Hanung Bramantyo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib) + |
Hanamanteo (bicara | kontrib) + |
||
Baris 25:
Pada [[Festival Film Indonesia 2005]], ia terpilih sebagai Sutradara Terbaik lewat film arahannya, ''[[Brownies (film)|Brownies]]''. Ia juga dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik untuk film cerita lepasnya, ''[[Sayekti dan Hanafi]]'', namun kalah oleh [[Guntur Soehardjanto]]. Pada [[Festival Film Indonesia 2007]] ia kembali menyabet penghargaan Sutradara Terbaik melalui filmnya ''[[Get Married]]''.
== Karier ==
Pada 2018, Hanung akan menyutradarai ''Tersanjung'' yang dibuat ulang dari [[Tersanjung|sinetron berjudul sama]], menandai kerja sama dengan [[Tripar MVP|MVP Pictures]] setelah ''[[Sang Pencerah]]'' (2010), ''[[Cinta tapi Beda]]'' (2012), ''[[Soekarno: Indonesia Merdeka]]'' (2013), dan ''[[Hijab (film)|Hijab]]'' (2015).<ref>{{cite news|url=https://beritagar.id/artikel/seni-hiburan/mvp-pictures-siapkan-8-film-baru-dari-berbagai-genre|title=MVP Pictures siapkan 8 film baru dari berbagai genre|website=Beritagar|date=25 Februari 2018|accessdate=19 November 2019}}</ref> Hanung juga akan menyutradarai film ''Ibu, Doa yang Hilang'' yang dialih wahana dari [[Ibu, Doa yang Hilang|novel berjudul sama]].<ref>{{cite news|url=https://www.antaranews.com/berita/780212/hanung-bramantyo-garap-film-adaptasi-novel-ibu-doa-yang-hilang|title=Hanung Bramantyo garap film adaptasi novel "Ibu, Doa yang Hilang"|website=Antara|date=21 Desember 2018|accessdate=19 November 2019}}</ref> Hanung sempat ditawari [[Falcon Pictures]] untuk menyutradarai film yang dibuat ulang dari ''[[Miracle in the Cell No. 7]]'' (2013) serta film yang dialih wahana dari ''[[Harimau! Harimau!]]''.<ref>{{cite news|last=Bramantyo|first=Hanung|url=https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20190822210057-221-423920/kenapa-film-bumi-manusia-harus-saya|title=Kenapa Film Bumi Manusia Harus Saya?|website=CNN Indonesia|date=24 Agustus 2019|accessdate=24 Agustus 2018}}</ref> Hanung mengaku tertarik untuk memfilmkan sekuel ''[[Bumi Manusia (film)|Bumi Manusia]]'', yaitu ''[[Anak Semua Bangsa]]'', ''[[Jejak Langkah]]'', dan ''[[Rumah Kaca (novel)|Rumah Kaca]]'', tetapi semua itu bergantung terhadap Frederica yang menganggap proyek lanjutan itu harus mempertimbangkan tanggapan penonton atas ''Bumi Manusia''.<ref>{{cite news|last=Hasan|first=Akhmad Muawal|url=https://tirto.id/hanung-bramantyo-tertarik-memfilmkan-keempat-novel-tetralogi-buru-edCU|title=Hanung Bramantyo Tertarik Memfilmkan Keempat Novel Tetralogi Buru|website=Tirto|date=4 Juli 2019|accessdate=15 Agustus 2019}}</ref> ''Bumi Manusia'' direncanakan menjadi film pertama dari trilogi.<ref>{{cite news|last=Setiawan|first=Tri Susanto|editor=Kistyarini|url=https://entertainment.kompas.com/read/2019/08/13/204957110/hanung-bramantyo-bumi-manusia-kemungkinan-akan-jadi-trilogi|title=Hanung Bramantyo: Bumi Manusia Kemungkinan Akan Jadi Trilogi|website=Kompas|date=13 Agustus 2019|accessdate=31 Oktober 2019}}</ref>
== Kontroversi ==
===
Saat dirilis, film ini disambut dengan kontroversi di Indonesia karena dianggap melakukan kritikan kontra produktif atas tradisi Islam [[konservatif]] yang masih dipraktikkan dalam banyak [[pesantren]] di [[Indonesia]] saat film ini dirilis. Salah seorang dari pengurus [[Majelis Ulama Indonesia]] memberikan tanggapan berupa menyarankan supaya film ini ditarik dari edaran agar diubah sebagaimana keinginannya.<ref>[http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/02/090206_woman_turban.shtml BBC World]: ''Film timbulkan kontroversi''. 6 Februari 2009. Diakses pada 9 Februari 2009</ref> [[Abidah El Khalieqy]], penulis novel dan film ''[[Perempuan Berkalung Sorban]]'', dalam sebuah [[wawancara]] bersama kru film ini mengutarakan bahwa tema novel yang ditulisnya tersebut pada intinya adalah tentang pemberdayaan wanita.<ref>"Kharisma Starvision Plus". 2009. "Di Balik Layar Perempuan Berkalung Sorban". Fitur rilis DVD.</ref>
