Ibnu Batutah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
para pengkaji ini adalah hanya orang orang yang mengenyam pendidikan, mereka tidak dikenal dan berwatak culas
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 116.206.14.11) dan mengembalikan revisi 15015303 oleh Japra Jayapati
Baris 194:
Setelah pulang ke kampung halaman pada 1354, atas anjuran [[Abu Inan Faris|Sultan Abu Inan Faris]], penguasa Maroko dari [[Banu Marin|Bani Marin]], Ibnu Batutah meriwayatkan petualangan-petualangannya kepada [[Ibnu Juzay]], seorang alim yang pernah ia jumpai di Granada. Riwayat yang disusun oleh Ibnu Juzay inilah satu-satunya sumber informasi tentang petualangan-petualangan Ibnu Batutah. Judul lengkap dari naskah yang disusun oleh Ibnu Juzay ini adalah ''Hadiah Bagi Para Pemerhati Negeri-Negeri Aneh dan Pengalaman-Pengalaman Ajaib'' ({{lang-ar|تحفة النظار في غرائب الأمصار وعجائب الأسفار}}, ''Tuḥfatun Nuẓẓār fī Gharāʾibil Amṣār wa ʿAjāʾibil Asfār''),<ref name="M-S hlm. ix"/>{{efn|Sejarawan Amerika, Ross E. Dunn menerjemahkannya dengan kalimat yang agak kaku sebagai ''Hadiah Bagi Para Pengamat Keganjilan-Keganjilan Kota-Kota Besar dan Keajaiban-Keajaiban yang Dialami Dalam Pengembaraan''.<ref>hlm. 310</ref>}} namun seringkali hanya disebut ''Lawatan'' ({{lang-ar|الرحلة}}, ''Ar-Rihlah'').<ref name="9–10 Jld. 1"/> ''Ar-Rihlah'' sebenarnya adalah sebutan bagi salah satu [[rihlah|ragam baku dari karya tulis dalam sastra Arab]].
 
Tidak ada indikasi bahwa Ibnu Batutah mencatat sendiri pengalaman-pengalaman selama dua puluh sembilan tahun bertualang.{{efn|Meskipun ia pernah meriwayatkan bahwa beberapa catatannya hilang dirampok orang<ref name=Picador>{{cite book|last1=Battutah|first1=Ibn|title=The Travels of Ibn Battutah|date=2002|publisher=Picador|location=London|isbn=9780330418799|pages=141}}</ref>}} Manakala meriwayatkan kembali petualangan-petualangannya untuk dicatat oleh Ibnu Juzay, Ibnu Batutah hanya mengandalkan ingatannya, dibantu naskah-naskah yang dihasilkan oleh para musafir terdahulu. Ibnu Juzay tidak menyebutkan sumber-sumber rujukannya, dan menyajikan sejumlah keterangan yang dikutip dari naskah-naskah lain seakan-akan ia dengar langsung dari mulut Ibnu Batutah. Manakala menuliskan uraian tentang Damaskus, Mekah, Madinah, dan beberapa tempat lain di Timur Tengah, ia jelas-jelas menyalin ayat-ayat dari catatan musafir [[Andalusia]], [[Ibnu Jubair]], yang ditulis lebih dari 150 tahun sebelumnya.<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|pp=313–314}}; {{harvnb|Mattock|1981}}</ref> Demikian pula sebagian besar uraian Ibnu Juzay tentang tempat-tempat di Palestina sebenarnya disalin dari catatan perjalanan seorang musafir abad ke-13 yang bernama [[Muhammad al-Abdari al-Hihi|Muhammad Al-Abdari]].<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|pp=63–64}}; {{Harvnb|Elad|1987}}</ref>
