Letusan Samalas 1257: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Swarabakti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 38:
Adanya letusan gunung berapi besar pada sekitar tahun 1257–1258 diketahui pertama kali melalui analisis terhadap [[sampel inti es|sampel es hasil pengeboran]] dari wilayah kutub.<ref name="Science2013"/>{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16742}} Menggunakan metode pengukuran keasaman termutakhir pada tahun 1980, sekelompok peneliti Denmark menemukan lonjakan konsentrasi sulfat dari berbagai masa{{sfn|Hamilton|2013|p=39}} pada sampel es dari Crête, [[Greenland]] (hasil pengeboran tahun 1974<ref name="Langway2008"/>) yang dihubungkan dengan timbunan abu [[riolit]]ik.{{sfn|Oppenheimer|2003|pp=417–418}} Lapisan es dari masa 1257–1258 menunjukkan jejak lonjakan sulfat terbesar ketiga yang ditemukan di Crête.{{sfn|Hammer|Clausen|Langway|1988|p=103}} Awalnya, para peneliti tersebut menduga bahwa deposit sulfat ini bersumber dari gunung berapi di dekat Greenland,{{sfn|Hamilton|2013|p=39}} tetapi catatan sejarah [[Islandia]] tidak menyebutkan adanya letusan gunung berapi pada sekitar tahun 1250. Ditambah lagi, pada tahun 1988 ditemukan bahwa sampel es dari [[Antarktika]] (tepatnya dari [[Byrd Station]] dan [[Kutub Selatan]]) juga mengandung jejak peningkatan sulfat dari kurun waktu yang sama dengan jejak dari Greenland.{{sfn|Hammer|Clausen|Langway|1988|p=104}} Lonjakan sulfat serupa juga ditemukan pada sampel es dari [[Pulau Ellesmere]], Kanada.{{sfn|Hammer|Clausen|Langway|1988|p=106}} Luasnya cakupan jejak sulfat Samalas membuat para ahli geologi menjadikannya sebagai penanda [[stratigrafi]]s bahkan sejak sebelum sumber letusannya diketahui.<ref name="OsipovaShibaev2014" />
 
Sampel-sampel es ini mengindikasikanmengisyaratkan lonjakanpeningkatan deposit sulfat yang tinggi, diikuti dengan timbunan tefra,{{sfn|Narcisi|Petit|Delmonte|Batanova|2019|p=165}} dalam kurun waktu antara tahun 1257<ref name="Auchmann2015"/> hingga 1259.{{sfn|Narcisi|Petit|Delmonte|Batanova|2019|p=165}} Jejak lonjakan sulfat ini merupakan yang terbesar{{efn|Jejak lonjakan sulfat dari sekitar tahun 44 SM dan 426 SM, yang ditemukan di kemudian hari, memiliki ukuran yang sebanding.<ref name="Sigl2015"/>}} selama 7.000 tahun dan berukuran dua kali lebih besar daripada jejak yang dihubungkan dengan [[Letusan Tambora 1815|letusan Gunung Tambora pada tahun 1815]].<ref name="Auchmann2015"/> Dalam sebuah kajian dari tahun 2003, volume ekuivalensi batuan padat bagi letusan ini diperkirakanditaksir berkisar antara {{convert|200|km3}} hingga {{convert|800|km3}},{{sfn|Oppenheimer|2003|p=419}} walaupun volume sebenarnya bisa jadi lebih kecil, hanya saja kaya akan sulfur.{{sfn|Oppenheimer|2003|p=419–420}} Letusan ini diperkirakan berasal dari wilayah [[Cincin Api Pasifik|Cincin Api]],{{sfn|Campbell|2017|p=113}} walaupun pada awalnya gunung yang menjadi sumber letusan ini belum dapat diketahui secara pasti.<ref name="Science2013"/> Awalnya, Gunung [[Tofua]] di Tonga diusulkan sebagai sumber, tetapi usulan ini ditolak karena letusan Tofua dianggap terlalu kecil untuk menghasilkan jejak-jejak sulfat dari tahun 1257.<ref name="Caulfield2011"/> Sementara, letusan Gunung [[Harrat Rahat|Harrat al-Rahat]] dekat [[Madinah]] pada tahun 1256 dianggap terlalu awal dan terlalu kecil untuk memicu timbunan sulfat sebesar ini.{{sfn|Stothers|2000|p=361–362}} Kajian lain mengusulkan skenario letusan beberapa gunung berapi secara bersamaan.{{sfn|Brovkin|Lorenz|Jungclaus|Raddatz|2010|p=675}} Diameter kaldera hasil letusan diperkirakan berukuran sekitar {{convert|10|-|30|km}},{{sfn|Oppenheimer|2003|p=424}} dan letaknya diperkirakan berada di dekat [[khatulistiwa]].{{sfn|Hammer|Clausen|Langway|1988|p=107}}
 
