Penduduk asli Taiwan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k bentuk baku |
|||
Baris 85:
=== Bentuk asimilasi saat ini ===
Beberapa bentuk asimilasi masih terjadi saat ini. Contohnya, saat otoritas pusan [[bahasa nasional|menasionalisasi]] satu bahasa, dalam rangka meningkatkan pengaruh ekonomi dan sosial terhadap bahasa tersebut. Seperti halnya generasi-generasi pada masa lampau, penggunaan bahasa asli
Kompleksitas dan cangkupan asimilasi dan akulturasi penduduk asli di Taiwan terbagi dalam tiga perubahan utama etnis Taiwan. Yang tertua terjadi saat migrasi Han dari [[Fujian]] dan [[Guangdong]] pada abad ke-17 yang membuat [[Penduduk Asli Dataran Rendah Taiwan|Penduduk Asli Dataran Rendah]] terpinggirkan ke wilayah pegunungan, dimana mereka menjadi suku-suku Dataran Tinggi pada masa sekarang.<ref>{{Harvcol|Shepherd|1993}}</ref> Pandangan paling terkini menyatakan bahwa akibat merebaknya pernikahan silang antara Han dan penduduk asli antara abad ke-17 dan ke-19, para penduduk asli secara menyeluruh di[[Sinikisasi]]kan.<ref>{{Harvcolnb|Lamley|1981|pp=282}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Meskill|1979|pp=253–55}}</ref> Pada akhirnya, pembelajaran [[etnografi]] dan [[atropologi]] modern menunjukan susunan peralihan kebudayaan yang secara tumpang tindih dialami oleh Han dan Penduduk Asli Dataran Rendah, yang menghasilkan budaya hibrida. Pada masa sekarang, orang-orang ber[[Han Taiwan|etnis Han di Taiwan]] menerapkan kebudayaan utama yang berbeda dari Han di tempat lain.<ref>{{Harvcolnb|Brown|1996}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Brown|2004}}</ref>
Baris 104:
Penduduk asli Taiwan adalah [[suku bangsa Austronesia]], dengan hubungan linguistik dan genetik dengan kelompok etnis Austronesia lainnya, seperti bangsa [[Filipina]], [[Malaysia]], [[Indonesia]], [[Madagaskar]] dan [[Oseania]].<ref>{{Harvcolnb|Hill|Soares|Mormina|Macaulay|2007}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Bird|Hope|Taylor|2004}}</ref> Peralatan pemecah batu yang berawal dari awal 15,000 tahun yang lalu menunjukan bahwa pemukiman manusia awal dari Taiwan adalah budaya [[Paleolitikum]] pada zaman [[Pleistosen]]. Suku bangsa tersebut bertahan hidup dengan memakan kehidupan laut. Bukti-bukti arkeologi menunjukan perubahan pada zaman [[Neolitikum]] yang terjadi pada sekitar 6,000 tahun yang lalu, dengan kemajuan pertanian, hewan hinak, pengolahan batu dan tembikar. [[Alat pemotong baru]] diproduksi massal di [[Penghu]] dan pulau-pulau sekitarnya, yang terbuat dari bebatuan vulkanik yang ditemukan di sana. Bukti sejarah tersebut menunjukkan lalu lintas laut yang padat terjadi di antara Taiwan dan pulau-pulau tersebut pada masa tersebut.<ref>{{Harvcol|Rolett|Jiao|Lin|2002|pp=307–8; 313}}</ref>
Sejarah penduduk asli di Taiwan mulai tercatat pada sekitar abad ke-17, dan
Empat abad masa kekuasaan non-penduduk asli diwarnai beberapa periode peralihan penguasa yang memerintah dan perubahan kebijakan resmi terhadap penduduk asli. Dari abad ke-17 sampai awal abad ke-20, dampak para pemukim asing—Belanda, Spanyol dan Han—menjadi lebih menonjol pada suku-suku Dataran Rendah. Penguasa Han jauh lebih dapat diakses secara geografi, dan lebih disepakati dengan para penguasa asing. Pada permulaaan abad ke-20, suku-suku Dataran Rendah secara garis besar berasimilasi dengan budaya Taiwan kontemporer sebagai akibat dari kekuasaan kolonial Eropa dan Han. Sampai paruh akhir era kolonial Jepang, suku-suku Dataran Tinggi secara keseluruhan masih tidak tersentuh oleh kelompok non-suku manapun. Namun, pertengahan 1930an menandai peralihan dalam dinamika antar-budaya, karena Jepang mulai memainkan peran yang jauh lebih dominan dalam budaya suku-suku Dataran Tinggi. Peristiwa tersebut meningkatkan tingkat kendali atas suku-suku Dataran Tinggi yang berlanjut pada masa pemerintahan Kuomintang. Pada dua era utama tersebut, terdapat beberapa perbedaan dalam dampak individual dan regional dari para penjajah dan "proyek-proyek pensipilisasian" mereka. Pada masa para penguasa asing datang, beberapa suku mengadopsi gaya berbusana dan praktik kebudayaan asing {{Harvcol|Harrison|2003}}, dan mengadakan kerjasama dagang terhadap barang-barang seperti [[kamper]], kulit rusa, gula, teh dan beras.<ref>{{Harvcol|Gold|1986|pp=24–8}}</ref> Sejumlah perubahan lainnya dari dunia luar dilakukan secara paksa.