[[Kajian oriental|Para pengkaji]] percaya bahwa Ibnu Batutah benar-benar pernah berkunjung ke tempat-tempat yang diriwayatkannya. Mereka tidak berpendapat bahwa Ibnu Batutah mengandalkan kabar angin dan tidak pula mengutip riwayat-riwayat perjalanan para musafir terdahulu dalam menyajikan gambaran komprehensif dari tempat-tempat di Dunia Islam. Ibnu Batutah melakukan perjalanan memudiki [[Sungai Volga]] dari [[Sarai (kota)|Kota Sarai Baru]] menuju [[Bolgar]] sangatlah mungkin<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=179}}; {{Harvnb|Janicsek|1929}}</ref> dan sejumlah perjalanan lain yang ia riwayatkan sangat sesuai kebenarannya, misalnya perjalanan ke [[Sana'a|Kota Sana]] di Yaman,<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=134 Keterangan 17}}</ref> perjalanan dari [[Balkh]] menuju [[Bistam]] di [[Khorasan Raya|Khorasan]]<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=180 Keterangan 23}}</ref> dan perjalanan keliling Anatolia.<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=157 Note 13}}</ref> Riwayat Ibnu Batutah tentang seorang tokoh [[Orang Magribi|Magribi]] bernama "Abu Al-Barakat Si Orang Berber" yang menyebarkan agama Islam di Maladewa pun tidak bertentangan dengan riwayat dalam "Tarikh", catatan sejarah resmi Maladewa, dan [[Islam di Maladewa|masyarakat Maladewa masuk Islam]] setelah menyaksikan mukjizat yang diperbuat oleh seorang tokoh [[Tabriz]]i bernama Maulana Syekh Yusuf Syamsudin sesuai fakta.<ref name="Visweswaran2011">{{cite book|author=Kamala Visweswaran|title=Perspectives on Modern South Asia: A Reader in Culture, History, and Representation|url=https://books.google.com/books?id=m-EYXNnvMugC&pg=PA164&dq=candles+ships+jinn&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjUl5DJyuPOAhUGXR4KHZmrBLEQ6AEIPTAG#v=onepage&q=candles%20ships%20jinn&f=false|date=6 Mei 2011|publisher=John Wiley & Sons|isbn=978-1-4051-0062-5|pages=164–|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170119120452/https://books.google.com/books?id=m-EYXNnvMugC&pg=PA164&dq=candles+ships+jinn&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjUl5DJyuPOAhUGXR4KHZmrBLEQ6AEIPTAG#v=onepage&q=candles%20ships%20jinn&f=false|archivedate=19 Januari 2017|df=dmy-all}}</ref> Beberapa pengkaji juga malah meragukan apakah ia benar-benar pernah berkunjung ke Tiongkok.<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|pp=253 and 262 Keterangan 20}}</ref> Seluruh pengalaman dan penggambaran tentang Negeri Tiongkok mungkin saja dijiplak Ibnu Batutah dari karya-karya pujangga lain seperti "Masalikul Absar fi Mamalikul Amsar" karya [[Syihab Al-Umari]], karya tulis [[Sulaiman At-Tajir]], dan mungkin pula dari karya-karya [[Ata-Malik Juwaini|Al-Juwaini]], [[Rashid-al-Din Hamadani|Rasyidudin]], dan dari salah satu [[Romansa Aleksander|hikayat Aleksander Agung ( pengkaji pengkaji tersebut adalah orang orang yang fasik dan tidak dikenal.]]). Selain itu, riwayat Ibnu Batutah dan catatan perjalanan Marco Polo memiliki kemiripan bagian dan tema, bahkan beberapa ulasannya pun mirip. Agaknya mustahil pula bahwasanya ada seorang tokoh dengan nama yang persis sama dengan nama khalifah ketiga, yakni [[Utsman bin Affan]], pernah bertemu dengan Ibnu Batutah di Negeri Tiongkok, sebagaimana yang diriwayatkannya.