Awalnya, tidak ditemukan anomali cuaca yang dapat dihubungkan secara pasti dengan lapisan sulfat tahun 1257,{{sfn|Oppenheimer|2003|p=422}}<ref name="Zielinski1995" /> tetapi pada tahun 2000{{sfn|Oppenheimer|2003|p=422}} laporan mengenai fenomena-fenomena cuaca khas akibat letusan gunung berapi{{sfn|Hamilton|2013|p=39}} ditemukan dalam catatan Abad Pertengahan dari belahan bumi utara.<ref name="Science2013"/>{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16742}} Sebelumnya, perubahan pola cuaca juga dilaporkan dalam kajian-kajian [[Dendrokronologi#Cincin pertumbuhan|lingkar pohon]] dan rekonstruksi cuaca.{{sfn|Oppenheimer|2003|p=422}}<!---The deposits showed that climate disturbances reported at that time were due to a volcanic event, the global spread indicating a tropical volcano as the cause.<ref name="Reid2016"/>-->
 
Teori bahwa Gunung Samalas/Rinjani merupakan sumber letusan ini pertama kali disuarakan pada tahun 2012, sebab calon-calon sumber letusan lainnya – Gunung [[El Chichón]] dan [[Quilotoa]] – tidak cocok dengan unsur kimiawi penyusun lapisan-lapisan sulfat yang telah ditemukan.<ref name="Witze2012"/> Kurun waktu dan ukuran letusan ini juga tidak sesuai dengan data dari El Chichon dan Quilotoa, begitu juga dengan data dari calon lainnya, Gunung [[Mount Tarawera|Okataina]].{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16742}} {{quote box|width=15em|align=right|quote=Seluruh rumah hancur dan tersapu habis, mengambang di lautan, dan banyak orang yang mati.|author=''Babad Lombok''|source={{sfn|Hamilton|2013|pp=39–40}}}} Kaitan antara letusan Samalas dengan kejadian-kejadian ini dipastikan pada tahun 2013<ref name="Science2013"/> berdasarkan [[penanggalan radiokarbon]] pohon-pohon di Lombok{{sfn|Hamilton|2013|p=40}} serta bukti sejarah ''Babad Lombok'' yang dituliskan di atas [[daun lontar|dedaunan lontar]] dalam [[bahasa Jawa Kuno]].<ref name="Science2013"/> ''Babad Lombok'' mengisahkan sebuah letusan katastropis yang terjadi di Lombok sebelum sebelum akhir abad ke-13.{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16743}} Temuan-temuan ini meyakinkan [[Franck Lavigne]] (ahli ilmu bumi dari [[Pantheon-Sorbonne University]]<ref name="UPI2012" />), yang telah mencurigai gunung berapi di Lombok sebagai sumber letusan, untuk menyimpulkan bahwa Samalas-lah pelakunya.{{sfn|Hamilton|2013|p=39}} Peran letusan Samalas dalam anomali cuaca global juga telah dipastikan dengan perbandingan [[geokimia]] antara pecahan sampel es serta deposit erupsi di Lombok.<ref name="Reid2016"/> Kajian lanjutan yang menemukan kesamaan geokimia antara tefra yang ditemukan dalam sampel es kutub dengan hasil letusan Samalas juga turut memperkuat temuan ini.{{sfn|Narcisi|Petit|Delmonte|Batanova|2019|p=168}}