Baris 144:
Selama dua abad pemerintahan Dinasti Qing di Taiwan, populasi Han di pulau tersebut meningkat secara dramatis. Namun, tidak jelas apakah terjadi karena membludaknya pemukim Han, yang umumnya terdiri dari pria muda dari [[Zhangzhou]] dan [[Quanzhou]] di [[Fujian|provinsi Fujian]],<ref>{{Harvcol|Tsao|1999|p=331}}</ref> atau dari berbagai faktor lainnya, yang meliputi: pernikahan silang berkelanjutan antara Han dan pendidik asli, perombakan rumah tangga dan penghapusan aborsi, dan merebaknya adopsi gaya hidup pertanian Han karena menurunnya harga kebutuhan tradisional, yang berujung pada meningkatnya tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Selain itu, akulturasi penduduk asli meningkat seiring meningkatnya pendatang Han.
Pemerintah Qing tak hanya secara resmi mengendalikan pemukiman Han, namun juga mengurusi ketegangan antara berbagai wilayah dan kelompok etnis. Selain itu, pemerintahan tersebut
Perjuangan atas sumber daya lahan adalah salah satu sumber konflik. Wilayah dataran rendah barat merupakan subyek perebutan lahan besar yang disebut ''Huan Da Zu'' (番大租—artinya, "Perebutan Besar Barbar"), sebuah kejadian yang masih ada sampai zaman penjajahan Jepang. Sebagian besar besar lahan rusa, yang dinaungi oleh Qing, dimiliki oleh suku-suku dan para anggota individual mereka. Suku-suku umumnya menawarkan para petani Han sebuah hak milik permanen untuk digunakan, meskipun mengutamakan kepemilikan anak tanah (田骨), yang disebut "dua juragan dari sebuah lahan" (一田兩主). Suku-suku dataran rendah
Penduduk asli
Dalam [[Insiden Mudan (1871)]], penduduk asli menyerang 54 pelaut Ryūkyū yang berujuk pada [[invasi Jepang ke Taiwan (1874)]] melawan penduduk asli.<ref>{{cite book|title=Japan Gazette|url=https://books.google.com/books?id=eWQvAQAAMAAJ&pg=PA73#v=onepage&q&f=false|year=1873|pages=73–}}{{cite news |last= |first= |date=August 18, 1874 |title=WASHINGTON.; OFFICIAL DISPATCHES ON THE FORMOSA DIFFICULTY. PARTIAL OCCUPATION OF THE ISLAND BY JAPANESE THE ATTITUDE OF CHINA UNCERTAIN CHARACTER OF THE FORMOSAN BARBARIANS. THE RAILROAD AND THE MAILS. THE VACANT INSPECTOR GENERALSHIP OF STEAMBOATS. THE TREATY OF WASHINGTON. THE CURRENCY BANKS AUTHORIZED CIRCULATION WITHDRAWN. POSTMASTERS APPOINTED. APPOINTMENT OF AN INDIAN COMMISSIONER. THE WRECK OF THE SCOTLAND, NEW-YORK HARBOR. NAVAL ORDERS. TOLL ON VESSELS ENGAGED IN FOREIGN COMMERCE. THE TREASURY SECRET SERVICE. TREASURY BALANCES.|url=http://query.nytimes.com/gst/abstract.html?res=F20C1FF73A5D1A7493CAA81783D85F408784F9 |newspaper=The New York Times |location=WASHINGTON, Aug. 17. |access-date= }}</ref><ref name="Tsai2014">{{cite book|author=Shih-Shan Henry Tsai|title=Maritime Taiwan: Historical Encounters with the East and the West|url=https://books.google.com/books?id=vUbfBQAAQBAJ&pg=PA129&dq=Kabayama+Sukenori+aboriginals&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjftej_ktzOAhXJmh4KHQrfB7IQ6AEIQTAF#v=onepage&q=Kabayama%20Sukenori%20aboriginals&f=false|date=18 