<ref name="ElgerKöse2010">{{cite book|author1=Ralf Elger|author2=Yavuz Köse|title=Many Ways of Speaking about the Self: Middle Eastern Ego-documents in Arabic, Persian, and Turkish (14th-20th Century)|url=https://books.google.com/books?id=7xMDvp2ypVcC&pg=PA79#v=onepage&q&f=false|year=2010|publisher=Otto Harrassowitz Verlag|isbn=978-3-447-06250-3|pages=79–82|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20171211081104/https://books.google.com/books?id=7xMDvp2ypVcC&pg=PA79#v=onepage&q&f=false|archivedate=11 Desember 2017|df=dmy-all}}</ref> Namun andaikata tidak sepenuhnya disusun berdasarkan pengalaman pribadinya, ''Ar-Rihlah'' Ibnu Batutah tetap saja merupakan sebuah karya tulis yang berisi keterangan-keterangan penting mengenai keadaan dunia pada abad ke-14. Ibnu Batutah pernah menikmati layanan budak-budak pemuas syahwat, misalnya ketika ia masih tinggal di Delhi.<ref name="Gordon2009">{{cite book|author=Stewart Gordon|title=When Asia was the World|url=https://books.google.com/books?id=sSn_AgAAQBAJ&pg=PA114&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjOvaee78zQAhVE4oMKHdA6B7wQ6AEILzAD|year=2009|publisher=Perseus Books Group|isbn=978-0-306-81739-7|pages=114–}}</ref><ref name="Picador" />{{rp|111-113,137,141,238}} Ia pernah menikahi dan menceraikan sejumlah perempuan, serta menghasilkan keturunan dengan budak-budak pemuas syahwat di Malabar, Delhi, dan Bukhara.<ref name="Pearson2003">{{cite book|author=Michael N. Pearson|title=The Indian Ocean|url=https://books.google.com/books?id=deL2XkY8YeoC&pg=PT133&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj6293jxc3QAhVGQCYKHYhNBag4ChDoAQghMAE|date=2 September 2003|publisher=Routledge|isbn=978-1-134-60959-8|pages=}}</ref> Ibnu batutah mencela orang-orang Yunani sebagai "musuh Allah", "pemabuk", dan "pemakan babi", namun ketika berada di Efesus, ia justru membeli dan meniduri seorang gadis Yunani, salah seorang dari sekian banyak budak pemuas syahwat miliknya yang tersebar di seluruh Bizantium, Khorasan, Afrika, dan Palestina.<ref name="Dalrymple2003">{{cite book|author=William Dalrymple|title=City of Djinns: A Year in Delhi|url=https://books.google.com/books?id=GVvUJVmVr8kC&printsec=frontcover&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiu6bPHys3QAhVDSyYKHZPgAQU4FBDoAQhKMAg|date=25 Maret 2003|publisher=Penguin Publishing Group|isbn=978-1-101-12701-8}}</ref> Dua dasawarsa telah berlalu sebelum ia kembali dan menelisik kabar tentang salah seorang istri beserta anaknya di Damaskus.<ref name="Hammer1999">{{cite book|author=Kate S. Hammer|title=The Role of Women in Ibn Battuta's Rihla|url=https://books.google.com/books?id=KTceAQAAMAAJ&q=battuta+slave+girl+damascus&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj6293jxc3QAhVGQCYKHYhNBag4ChDoAQgnMAI|year=1999|publisher=Indiana University|page=45}}</ref>
 
[[Kajian oriental|Para pengkaji]] tidak percaya bahwa Ibnu Batutah benar-benar pernah berkunjung ke tempat-tempat yang diriwayatkannya. Mereka tidak berpendapat bahwa Ibnu Batutah mengandalkan kabar angin dan tidak pula mengutip riwayat-riwayat perjalanan para musafir terdahulu dalam menyajikan gambaran komprehensif dari tempat-tempat di Dunia Islam. Sebagai contoh, sangat mustahil Ibnu Batutah melakukan perjalanan memudiki [[Sungai Volga]] dari [[Sarai (kota)|Kota Sarai Baru]] menuju [[Bolgar]] sangatlah mungkin,<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=179}}; {{Harvnb|Janicsek|1929}}</ref> dan sejumlah perjalanan lain yang ia riwayatkan sangat sesuaidiragukan kebenarannya, misalnya perjalanan ke [[Sana'a|Kota Sana]] di Yaman,<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=134 Keterangan 17}}</ref> perjalanan dari [[Balkh]] menuju [[Bistam]] di [[Khorasan Raya|Khorasan]]<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=180 Keterangan 23}}</ref> dan perjalanan keliling Anatolia.