===
Salah satu filmnya yang kontroversial adalah "Tanda Tanya (?)" yang mempertanyakan tentang intoleransi<ref>{{cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/04/10/questioning-intolerance.html |title=Questioning intolerance |date=April 10, 2011}}</ref> di mana Front Pembela Islam memprotesnya dan Hanung telah menemui Majelis Ulama Indonesia dan menyetujui memotong beberapa bagian filmnya.<ref>{{cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/08/29/gp-ansor-regrets-sctvs-decision-cancelling-film-screening.html |title=GP Ansor regrets SCTV's decision of cancelling film '?' screening |date=August 29, 2011}}</ref> Walaupun begitu filmnya yang menyajikan kemoderenan dan kedamaian dalam Islam mendapat sambutan yang baik di [[Singapura]], [[Australia]] dan [[Kanada]].<ref>{{cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/09/21/hanung’s-film-‘’-well-received-overseas.html |title=Hanung’s film ‘?’ well received overseas |date=September 21, 2011}}</ref>
===
Setelah beberapa hari tayang di bioskop secara nasional, film ini sempat menuai protes, khususnya dari masyarakat [[Minangkabau]]. Bahkan, sebuah forum persatuan masyarakat [[Minangkabau]] melaporkan Hanung Bramantyo selaku [[sutradara]] film ini ke Polda Metro Jaya berkenaan dengan Pasal 156 KUHP Jo Pasal 4 dan 16 UU.N0.40/2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis tentang larangan perbuatan menanamkan kebencian terhadap salah satu suku, etnis, agama, dan golongan dalam wilayah hukum Indonesia dan tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Pasalnya pengangkatan tokoh perempuan yang bermukim di [[Padang]] yang non-muslim dianggap menyinggung masyarakat [[Minangkabau]] yang identik dengan agama [[Islam]]. Untuk mengklarifikasi kontroversi ini, melalui akun twitter-nya, Hanung Bramantyo menjelaskan bahwa tokoh Diana tidak disebutkan sebagai gadis [[Minangkabau]], ia jelas-jelas menggunakan Salib dan keluarga Diana memiliki kegemaran akan makanan Babi Rica-rica. Sesungguhnya tokoh ini merupakan warga pendatang yang tinggal dan besar di [[Padang]] dan menunjukkan keberagaman masyarakat Padang.<ref>{{cite web |url=http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=39169 |title=Film ”Cinta Tapi Beda” Dilaporkan Zulhendri: Langgar HAM Orang Minang |date=January 9, 2014}}</ref><ref>{{cite web |url=http://archive.tabloidbintang.com/berita/gosip/61732-soal-film-cinta-tapi-beda-,-hanung,-agni-pratistha,-dan-raam-punjabi-akan-dipolisikan.html |title=Soal Film "Cinta Tapi Beda", Hanung, Agni Pratistha, dan Raam Punjabi Akan Dipolisikan |accessdate=January 22, 2014}}</ref> Hanung Bramantyo juga menyayangkan banyaknya protes yang datang dari masyarakat yang bahkan belum menonton sendiri film ini.<ref>http://www.tabloidnova.com/Nova/Selebriti/Aktual/Film-Cinta-Tapi-Beda-Ditarik-di-Tasikmalaya</ref>
===
Pada bulan September 2013, puteri dari Soekarno, [[Rachmawati Soekarnoputri|Rachmawati]] mengkritik bahwa film ini tidak cocok menampilkan [[Ario Bayu]] berperan sebagai Soekarno.
Ia menganggap aktor [[Anjasmara]] lebih layak memerankan tokoh tersebut.<ref>{{cite web|first=Ichsan |last=Suhendra|url=http://entertainment.kompas.com/read/2013/09/14/1039554/Rachmawati.Tolak.Film.Soekarno.Indonesia.Merdeka. |title=Rachmawati Tolak Film Soekarno: Indonesia Merdeka |publisher=Kompas |date=September 14, 2013 |accessdate=November 4, 2013}}</ref>
|