December 2014|publisher=Routledge|isbn=978-1-317-46517-1|pages=129–}}</ref><ref name="Chow2008">{{cite book|author=P. Chow|title=The "One China" Dilemma|url=https://books.google.com/books?id=ctLGAAAAQBAJ&pg=PA29&dq=Kabayama+Sukenori+aboriginals&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjftej_ktzOAhXJmh4KHQrfB7IQ6AEIWDAJ#v=onepage&q=Kabayama%20Sukenori%20aboriginals&f=false|date=28 April 2008|publisher=Springer|isbn=978-0-230-61193-1|pages=29–}}</ref>
Baris 158:
Sedikit yang diketahui mengenai keadaan para suku pribumi Taiwan dari dataran tinggi sebelum mereka dikunjungi oleh para penjelajah dan misionaris dari Eropa dan Amerika pada [[abad ke-19]] dan awal [[abad ke-20]].<ref>{{Harvcolnb|Campbell|1915}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Mackay|1896|}}</ref> Kekurangan data ini terutama diakibatkan oleh karantina Qing atas daerah di sebelah timur garis yang tidak boleh didatangi.
Kontak antara kaum Han dan para suku yang tinggal di pegunungan biasanya ialah karena mereka mencari [[kapur Barus]], sebuah zat kimia yang diambil dari pohon kapur Barus yang dipakai sebagai bahan obat-obatan. Pertemuan antara mereka biasanya berakhir dengan dipenggalnya kepala sang Han. Para anggota suku tanah datar
[[Berkas:Atayal.jpg|ka|jmpl|300px|Seorang gadis suku [[Atayal]] dengan tato di wajahnya sebagai lambang kedewasaan, yang dilakukan oleh pria dan wanita. Adat itu dilarang semasa pemerintahan Jepang.]]
Baris 169:
=== Pengayauan ===
Para anggota suku-suku tanah tinggi terkenal akan kemampuan dalam [[pengayauan]], yang
Di Taiwan, pengayauan dianggap merupakan simbol keberanian dan kejantanan. Hampir semua suku pribumi, kecuali Yami (Tao) melakukannya. Seringkali kepala-kepala yang telah dipenggal diundang sebagai anggota suku untuk menjaga dan melindungi mereka. Para penghuni dan penduduk Taiwan menerima peraturan pengayauan sebagai risiko kehidupan persukuan yang telah diperhitungkan. Kepala-kepala yang telah dipenggal direbus dan dikeringkan,
Suku Bunun
Kehidupan di antara suku-suku pribumi setelah datangnya pemerintahan Jepang menjadi berubah secara drastis, karena banyak struktur-struktur tradisional mereka diganti dengan kekuasaan militer. Suku-suku pribumi yang ingin memperbaiki status sosial mereka menggunakan pendidikan sebagai sarana yang baru dan bukan pengayauan. Para anggota suku-suku pribumi yang telah belajar bekerja sama dengan orang-orang Jepang lebih pantas untuk menjadi kepala desa. Mendekati akhir [[Perang Dunia II]], kaum pribumi yang mana ayah-ayah mereka tewas dalam kampanye pasifikasi merelakan diri untuk mati bagi sang Kaisar Jepang. Banyak kaum pribumi yang telah tua merasakan rasa identifikasi yang kuat terhadap orang Jepang dan lebih banyak atau lebih suka menggunakan bahasa Jepang daripada bahasa Mandarin.