<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|p=157 Note 13}}</ref> Riwayat Ibnu Batutah tentang seorang tokoh [[Orang Magribi|Magribi]] bernama "Abu Al-Barakat Si Orang Berber" yang menyebarkan agama Islam di Maladewa pun tidak bertentangan dengan riwayat dalam "Tarikh", catatan sejarah resmi Maladewa, danbahwasanya [[Islam di Maladewa|masyarakat Maladewa masuk Islam]] setelah menyaksikan mukjizat yang diperbuat oleh seorang tokoh [[Tabriz]]i bernama Maulana Syekh Yusuf Syamsudin sesuai fakta.<ref name="Visweswaran2011">{{cite book|author=Kamala Visweswaran|title=Perspectives on Modern South Asia: A Reader in Culture, History, and Representation|url=https://books.google.com/books?id=m-EYXNnvMugC&pg=PA164&dq=candles+ships+jinn&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjUl5DJyuPOAhUGXR4KHZmrBLEQ6AEIPTAG#v=onepage&q=candles%20ships%20jinn&f=false|date=6 Mei 2011|publisher=John Wiley & Sons|isbn=978-1-4051-0062-5|pages=164–|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170119120452/https://books.google.com/books?id=m-EYXNnvMugC&pg=PA164&dq=candles+ships+jinn&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjUl5DJyuPOAhUGXR4KHZmrBLEQ6AEIPTAG#v=onepage&q=candles%20ships%20jinn&f=false|archivedate=19 Januari 2017|df=dmy-all}}</ref> Beberapa pengkaji juga malah meragukan apakah ia benar-benar pernah berkunjung ke Tiongkok.<ref>{{Harvnb |Dunn|2005|pp=253 and 262 Keterangan 20}}</ref> Seluruh pengalaman dan penggambaran tentang Negeri Tiongkok mungkin saja dijiplak Ibnu Batutah dari karya-karya pujangga lain seperti "Masalikul Absar fi Mamalikul Amsar" karya [[Syihab Al-Umari]], karya tulis [[Sulaiman At-Tajir]], dan mungkin pula dari karya-karya [[Ata-Malik Juwaini|Al-Juwaini]], [[Rashid-al-Din Hamadani|Rasyidudin]], dan dari salah satu [[Romansa Aleksander|hikayat Aleksander Agung ( pengkaji pengkaji tersebut adalah orang orang yang fasik dan tidak dikenal.]]). Selain itu, riwayat Ibnu Batutah dan catatan perjalanan Marco Polo memiliki kemiripan bagian dan tema, bahkan beberapa ulasannya pun mirip. Agaknya mustahil pula bahwasanya ada seorang tokoh dengan nama yang persis sama dengan nama khalifah ketiga, yakni [[Utsman bin Affan]], pernah bertemu dengan Ibnu Batutah di Negeri Tiongkok, sebagaimana yang diriwayatkannya.<ref name="ElgerKöse2010">{{cite book|author1=Ralf Elger|author2=Yavuz Köse|title=Many Ways of Speaking about the Self: Middle Eastern Ego-documents in Arabic, Persian, and Turkish (14th-20th Century)|url=https://books.google.com/books?id=7xMDvp2ypVcC&pg=PA79#v=onepage&q&f=false|year=2010|publisher=Otto Harrassowitz Verlag|isbn=978-3-447-06250-3|pages=79–82|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20171211081104/https://books.google.com/books?id=7xMDvp2ypVcC&pg=PA79#v=onepage&q&f=false|archivedate=11 Desember 2017|df=dmy-all}}</ref> Namun andaikata tidak sepenuhnya disusun berdasarkan pengalaman pribadinya, ''Ar-Rihlah'' Ibnu Batutah tetap saja merupakan sebuah karya tulis yang berisi keterangan-keterangan penting mengenai keadaan dunia pada abad ke-14. Ibnu Batutah pernah menikmati layanan budak-budak pemuas syahwat, misalnya ketika ia masih tinggal di Delhi.