleh Wangsa Taungu.
 
== Kerajaan Taungu (1510–1752) ==
Baris 151:
== Penjajahan Britania ==
{{Main article|Burma Britania}}
Britania menjadikan Birma sebagai salah satu provinsi dari negara [[India Britania]] pada 1886 dengan Yangon sebagai ibu kotanya. Masyarakat Birma tradisional mengalami perubahan drastis akibat lengsernya monarki serta pemisahan antara agama dan negara. Sekalipun perang secara resmi telah usai selepas berlangsung selama dua pekan, para pejuang Birma masih melakukan perlawanan di daerah Birma Utara sampai 1890, setelah pihak Britania akhirnya memutuskan untuk secara sistematis menghancurkan desa-desa dan melantik pejabat-pejabat baru untuk mengakhiri segala aktivitas gerilya. Keadaan perekonomian masyarakat juga berubah secara dramatis. Sesudah pembukaan [[Terusan Suez]], permintaan akan beras Birma mengalami peningkatan dan lahan-lahan luas diteroka untuk ditanami. Akan tetapi, untuk membuka lahan pertanian baru, para petani terpaksa meminjam uang dari para rentenir India yang disebut [[cetiar]] dengan bunga tinggi dan seringkalisering kali mengalami penyitaan serta pengusiran yang mengakibatkan mereka kehilangan tanah dan ternak. Sebagian besar lapangan kerja juga diambil alih kuli-kuli kontrak India, dan seisi desa-desa menjadi buronan akibat beralih profesi menjadi kecu. Meskipun ekonomi Birma mengalami pertumbuhan, seluruh kekuasaan dan kemakmuran digenggam oleh segelintir perusahaan Britania, [[Peranakan Inggris-Birma|kaum peranakan Inggris]], dan kaum pendatang dari India.<ref>Tarun Khanna, ''Billions entrepreneurs: How China and India Are Reshaping Their Futures and Yours'', Harvard Business School Press, 2007, ISBN 978-1-4221-0383-8</ref> Sebagian besar pegawai negeri sipil adalah orang-orang peranakan Inggris dan orang India, lagi pula orang-orang Bamar nyaris sepenuhnya disingkirkan dari dinas militer. Sekalipun Birma menjadi makmur, rakyatnya tidak ikut sejahtera. Novel ''[[Burmese Days]]'' karya George Orwell adalah sebuah cerita fiksi dari masa penjajahan Britania di Birma. Sepanjang masa penjajahan, kaum peranakan Inggris mendominasi Birma sehingga menimbulkan kecemburuan sosial.
 
Sekitar permulaan abad ke-20, sebuah organisasi pergerakan kebangsaan mulai dibentuk dengan nama Perkumpulan Pemuda Buddhis (''[[Young Men's Buddhist Association (Birma)|Young Men's Buddhist Association]]'') meniru [[YMCA]], karena pembentukan perkumpulan-perkumpulan keagamaan diperbolehkan oleh pemerintah penjajah. Organisasi ini kelak tergantikan oleh Sidang Umum Perkumpulan-Perkumpulan Birma (''General Council of Burmese Associations'') yang terhubung dengan ''Wunthanu athin'' atau Perkumpulan Kebangsaan yang tumbuh subur di desa-desa di seluruh Birma Hulu. Antara 1900 – 1911 "Si Orang Buddha Irlandia", [[U Dhammaloka]], menyuarakan penentangan terhadap Agama Kristen dan Pemerintah Penjajah dengan menggunakan dalil-dalil agama Buddha. Sebuah generasi baru pemimpin-pemimpin Birma muncul pada permulaan abad ke-20 di kalangan cendekiawan yang diizinkan berangkat ke London untuk menimba ilmu hukum. Mereka pulang dengan keyakinan bahwa keadaan Birma dapat diperbaiki melalui reformasi. Reformasi konstitusi yang progresif pada permulaan era 1920-an menghasilkan sebuah lembaga legislatur berkewenangan terbatas, sebuah universitas, dan otonomi yang lebih besar bagi Birma dalam ruang lingkup administrasi negara India Britania. Dilakukan pula upaya-upaya untuk memperbesar keterwakilan rakyat Birma dalam jawatan-jawatan pemerintah. Beberapa orang mulai merasa bahwa perubahan tidak berjalan cukup cepat dan upaya reformasi tidak cukup ekspansif.