Marwan bin al-Hakam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
HaEr48 (bicara | kontrib)
→‎Masa Kekhalifahan Umayyah: jadikan kalimat biasa
Baris 42:
== Masa Kekhalifahan Umayyah ==
=== Wali negeri Madinah ===
Khalifah Ali dibunuh pada tahun 661 oleh anggota [[Khawarij]], golongan yang menolak kepemimpinan Ali maupun Muawiyah. Putranya yang bernama [[Hasan bin Ali]] memegang tampuk kekhalifahan berikutnya.{{sfn|Hinds|1993|p=265}} Untuk mencegah berlanjutnya perang saudara, Hasan membuat [[Perjanjian Hasan–Mu'awiyah|perjanjian dengan Muawiyah]] dan menyerahkan posisi khalifah ke tangan wali negeri Syam tersebut. Muawiyah memasuki Kufah, pusat kekuasaan Hasan, pada Juli atau September 661 dan peristiwa ini mengawali berdirinya [[Kekhalifahan Umayyah]].{{sfn|Hinds|1993|p=265}}{{sfn|Wellhausen|1927|pp=104, 111}} Marwan awalnya menjadi wali negeri Umayyah di [[Arabia Timur]] (Bahrayn) dan kemudian menjadi wali negeri Madinah pada 661–668 dan 674–677.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Di antara dua periode tersebut, posisi wali negeri Madinah dipegang oleh anggota Banu Umayyah yang lain, yaitu [[Said bin al-Ash]] dan [[Al-Walid bin Utbah]].{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Madinah sebelumnya adalah ibu kota kekhalifahan hingga kematian Utsman, tetapi pada masa Muawiyah Madinah hanyalah ibu kota wilayah (provinsi) sedangkan ibu kota kekhalifahan berada di Damaskus.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=59–60, 161}} Sekalipun tidak lagi menjadi ibu kota negara, Madinah tetap menjadi pusat kebudayaan Arab dan keilmuan Islam, serta tempat tinggal pemuka-pemuka kabilah.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=136, 161}} Para pemuka kabilah di Madinah, termasuk banyak anggota Banu Umayyah, tidak menyukai turunnya posisi mereka dan naiknya Muawiyah. Menurut sejarawan [[Julius Wellhausen]]: "Apalah, artinyaturunnya bagiposisi Marwan, dulunya(yang kanselirmenjadi [''Reichskanzler'']tangan Utsmankanan yangkhalifah amatpada berkuasa,masa jabatanUtsman) Walimenjadi Negerihanya wali negeri Madinah! Wajarpada sajamenimbulkan iarasa iri kepadapada kerabatnyaMarwan diterhadap Damaskuskerabatnya [Muawiyah] yang berada jauhberkuasa disebagai atasnyakhalifah."{{sfn|Wellhausen|1927|p=136}}
 
Pada masa jabatan pertamanya, Marwan memperoleh tanah yang luas dari Mu'awiyah di daerah Fadak, Arabia Utara, yang kemudian ia bagikan kepada anaknya [[Abdul Malik bin Marwan|Abdul Malik]] dan [[Abdul Aziz bin Marwan|Abdul Aziz]].{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Masa jabatan pertama ini berakhir saat ia diberhentikan Muawiyah, yang menyebabkan Marwan marah, menemui Muawiyah di Damaskus dan keduanya bertengkar hingga mengeluarkan kata-kata kasar.{{sfn|Madelung|1997|pp=343–345}} Muawiyah menjelaskan tiga alasan pencopotannya: penolakan Marwan menjalankan perintah penyitaan harta [[Abdullah bin Amir]], kerabat mereka yang diberhentikan dari jabatan wali negeri [[Basra|Bashrah]]; penentangan Marwan terhadap pengangkatan [[Ziyad bin Abihi]] (pengganti Abdullah bin Amir yang asal usul keturunannya tidak jelas) oleh Muawiyah sebagai saudaranya sendiri (pernyataan ini ditentang banyak anggota Banu Umayyah), dan penolakan Marwan membantu putri sang khalifah [[Ramlah binti Muawiyah]] dalam masalah rumah tangganya dengan suaminya Amr bin Utsman bin Affan.{{sfn|Madelung|1997|pp=343–345}} Saat Hasan bin Ali meninggal pada 670, Marwan termasuk salah satu yang menolak jenazah Hasan dikebumikan bersama Muhammad, Abu Bakar, dan Umar yang dimakamkan di [[Masjid Nabawi]].{{sfn|Madelung|1997|p=332}} Alhasil, adik Hasan yaitu Husain beserta kabilah [[Bani Hasyim]] memutuskan untuk memakamkan cucu Muhammad tersebut di [[Jannatul Baqi]].{{sfn|Madelung|1997|p=332}} Akhirnya, Marwan turut serta dalam prosesi pemakaman dan memuji Hasan sebagai seseorang dengan "kesabaran sebesar gunung-gunung."{{sfn|Madelung|1997|p=333}}