Kartini: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Taan Prof (bicara | kontrib)
k →‎Pemikiran: sedikit merapikan
Baris 58:
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan [[bumiputra]] saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.
 
Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang.<!--== Catatan Pinggir ==
 
<!--== Catatan Pinggir ==
Mengenai Kartini ada satu hal menarik yang jarang dikemukakan pada publik. Dalam surat yang dikirim oleh R.A.Kartini pada 27 Oktober 1902 kepada nyonya R.M.Abendanon-Mandri seperti yang dimuat dalam buku ''Door Duisternis tot Licht'',
 
Baris 82 ⟶ 80:
 
== Buku ==
 
* '''Habis Gelap Terbitlah Terang'''
[[Berkas:Habis gelap terbitlah terang.jpg|jmpl|180px|Sampul buku versi Armijn Pane.]]