Baris 180:
Ketika pemerintahan Nasionalis China mendarat di Taiwan, mereka ketakutan bahwa daerah-daerah pegunungan yang dilanda kemiskinan akan menjadi basis komunisme. Partai KMT mengasosiasikan kaum pribumi Taiwan dengan pemerintahan Jepang dan mereka dianggap sebagai 'shan bao' atau penduduk gunung. Pada tahun 1946, sekolah-sekolah desa yang didirikan Jepang diubah menjadi pusat-pusat ideology KMT. Dokumen-dokumen Dinas Pendidikan menunjukkan bahwa kurikulum kala tersebut sarat dengan proganda dengan penekanan pada bahasa Mandarin, sejarah, dan kewarganegaraan. Sebuah laporan pemerintahan mengenai daerah-daerah pegunungan dari tahun 1953 menunjukkan bahwa tujuan mereka terutama mulai dari tahun ini ialah mempromosikan bahasa Mandarin demi memperkuat posisi nasional dan menciptakan tatakrama yang baik. Hal ini dimasukkan pada kebijakan 'Shandi Ping di hua' supaya membuat "daerah pegunungan menjadi lebih mirip dengan tanah datar". Kekurangannya para guru pada tahun-tahun pertama pemerintahan KMT menciptakan jurang-jurang yang dalam pada pendidikan kaum pribumi karena hanya sedikit guru-guru Tionghoa yang tinggal di Taiwan dan lebih sedikit lagi yang ingin mengajar di daerah pegunungan. Banyak pekerjaan berat mengajari kaum pribumi dilakukan oleh guru-guru yang kurang cakap namun bisa berbahasa Mandarin dan mampu mengajarkan ideologi dasar.
Pada tahun 1951 sebuah kampanye besar diluncurkan untuk mengubah adat-istiadat kaum pribumi supaya lebih mirip sukubangsa Han. Pada waktu yang sama, anggota suku-suku pribumi yang pernah bergabung dengan Tentara Dai Nippon ditugaskan untuk berperang pada peperangan yang sangat berdarah dalam mempertahankan pulau Kinmen dan Matsu, kedua pulau ini berada di bawah kekuasaan [[Republik Tiongkok]] namun posisinya paling dekat dengan daratan. Kemudian para prajurit KMT yang mengungsi dari Daratan Tiongkok
Medan penelitian budaya pribumi Taiwan hampir saja dihilangkan dari kurikulum pendidikan Taiwan dengan memberikan perhatian lebih khusus pada hal-hal yang lebih bernapaskan Tionghoa demi menolong memperkokoh kedudukan KMT di Taiwan. Hasilnya ialah punahnya beberapa bahasa Austronesia di Taiwan dan pengekalan rasa malu bagi mereka yang merupakan keturunan penduduk pribumi Taiwan. Hanya sedikit orang Taiwan saja yang bersedia mengemukakan bahwa mereka memiliki darah pribumi Taiwan meskipun studi-studi modern menunjukkan bahwa di Taiwan terjadi perkawinan campur dan pembauran secara luas. Pada sebuah studi tahun 1994, menunjukkan bahwa 71% dari semua keluarga Taiwan menolak gagasan jika putri mereka menikahi seorang pria pribumi Taiwan.
Baris 194:
[[Berkas:taiwan bunun dancer.jpg|kiri|jmpl|250px|Seorang penari Bunun sebelum pertunjukan di Lona, Taiwan.]]
Kaum pribumi Taiwan jumlah secara relatif menurut pemerintah Taiwan hanyalah 2% dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Di sisi lain 34% dari seluruh penduduk pribumi Taiwan telah berhijrah ke kota. Pertumbuhan ekonomi di Taiwan yang pesat pada dasawarsa-dasawarsa terakhir abad ke-20 menghasilkan fenomena urbanisasi. Pekerjaan pada proyek-proyek bangunan biasanya terbuka bagi kaum-kaum pribumi yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang cukup pada tempat-tempat reservasi mereka dan dengan begitu tidak memiliki kepandaian apa-apa. Mereka dengan cepat membentuk kelompok-kelompok dengan suku-suku lain karena mereka memiliki motif-motif politik yang sama untuk melindungi kepentingan mereka bersama sebagai tenaga kerja. Orang-orang pribumi ini menjadi pekerja besi yang terampil dan tim-tim pembangun di pulau ini dan
Kemudian undang-undang baru yang mengizinkan masuknya tenaga kerja asing dari Indonesia, Vietnam dan Filipina mengikis kesempatan kerja kaum pribumi lebih jauh lagi. Sementara itu kelompok-kelompok pribumi lainnya berpaling kepada sektor pariwisata supaya bisa bersaing pada ekonomi lokal. Berkat keterdekatan kaum-kaum pribumi dengan pegunungan, banyak anggota kelompok ini lalu berharap bisa mendapatkan keuntungan pada usaha-usaha pemandian air panas dan hotel-hotel di mana mereka bisa menyanyi dan menari untuk memberikan dan menambahkan nuansa. Namun para kritikus sering menyebut usaha-usaha seperti ini kurang menghormati mereka atau hanya menggaris bawahi [[stereotipe]] kaum pribumi.
|