Suku Konjo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Aandhika (bicara | kontrib)
Baris 28:
 
== Filosofi Tempat Tinggal ==
Seluruh rumah Suku Kajang<ref>{{Cite web|url=https://cultura.id/berkenalan-dengan-masyarakat-adat-ammatoa|title=Berkenalan dengan Masyarakat Adat Ammatoa|last=Ayu|first=Adriyani|date=2019-08-26|website=Cultura Magazine|language=en-US|access-date=2020-01-19}}</ref> menghadap kea rah Barat. Hal itu bukan tanpa alasan. Barat dianalogikan sebagai sebuah arah dimana simbol dari nenek moyang mereka berada. Konsep rumah yang mereka bangun juga seragam tanpa ada yang berbeda sedikit pun. Hal itu mereka lakukan untuk mengungkapkan nilai kesederhanaan dan simbol keseragaman. Lebih dari itu, material yang mereka gunakan untuk membangun rumah bukanlah batu bata atau [[tanah]]. Membangun rumah dengan material tersebut adalah sebuah pantangan bagi mereka. Sebab, mereka percaya bahwa hanya orang mati saja yang diapit oleh liang lahat dan [[tanah]]. Kendati demikian, masih ada beberapa keluarga Suku Kajang yang menggunakan batu sebagai bahan bangunan rumahnya. Walaupun mereka masih hidup, oleh Suku Kajang yang lain keluarga mereka dianggap mati, berkaitan dengan pantangan tersebut.<ref>Akib, Yusuf. 2008. Potret Manusia Kajang. Pustaka Refleksi: Makassar</ref>
 
Beberapa sumber penelitian menyebutkan bahwa filosofi membangun rumah tanpa batu bata tersebut sebenarnya dilakukan oleh Suku Kajang dalam rangka melindungi hutan. Hal itu cukup logis mengingat pembuatan batu bata tentu memerlukan lebih banyak [[kayu]] untuk pembakarannya. Dengan demikian, jumlah pohon yang harus ditebang juga akan semakin banyak. Larangan untuk membangun rumah dengan batu bata secara tidak langsung juga mengurang penebangan [[hutan]].