Danau Bandung Purba: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Orolenial (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
DriftingPangea (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 24:
== Luas ==
Dalam perkiraan, luas Situ Hiang (Danau Bandung) dari Cicalengka di timur sampai Padalarang di arah barat yang memiliki panjang sekitar 50 km. Dari bukit Dago di utara sampai ke batas Soreang-Ciwidey di selatan berjarak 30 km. Dalam perkiraan, luas keseluruhan bandung mencapai hampir 3x lebih besar dari [[DKI Jakarta]].
 
== Sejarah ==
[[Van Bemmelen]], 1935, meneliti sejarah geologi Bandung. Pengamatan dilakukan terhadap singkahan batuan dan bentuk morfologi dari gunung api - gunung apj di sekitar Bandung. Penelitian yang dilakukan berhasil mengetahui bahwa danau Bandung terbentuk karena pembendungan [[Sungai Citarum]] purba. Pembendungan ini disebabkan oleh pengaliran gunung api masal dari letusan dahsyat gunung [[Tangkuban Parahu]] yang didahului pleh runtuhnya Gunung Sunda Purba di sebelah barat laut Bandung dan pembentukan kaldera di mana di dalamnya Gunung Tangkuban Parahu tumbuh.
 
Van Bemmelen secara rinci menjelaskan sejarah geologi Bandung dimulai pada zaman [[Miosen]] (20 juta tahun yang lalu). Saat jtu daerah Bandung utara merupakan laut, terbukti dengan fosil koral yang membentuk terunbu karabg sepanjang punggungan bukit Rajamandala. Kondisi sekarang, terumbu tersebut menjadi [[batu kapur]] dan ditambang sebagai [[marmer]] yang berpolakan fauna purba.
 
Bukit pegunungan api diyakini masih berada di daerah sekitar [[Pegunungan Selatan Jawa Barat|Pegunungan Selatan Jawa]]. Sekitar 14 sampai 2 juta tahun yang lalu, laut diangkat secara tektonik dan menjadi daerah pegunungan yang kemudian 4 juta tahun yang lalu dilanda dengan aktititas gunung api yang menghasilkan bukit-bukit yang menjurus utara selatan antara Bandung dan Cimahi, antara lain [[Pasir Selacau]]. Pada 2 juta tahun yang lalu aktivitas vulkanik ini bergeser ke utara dan membentuk gunung api purba yang dinamai Gunung Sunda, yang diperkirakan mencapai ketinggian sekitar 3000 mdpl. Sisa gunung raksasa ini sekarang adalah punggung bukit.
 
Sekutar [[Situ Lembang]] (salah satu kerucut sampingan sekarang disebut Gunung Sunda) dan [[Gunung Burangrang]] diyakini sebagai salah satu kerucut sampingan dari Gunung Sunda Purba ini. Sisi lain dari Gunung Sunda purba ini terdapat di sebelah utara Bandung, khususnya sebelah timur [[Sungai Cikapundung]] sampai [[Gunung Manglayang]], yang oleh van Bemmelen (1935 - 1949) disebut sebagai [[Blok Pulasari]]. Pada lereng ini terutama di temukan situs-situs artefak ini, yang diteliti lebih lanjut oleh Roptzlev pada zaman Jepang dan pendudukan Belanda di Masa [[Perang Kemerdekaan Indonesia|Perang Kemerdekaan]]. Sisa lain dari Gunung Sunda purba ini adalah [[Bukit Putri]] di sebelah timur laut) Lembang.
 
Gunung Sunda Purba itu kemudian runtuh, dan membentum suatu kaldera (kaeah besar yang berukuran 5 - 10 km) yang ditengahnya lahir Gunung Tangkuban Parahu, yang disebut dari Erupsi A dari Gunung Tangkuban Parahu, bersamaan pula dengan terjadinya [[Patahan Lembang]] sampai [[Gunung Manglayang]], dan memisahkan dataran tinggi Lembang dari dataran tinggi Bandung. Kejadian ini diperkirakan van Bemmelen terjadi sekitar 11.000 tahun yang lalu.
 
Suatu erupsi catalysmic kedua terjadi sekitar 6000 tahun yang lalu berupa suatu banjir abu panas yang melands bagian utara Bandung (lereng Gunung Sunda Purba) sebelah barat Sungai Cikapundung sampai sekitar [[Padalarang, Bandung Barat|Padalarang]] di mana Sungai Citarum Purba mengalir ke luar dataran tinggi Bandung. Banjir abu vulkanik ini menyebabkan terbendungnya Sungai Citarum Purba, dan terbentuklah Danau Bandung.
 
Tahun 90-an, Dam dan Suparan (1992) dari [[Direktorat Tata Lingkungan Departemen Pertambangan]] mengungkapkan sejarah geologi dataran tinggi Bandung. Penelitian ini menggunakan teknologi canggih seperti metoda penanggalan pentalikhan radiometri dengan isotop C-14 dan metode U/TH disequilibirum. Dam melakukan pengamatan terhadap perlapisan endapan sediman Danau Bandung dari 2 bor masing-masing sedalam 60 m di [[Bojongsoang, Bandung|Bojongsoang]] dan sedalam 104 m di [[Sukamanah, Rongga, Bandung Barat|Sukamanah]]; melakukan pentarikhab dengan metoda isotop C-14 dan 1 metoda U/TH disequilibirum; dan pengamatan singkap dan bentuk morfologi di sekitar Bandung. Berbeda dengan Sunardi (1997) yang mendasarkan penelitiannya atas pengamatan paleomagmatisme dan pentalikhan radio metri dengan metode K-Ar.<ref>{{Cite web|url=http://smamuhammadiyahtasikmalayasosiologi.blogspot.com/2013/04/sejarah-danau-bandung.html|title=GEOGRAFI-IWAN: Sejarah Danau Bandung|last=Unknown|date=2013-04-12|website=GEOGRAFI-IWAN|access-date=2019-11-07}}</ref>
 
== Pranala luar ==