Matematika Islam: Perbedaan antara revisi

K.H. Fahmi Basya melakukan penelitian mengenai Al-Qu'ran sejak tahun 1972<ref name=satu>K.H. Fahmi Basya. Oktober 2004. "Matematika Islam: Sebuah Pendekatan Rasional untuk Yaqin". Penerbit Republika. [[ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/9793210400|9793210400]].</ref> dan matematika Islam baru ia rumuskan pada tahun 1982.<ref name=its>Institut Teknologi Sepuluh November. 22 Desember 2005. [http://old.its.ac.id/berita.php?nomer=2398 Fahmi Basya: Kita selalu Dibombardir dengan Angka 19].</ref>

Pada awalnya, Fahmi mengemukakan ide Matematikamatematika Islam melalui berbagai selebaran, seminar, dan stadium general. Pada tahun 2002, idenya dipakai sebagai salah satu mata kuliah di UIN Syarif Hidayatullah. Selanjutnya, ia diminta sebagai penceramah untuk mengenalkan konsep Matematikamatematika Islam di sebuah stasiun televisi swasta.<ref name=its/>

Menurut K.H. [[Fahmi Basya]], Matematikamatematika Islam ialah [[Matematikamatematika]] yang menjadikan [[Al-Qur'an]] dan [[Sunnah]] Nabi sebagai postulat.<ref name=satu/>

Dalam Matematikamatematika Islam, seseorang tidak lagi perlu membuktikan suatu data yang datang dari [[Allah]] dan Rasul-Nya, sekalipun nanti dalam perjalanannya, Matematikamatematika Islam seolah membuktikan kebenaran [[sunnah|sunnah-sunnah]] [[Nabi Muhammad|Nabi]].<ref name=satu/>

Data bilangan dari AlQuranAl-Qur'an dan Nabi diolah dan dibuat model matematikanya, seperti: Pilar Al-Quran, Permata [[Salat]], Roda Gigi Salat, dan lain-lain.<ref name=satu/>

Dalam sebuah seminar di [[Institut Teknologi Sepuluh Nopember]], [[Surabaya]], Fahmi memberikan gambaran bahwa sesungguhnya di dalam Al-Quran terkandung rahasia-rahasia yang harus dipikirkan oleh umat manusia, salah satunya adalah rahasia angka dalam [[Al-Quran]]. Ia menjelaskan bahwa angka yang paling sering banyak muncul di dalam Al-Quran adalah angka 19, yang didapat dari berbagai perhitungan, misalnya adalah jumlah dari bacaan ''basmalah'' yang berjumlah 19 huruf. Dari kesimpulannya, angka [[19]] adalah sebuah [[aksioma]] dalam [[Al-Quran]].<ref name=its/>

Berdasarkan Matematikamatematika Islam, Fahmi Basya memperlihatkan hubungan antara gerakan [[sholat|salat]] gerhana dengan posisi [[gerhana]]. Dari sana didapatkan bahwa ''ruku'' dapat didefinisikan sebagai gerakan 90 derajat. Jika ''ruku'' adalah 90 derajat, sujud adalah 135 derajat, dan berdiri tegak adalah nol derajat, dalam satu ''[[rakaat]]'' seseorang telah menyelesaikan satu putaran penuh atau 360 derajat. Selain itu, bacaan takbir yang diucapkan pada 29 kali salat tarawih dan witir ditambah salat Ied maka akan ditemukan bilangan 1786, yang jika dibagi 19 adalah 94. Angka 94 juga menjadi jumlah kalimat takbir dalam lima kali salat dalam sehari. Bagi Fahmi, riset yang mendalam terhadap fenomena-fenomena menarik ini akan dapat memperkuat rasa iman kepada Allah.<ref name=its/>

Dalam buku "Matematika Islam 3", KH [[Fahmi Basya]] menyatakan bahwa Candi [[Borobudur]] adalah peninggalan [[Nabi Sulaiman]] di tanahTanah [[Jawa]]. Ia menyebutkan beberapa ciri-ciri Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan Nabi Sulaiman, seperti hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya kekuasaan Saba ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, dan lain-lain.<ref name=pos>Saad Saefullah. 31 Juli 2013. Islam Pos, [http://www.islampos.com/candi-borubudur-peninggalan-nabi-sulaiman-71714/ Candi Borubudur; Peninggalan Nabi Sulaiman?].</ref> Melalui hitungan matematika Islam dan Sain Alquran yang dipahaminyaIslamnya, KH Fahmi Basya memaparkan 40 fakta-faktaargumen eksakbahwa daya jelajah para Nabi yang ternyata sampai ke Nusantara.<ref>Suaranews. 2013. [http://www.suaranews.com/2013/04/sains-temuan-baru-dari-kh-fahmi-basya.html Sains Temuan Baru Dari KH Fahmi Basya, Bahwa Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman].</ref>

* [[Matematikamatematika Islam abad pertengahan]]