<ref name="Gordon2009">{{cite book|author=Stewart Gordon|title=When Asia was the World|url=https://books.google.com/books?id=sSn_AgAAQBAJ&pg=PA114&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjOvaee78zQAhVE4oMKHdA6B7wQ6AEILzAD|year=2009|publisher=Perseus Books Group|isbn=978-0-306-81739-7|pages=114–}}</ref><ref name="Picador" />{{rp|111-113,137,141,238}} Ia pernah menikahi dan menceraikan sejumlah perempuan, serta menghasilkan keturunan dengan budak-budak pemuas syahwat di Malabar, Delhi, dan Bukhara.<ref name="Pearson2003">{{cite book|author=Michael N. Pearson|title=The Indian Ocean|url=https://books.google.com/books?id=deL2XkY8YeoC&pg=PT133&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj6293jxc3QAhVGQCYKHYhNBag4ChDoAQghMAE|date=2 September 2003|publisher=Routledge|isbn=978-1-134-60959-8|pages=}}</ref> Ibnu batutah mencela orang-orang Yunani sebagai "musuh Allah", "pemabuk", dan "pemakan babi", namun ketika berada di Efesus, ia justru membeli dan meniduri seorang gadis Yunani, salah seorang dari sekian banyak budak pemuas syahwat miliknya yang tersebar di seluruh Bizantium, Khorasan, Afrika, dan Palestina.<ref name="Dalrymple2003">{{cite book|author=William Dalrymple|title=City of Djinns: A Year in Delhi|url=https://books.google.com/books?id=GVvUJVmVr8kC&printsec=frontcover&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiu6bPHys3QAhVDSyYKHZPgAQU4FBDoAQhKMAg|date=25 Maret 2003|publisher=Penguin Publishing Group|isbn=978-1-101-12701-8}}</ref> Dua dasawarsa telah berlalu sebelum ia kembali dan menelisik kabar tentang salah seorang istri beserta anaknya di Damaskus.<ref name="Hammer1999">{{cite book|author=Kate S. Hammer|title=The Role of Women in Ibn Battuta's Rihla|url=https://books.google.com/books?id=KTceAQAAMAAJ&q=battuta+slave+girl+damascus&dq=battuta+slave+girl+damascus&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj6293jxc3QAhVGQCYKHYhNBag4ChDoAQgnMAI|year=1999|publisher=Indiana University|page=45}}</ref>
 
Ibnu Batutah seringkali mengalami [[kejutan budaya|guncangan budaya]] di negeri-negeri yang ia kunjungi, manakala adat-istiadat dari masyarakat pribumi yang baru saja masuk Islam tidak selaras dengan adab masyarakat Muslim ortodoks yang telah mendarah daging dalam dirinya. Ketika berada di tengah-tengah masyarakat Turki dan Mongol, ia takjub melihat kebebasan dan penghormatan yang dinikmati kaum perempuan. Ia mengungkapkan pendapatnya dalam ''Ar-Rihlah'' bahwa bilamana melihat sepasang suami istri Turki di sebuah bazar, orang akan keliru menyangka bahwa si lelaki adalah pelayan si perempuan, bukan suaminya.<ref>{{harvnb|Gibb|1958|pp=480–481}}; {{harvnb|Dunn|2005|p=168}}</ref> Ia juga merasa bahwa bahwa cara berbusana di Maladewa dan beberapa kawasan [[Afrika sub-Sahara|Sub-Sahara]] di Afrika terlalu terbuka.